Mohon tunggu...
Akmal Faza Qurhaj Laksono
Akmal Faza Qurhaj Laksono Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa produktif dan unggul

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030014 Tangerang Kota, Banten Sepak Bola, Futsal, badminton SUCCES IS MY RIGHT

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Luqman Al Hakim, Mutiara Kehidupan

20 April 2021   10:31 Diperbarui: 20 April 2021   10:33 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat terdengar nama Luqman Al Hakim di telinga kita sekilas, itu merupakan suatu nama yang luar biasa yang memberikan banyak sekali hikmah kehidupan kepada orang-orang yang bertawakal. Sampai sampai namanya termaktub dalam kitab suci yang mulia yaitu Al qur'an, itu menandakan keistimewaan yang Alloh SWT berikan kepadanya.

Suatu riwayat menjelaskan, ada ulama' yang menyebutkan bahwa Luqman Al Hakim adalah seorang nabi namun bukan rosul, sehingga disebut sebagai Luqman AS. Kemudian adapula riwayat yang menjelaskan bahwa Luqman itu seorang penggembala biasa yang Alloh karuniakan kepadanya akhlaq, kebaikan hati dan hikmah.  

Banyak kisah hikmah Lukman Al Hakim yang telah diceritakan dan bahkan sering menjadi contoh yang digunakan oleh para ulama' dalam penyampaian dakwah dengan tujuan memberikan motivasi kepada semua manusia dalam menyikapi rumitnya kehidupan dunia.

Dalam salah satu kisahnya, suatu saat ia mengajarkan kepada anak laki-lakinya tentang sesuatu yang akan selalu menjadi kebiasaan yang kurang baik dalam kehidupan bermasyarakat. Luqman berkata:"wahai anakku, lakukanlah hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi agamamu dan duniamu, lakukan terus sampai kamu mencapai pada puncak kebaikan. Kamu harus ingat! Jangan pernah pedulikan hinaan dan cacian orang lain terhadap dirimu, sebab tak akan ada jalan untuk membuat mereka semua bisa nerima terhadap apa yang kamu ucapkan dan lakukan".

Kemudian luqman membuktikan kepada putranya, ia memerintahkan agar putranya itu mengambilkan keledai untuknya. Luqman bermaksud mengajak putranya jalan-jalan ditengah masyarakat untuk membuktikan apa yang telah dinasihatkan kepadanya bahwa membuat semua orang nerima, senang terhadap diri kita itu sangatlah sulit, bahkan mungkin bisa dibilang tidak akan bisa sama sekali. Apapun yang dilakukan oleh seseorang pasti ada saja yang tidak setuju/ tidak senang juga pasti ada yang selalu mempersalahkan.

Perjalananpun dimulai, Luqman menaiki keledai dan menyuruh putranya berjalan menuntun keledai, lalu sekelompok orang yang melihat dan memperhatikan pada apa yang dilakukan oleh luqman dan putranya itu langsung berkomentar dengan mencaci:"anak kecil itu menuntun keledai, sedangkan orang tuanya duduk nyaman di atas keledai, alangkah congkak dan sombongnya orang tua itu". Lalu Luqman pun berkata kepada putranya:"puteraku, coba dengarkan apa yang mereka katakan".

Kemudian setelah itu Luqman bergantian dengan puteranya kini berpindah posisi Luqman yang menuntun keledai dan puteranya yang naik diatas keledai tersebut, mereka melanjutkan perjalanan sehingga bertemu dengan sekelompok orang.

Benar saja tidak lama mereka memperhatikan, melihat dengan tidak nyaman, sebab ada suatu kejanggalan dalam hati mereka seraya berkomentar dan menghina:"lihatlah, anak kecil itu menaiki keledai sementara orang tuanya malah berjalan kaki menuntunnya. Sungguh! alangkah buruknya akhlak anak itu". lalu Luqman berkata:"Anakku, dengarkan lah apa yang baru saja  mereka katakan".

Berikutnya, keduanya pun terus melanjutkan perjalanan mereka. Kali ini, keduanya menaiki keledai yang mungil tersebut secara bersama-sama, sehingga mereka melewati sekelompok orang yang sedang duduk-duduk di pinggir jalan. lagi-lagi hal yang sama terjadi seperti sebelumnya, saat melihat Luqman dan puteranya mereka berkomentar dengan komentar yang negatif:"dua orang itu naik keledai dengan berboncengan, padahal mereka tidak sedang sakit, mereka mampu berjalan kaki. Sungguh betapa mereka tidak kasihan terhadap hewan". Kemudian luqman pun kembali membicarakan pada puteranya: "Lihatlah apa yang mereka katakana wahai puteraku!".

Luqman dan puteranya terus melanjutkan perjalanannya tanpa sedikitpun menghiraukan caci- makian dari orang-orang tersebut, namun kali ini keduanya melakukan dengan hal yang berbeda lagi. Luqman dan puteranya berjalan kaki bersama  sambil menuntun keledainya dengan tanpa ditunggangi oleh keduanya.

Saat keduanya menjumpai orang-orang yang melihat mereka, sekelompok orang itupun juga mencaci dan menghina atas apa yang telah mereka lihat: "Subhanalloh! Lihatlah, seorang ayah dan puteranya itu menuntun keledai bersama, padahal keledai itu terlihat kuat dan sangat sehat. Kenapa mereka tidak menaikinya saja? Huufft betapa bodohnya mereka!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun