Teori Belajar Behavioristik dan Kognitif
Oleh: Muhammad Akmal Najemi, S.Pd.
Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting bagi manusia. Di sekolah, kegiatan belajar dan mengajar terbentuk dari interaksi antara guru dan siswa ataupun antar sesame siswa saat kegiatan belajar kelompok dan bentuk-bentuk lain. Proses interaksi tersebut akan menimbulkan proses pembelajaran di sekolah. Sedangkan bagi manusia secara umum, proses belajar akan terus-menerus dilakukan sepanjang hidupnya. Manusia belajar di institusi formal seperti sekolah, belajar melalui lingkungannya, serta belajar dari pengalaman hidup yang dialaminya.
Belajar bukan sekedar suatu proses yang tidak ada teori di dalamnya. Pemahaman terhadap teori belajar sangat penting untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan memberikan pengalaman belajar yang baik kepada para siswa. Teori belajar membantu para guru dalam memahami bagaimana siswa dapat memperoleh dan menyimpan ilmu-ilmu yang diberikan ke dalam pikirannya. Dalam belajar terdapat beberapa teori yang berkembang dan dua teori yang paling berpengaruh adalah teori behavioristik dan teori kognitif.
Teori belajar behavioristik adalah teori menekankan pada perubahan tingkah laku yang terjadi karena pengalaman belajar. Dalam teori behavioristik, yang terpenting dalam proses belajar mengajar adalah seseorang akan dianggap telah belajar ketika sudah menunjukkan perubahan tingkah laku. Dari teori belajar ini, proses pembelajaran dapat diartikan sebagai stimulus dan respon. Dalam proses pembelajaran, input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Bentuk dari stimulus dari guru adalah penyampaian materi, pembentukan karakter, dan nasihat-nasihat kepada siswa-siswanya. Sedangkan bentuk dari respon dari siswa adalah reaksi atau tanggapan dari sisa terhadap guru.
Teori behavioristik memandang bahwa proses mental internal siswa seperti berpikir atau memahami tidak dianggap penting karena tidak dapat diukur dan diamati secara langsung. Oleh karena itu, teori ini menekankan pada hasil yang dapat diukur dan diamati secara langsung dari perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dari guru. Beberapa tokoh pendidikan yang menekankan pada teori belajar behavioristik ini adalah Ivan Pavlov, John B. Watson, dan B.F. Skinner yang mengembangkan teori penguatan yang menyoroti peran penguatan atau Reinforcement dalam mempengaruhi motivasi dan perilaku manusia.
Teori belajar behavioristik memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya di proses belajar dan mengajar. Kelebihan dari teori belajar ini adalah dapat membiasakan guru untuk bersikap teliti dan peka saat kondisi belajar mengajar, guru dapat membuat siswa-siswanya lebih mandiri, serta teori ini dapat membentuk perilaku yang diinginkan bagi siswa sehingga berdampak baik kepada siswa selama guru memperhatikan tingkah laku siswa-siswanya. Kekurangan dari teori ini adalah siswa cenderung diarahkan untuk berpikir linier dan menempatkan siswa sebagai siswa yang pasif, siswa hanya bisa mendengarkan gurunya dalam komunikasi satu arah, dan tidak semua pelajaran dapat menggunakan teori belajar behavioristik.
Selain teori belajar behavioristik, terdapat sebuah teori belajar lain yang dikembangkan oleh psikolog asal Swiss yaitu Jean Piaget yang bernama teori belajar kognitif. Teori kognitif berbicara tentang manusia dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya dengan motivasi yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap lingkungannya. Teori belajar kognitif memandang bahwa belajar merupukan proses perubahan persepsi dan pemaham dari seseorang. Jadi, proses belajar tidak harus berbicara tentang perubahan tingkah laku atau sikap yang dapat diamati.
Definisi belajar dalam teori kognitif adalah proses perseptual atau bisa dikatakan seperti perilaku seseorang dapat ditentukan oleh persepsi dan pehamannya dalam melihat situasi yang berhubungan dengan tujuan proses belajar mengajar. Teori ini menyatakan bahwa belajar itu dihasilkan dari proses persepsi yang kemudian membentuk hubungan antara pengalaman yang baru dan pengalaman yang sudah tersimpan dalam dirinya. Proses belajar mengajar dengan teori kognitif adalah proses yang mengalir dan menyeluruh dengan menekankan pada proses belajar bukan pada hasilnya.
Teori belajar kognitif menempatkan para siswa bukan hanya sebagai penerima informasi, tetapi juga berpartisipasi dalam membangun dan memproses informasi tersebut. Prinsip penting lainnya adalah peran struktur mental individu untuk mengorganisasi dan memahami pengetahuan yang telah didapatkan. Pendekatan kognitif juga diterapkan dengan strategi pembelajaran yang melibatkan pemecahan masalah, diskusi, dan refleksi sehingga siswa dapat lebih menginternalisasi materi pelajaran ke dalam dirinya.