Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Isra Mi'raj, Logika dan Kebenaran

11 Maret 2021   15:35 Diperbarui: 11 Maret 2021   16:01 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai Indonesia, kompasiana.com

Hari ini seluruh umat muslim seluruh dunia memperingati Isra Mi'raj. Semua umat muslim pasti sudah tahu tentang perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dari masjidil Haram ke majidl Aqsa, lalu dilanjutkan ke Sidratul Muntaha di langit ke tujuh. Peristiwa spiritual itu terjadi dalam semalam saja. Dalam perjalanan tersebut, Rasulullah kemudian mendapatkan perintah shalat lima waktu, yang kemudian dijalankan oleh seluruh umat muslim di belahan bumi ini.

Peristiwa semalam tersebut tentu tidak bisa dipikir secara nalar. Tidak juga bisa dihitung secara matematika. Bagaimana mungkin perjalanan dari Mekah ke Palestina dan langit ke tujuh, bisa ditempuh hanya dalam semalam. Karena peristiwa ini tercatat dalam Al Quran, maka umat muslim pun mempercayainya. Karena Al Quran merupakan kitab  suci kaum muslim, yang harus dijaga dan diimplementasikan. Dan meyakini Al Quran merupakan pilihan yang tepat. Namun tentu tetap harus dilihat berdasarkan konteksnya.

Melihat berdasarkan konteks sangat penting, terlebih di era milenial ini banyak sekali bertebaran informasi menyesatkan, informasi yang mengandung sentimen agama, yang bisa memicu terjadinya konflik jika disulut dengan provokasi. Karena saat ini banyak sekali pihak-pihak yang memposting informasi tentang keagamaan di website atau situs-situs online. Banyak pula masyarakat yang belajar agama, melalui situs-situs online atau dakwah yang dilakukan secara virtual. Disinilah terkadang logika sebagian orang tidak terpakai, logika dilemahkan.

Tidak jarang dalam ajaran yang didapatkan secara virtual tersebut, tanpa disadari bibit kebencian mulai disusupkan. Pembelokan nilai-nilai keagamaan pelan-pelan dilakukan. Lalu dicarikan ayat-ayat yang sekiranya bisa dijadikan dasar untuk mengatakan salah dan benar. Padahal, ayat tersebut masih ada lanjutannya, atau ada penjelasan lainnya. Namun penjelasan lain dan ayat lanjutan tersebut terkadang tidak pernah dimunculkan. Berdasarkan pengakuan para pelaku terorisme, mereka selalu mendapatkan ayat yang itu saja. Akibatnya tidak pernah melihat dari sisi lainnya. Begitu para mantan napi terorisme meninggalkan jalan teror, mereka baru menyadari ternyata ada ayat lain, yang menganjurkan untuk berlomba berbuat kebaikan.

Hal diatas merupakan contoh, bahwa ketika logika telah ditumpulkan oleh surga negara, oleh kafir dan beriman, semuanya tidak ada diskusi. Karena pilihannya cuma dua. Sementara dalam kehidupan ini banyak sekali kemungkinannya. Semua orang bisa melakukan salah, bisa melakukan benar dalam waktu yang bersamaan. Karena itulah dalam sebuah proses sebaiknya tidak perlu saling menyalahkan. Tidak perlu pula saling menghujat satu dengan lainnya.

Jika kita menggunakan logika yang benar, tentu semestinya kita tidak akan menyalahkan. Begitu juga ketika kita mendengar ada peristiwa Isra Mi'raj yang secara logika mungkin tidak masuk akal. Meski tidak masuk akal, nalar kita mengatakan bahwa hal tersebut merupakan sebuah kebenaran. Berbeda dengan tuduhan kafir. Apa tolak ukurnya seseorang dinyatakan kafir atau sesat? Manusia adalah tempatnya salah, tidak bisa menghakimi orang lain dengan labe salah atau benar, terlebih mengenai keyakinan.

Kebenaran yang sejatinya hanyalah milik Allah SWT, bukanlah milik manusia. Jangalah merasa paling benar, atau suka mencari kesalahan orang lain. Manusia hanya bisa menjalankan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun