Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bibit Radikalisme Ancam Sekolah, Tanamkan Toleransi Sejak Dini

15 Januari 2020   08:01 Diperbarui: 15 Januari 2020   08:04 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktifitas Belajar - ilustrasi - mediaindonesia.com

Baru-baru ini, di salah satu sekolah di Jawa Tengah, masuk dalam pemberitaan media massa. Salah seorang orang tua murid protes, karena anaknya diduga mendapatkan intimidasi oleh siswa lain. 

Penyebab intimidas tersebut diduga karena siswa tersebut tidak mengenakan jilbab. Bahkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo juga sempat memberikan perhatian terkait hal ini.

Mari kita saling mengingatkan dan menjaga agar lembaga pendidikan dan semua orang yang ada didalamnya, tidak melakukan praktek-praktek intimidatif, yang bisa membuat siswa tertekan dalam sekolah. 

Lembaga pendidikan apapun itu bentuknya, semestinya tidak hanya menjadi tempat untuk belajar segala mata pelajaran, tapi juga menjadi tempat untuk belajar saling menghargai.

Dari kecil, kita diajarkan untuk saling menghargai antar sesama. Kita juga diajarkan untuk meminta maaf jika kita melakukan kesalahan. Dasar pendidikan di dalam keluarga ini, diperkuat dengan pendidikan karakter di sekolah yang diajarkan para guru, dosen atau tenaga pengajar lainnya. Sinergi antara pendidikan di rumah dan sekolah, diharapkan bisa melahirkan generasi yang cerdas dan toleran.

Di dalam sekolah, para tenaga pengajar diharapkan tidak hanya memberikan dasar pendidikan yang benar, tapi juga melakukan pengawasan. Kasus yang terjadi di salah satu kota di Jawa Tengah tersebut, diharapkan tidak lagi terjadi. 

Apalagi siswa yang melakukan intimidasi, diduga juga aktif dalam ekstra kurikuler keagamaan di sekolah tersebut. Tanpa bermaksud untuk saling menyudutkan, atau mendiskreditkan pihak tertentu, satu hal yang perlu kita jadikan kewasdaan adalah, sekolah sudah dijadikan sasaran penyebaran propaganda radikalisme oleh kelompok-kelompok radikal.

Penelitian berbagai lembaga menyebutkan, penyebaran bibit radikalisme memang telah menyasar lembaga pendidikan sejak beberapa tahun kebelakang. Beberapa saat setelah terjadi ledakan bom di Sarinah, Jakarta beberapa tahun lalu, ditemukan adanya buku bacaan di salah satu pendidikan anak usia dini (PAUD) di Depok, Jawa Barat, yang mengandung konten jihad dengan cara meledakkan diri. 

Tak hanya itu, di tingkat SMP, SMA, bahkan hingga perguruan tinggi, juga ditemukan ada guru, dosen, siswa yang terpapar radikalisme. Yang sempat menghebohkan beberapa tahun lalu adalah, di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, pernah ada mahasiswa yang menyatakan dukungannya kepada khilafah.

Intimidasi karena tidak berjilbab, bisa menjadi bibit intoleransi di kemudian hari. Indonesia adalah negera yang penuh dengan keberagaman. Ada yang muslim ada yang non muslim. Ada yang berjilbab karena telah mendapatkan hidayah, ada yang masih belajar, ada yang belum mendapatkan hidayah. 

Semua itu berproses. Dan dalam proses tersebut, semua pihak harus menghargainya. Tak terkecuali dalam pendidikan sekolah. Di usia yang masih beli ini, mengedepankan toleransi menjadi hal yang wajib. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun