Mohon tunggu...
Akira Riofuku
Akira Riofuku Mohon Tunggu... Pemadam Kebakaran - Ex Philosophia Claritas

Ex Philosophia Claritas

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menentukan Kebenaran ala Max Scheler

21 Oktober 2021   10:30 Diperbarui: 22 Oktober 2021   10:21 1747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Max Scheler. Sumber: https://alchetron.com/Max-Scheler

Penulis melihat bahwa teori etika nilai dari Scheler ini mampu menunjukan kelemahan dari etika deontologis Kant. Namun walaupun mampu menunjukan kelemahannya, etika nilai dari Scheler ini belum mampu untuk mengalahkan ketertarikan orang padanya. Terutama ditengah masyarakat saat ini, universalisme imperatif kategoris Kant nampaknya lebih diterima daripada tatanan nilai apriori Scheler. Scheler juga mampu menemukan perbedaan antara nilai dengan hal yang bernilai. Nilai itu apriori dan objektif dan ada hierarki di dalamnya. Scheler juga memberikan jalan keluar bahwa dalam melakukan suatu tindakan bermoral tidak melulu soal kewajiban namun karena nilai.

Etika nilai Scheler juga menekankan intuisi. Penekanan intuisi ini ialah suatu metode yang khas dalam fenomenologi. Scheler juga mengatakan bahwa setiap orang harus mendahulukan atau memilih nilai yang lebih tinggi. Menurut Hans Reiner[22] hal ini kurang tepat. Sebab, kadang-kadang nilai yang lebih rendah, berhak didahulukan dibandingkan nilai yang tinggi. Misalnya apakah saya wajib untuk membantu teman menyelesaikan pekerjaannya dibanding saya harus makan terlebih dahulu. Hierarki nilai Scheler juga belum dapat menentukan sikap mana yang harus diambil jika didasarkan pada situsi penting (urgent). Misalnya saja saat ini banyak orang harus rela beribadat dirumah (nilai religius) karena lebih mementingkan kesehatan atau kelangsungan hidupnya (nilai vital).  

 

 Catatan Kaki:

1. Paper ini banyak mendapat intisari dari K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer Jilid I, Inggris & Jerman (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014).

2. Kali ini, ia meninggalkan Gereja Katolik secara definitif (pasti/bukan untuk sementara).


3. Frans Magnis Suseno, 12 Tokoh Etika Abad ke-20 (Yogyakarta : Kanisius, 2000), 33.

4. Material yang dimaksud adalah sebagai lawan dari formal (etika Kant yang disebut Formalisme). Material itu sebagai yang berisi. Walaupun menggunakan kata material namun tidak ada kaitannya dengan materi.

5. Sumber: https://kbbi.web.id/apriori menurut KBBI apriori adalah berpraanggapan sebelum mengetahui (melihat, menyelidiki, dan sebagainya) keadaan yang sebenarnya. (diakses tanggal 21 Maret 2020, pukul 20.39 WIB). Suatu nilai diketahui ketika nilai itu disadari. Nilai ada sebelum pengalaman.

6. Frans Magnis Suseno, Etika Abad Kedua Puluh (Yogyakarta : Kanisius, 2006), 16.

7. Max Scheler, Formalism in Ethics and Non-Formal Ethics of Values (USA : Northwestern University Press, 1973), 9.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun