Ego (Rasa ‘Aku’)
Remaja mulai mengembangkan identitas diri dan kesadaran akan siapa mereka dalam dunia ini. Mereka belajar untuk menghubungkan rasa ‘aku’ dengan pengalaman hidup mereka dan mencari makna dalam dunia yang lebih luas.
Pada tahap ini, pendidikan harus mendukung anak dengan ruang untuk berpikir bebas, mengembangkan keterampilan analitis, dan memperkenalkan mereka pada pemahaman moral dan etika, serta tantangan kehidupan yang lebih kompleks.
Salah satu prinsip utama dalam pendidikan Waldorf adalah menghindari pendekatan mekanis dalam belajar, seperti sistem ujian standar, dan menggantinya dengan pembelajaran berbasis pengalaman serta eksplorasi. Guru dalam pendekatan ini berperan sebagai pendamping yang membantu siswa mengenali dan mengembangkan bakatnya secara alami.
Dengan cara ini, pendekatan Waldorf tidak hanya menghasilkan individu yang cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kesadaran diri yang tinggi, kreativitas, serta kepekaan sosial, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia.
Daftar Pustaka
Steiner, R. (1996). The Education of the Child in the Light of Spiritual Science. Anthroposophic Press.
Steiner, R. (1999). Philosophy of Freedom. Rudolf Steiner Press.
Stehle, H. (2007). Waldorf Education: A Family Guide. Rudolf Steiner College Press.
Loewen, M. (2012). Understanding Waldorf Education: Teaching from the Inside Out. Lindisfarne Books.
Kindle, H. (2014). The Twelve Senses: A Guide to the Development of the Child. Anthroposophic Press.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI