Mohon tunggu...
Akhmad Asrorudien
Akhmad Asrorudien Mohon Tunggu... Guru

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Inovasi dan Dilema Kemudahan

21 Agustus 2025   07:37 Diperbarui: 21 Agustus 2025   07:37 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi gambar : Pixabay.com

Awal mula kehidupan manusia ditandai dengan masa berburu dan mengumpulkan makanan. Seiring berjalannya waktu, pola pikir manusia berevolusi dan melahirkan inovasi dalam segala aspek kehidupan. Kita menyaksikan perubahan drastis, mulai dari terciptanya alat transaksi untuk mengatasi kelemahan sistem barter, evolusi kendaraan dari kuda menjadi mobil, hingga alat komunikasi yang berkembang dari telepon ke smartphone.

Perjalanan perubahan ini membuktikan bahwa inovasi diciptakan untuk mempermudah hidup. Dari sekian banyak penemuan yang ada, saya ingin berfokus pada satu hasil inovasi yang paling signifikan: smartphone. Alat yang awalnya hanya berfungsi untuk menelepon dan mengirim SMS, kini telah mengubah cara manusia berinteraksi dengan dunia. Melalui perangkat ini, segala informasi menjadi mudah diakses.

Sayangnya, saya mengamati bahwa kemudahan ini juga menciptakan kecanduan. Banyak orang, termasuk anak-anak, seolah tak bisa lepas dari layar, tenggelam dalam hiburan tanpa batas. Kondisi ini membuat saya khawatir bahwa kemudahan yang ditawarkan justru menumpulkan gairah manusia untuk mempertajam daya pikir dan daya juang mereka.

Kekhawatiran itu semakin besar karena ketika segala hal bisa didapat dengan mudah di internet, sebagian orang cenderung memilih kepuasan instan. Mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton video, bermain game, atau mencari informasi yang tidak jelas kebenarannya, bahkan memanfaatkan AI seperti ChatGPT tanpa menelaah isinya. Akibatnya, kemampuan berpikir kritis menjadi tumpul, karena segala jawaban sudah tersedia tanpa perlu usaha.

Memang, tujuan utama smartphone adalah mempermudah hidup. Namun, kemudahan ini bisa menjadi pedang bermata dua, yang berpotensi membunuh daya nalar. Tentu, ini berbeda dengan mereka yang bijak memanfaatkan teknologi untuk menambah ilmu, mencari referensi, dan menciptakan karya yang berdampak.

Pada akhirnya, ironis rasanya jika perangkat yang kita sebut ponsel cerdas tidak digunakan untuk mencerdaskan diri kita sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun