Mohon tunggu...
Akhmad Mugofi
Akhmad Mugofi Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan Ilmu Komunikasi di Fakultas Sastra Budaya dan Komunikasi, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Film

Maskulinitas Toksik dalam Film "Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas"

15 Januari 2022   17:11 Diperbarui: 16 Januari 2022   01:40 1749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film 'Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas' diadaptasi dari novel karya Eka Kurniawan yang dikenal sebagai penerima Prince Claus Award 2018. Film ini rilis pada Tahun 2021 dan diproduseri oleh Meiske Taurisia juga Muhammad Zaidy serta disutradarai oleh Edwin. Pemeran papan atas seperti Marthino Lio, Ladya Cheryl, Reza Rahadian, Ratu Felisha, Sal Priadi, Kevin Ardilova, dan Lukman Sardi mewarnai film ini dengan akting yang sangat berkualitas.

Dari segi premis, latar belakang, jalan cerita, dan sinematografi, film ini bisa diberi predikat berani atas kemampuan untuk mengangkat isu-isu sensitif seperti maskulinitas toksik, kekerasan seksual, kepercayaan kepada hal gaib, dan penyalahgunaan kekuasaan dengan apik juga mendetail.

Adi Pranajaya menjabarkan pada bukunya, bahwa film merupakan suatu media komunikasi yang unik dibandingkan media lainnya dikarenakan sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahnya juga langsung melalui gambaran-gambaran visual dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subyek yang tidak terbatas ragamnya. Selain itu, film juga dapat dianalisis secara behavioral, sosial, dan psikologis karakter untuk menjadi gambaran terhadap kehidupan masyarakat sesungguhnya.

Meskipun diangkat dengan latar tahun 1980 hingga 1990-an, maskulinitas toksik yang direpresentasikan pada film ini masih dirasa relevan dengan kenyataan di masa kini. Maskulinitas menurut Pleck (1993), merupakan suatu karakter yang banyak didambakan oleh kaum pria, meskipun pada kenyataannya, maskulinitas tidak dimiliki secara alami dan terbentuk dari kebudayaan dan aspek sosial di Masyarakat.

Maskulinitas biasanya ditunjukkan dengan dominasi kaum pria dalam strata sosial dan ekonomi diatas perempuan, dan tak banyak orang yang menyadari bahwa suatu maskulinitas dapat bersifat toksik, namun dapat diangkat dalam film ini untuk membuka mata pencinta film.

Dari awal pemutaran film ini, stigma kuatnya seorang pria yang dianggap sebagai sesuatu yang mutlak ditampakkan dengan jelas, sehingga membuat pria harus menutupi berbagai kekurangan yang ada dengan segala cara agar tetap terlihat jantan. Toksik maskulinitas juga ditunjukkan dengan merendahkan perempuan sebagai sosok yang lebih lemah dan tak pantas dihadapi.

Sosok Ajo Kawir yang diperankan Marthino Lio menggambarkan hal tersebut. Meskipun diknal sebagai jagoan yang handal bertarung dan tak kenal takut, Ajo kawir sebenarnya impoten. Impotensi merupakan suatu kekurangan yang dianggap mimpi buruk bagi pria manapun. Masalah tersebut kemudian diangkat dalam film ini dengan menunjukkan bahwa masalah "kejantanan" atau impotensi ternyata dapat terjadi karena sejumlah faktor, seperti trauma pada masa lalu.

Adegan pertama sebelum pertarungan antara Ajo Kawir dan Iteung yang diperankan oleh Ladya Cheryl menunjukkan represifitas kaum pria terhadap wanita, dimana Ajo Kawir merendahkan Iteung dan menolak untuk bertarung serta bahkan berhadapan dengan 'wanita'. Hal tersebut berlanjut saat Iteung bertemu dengan Budi Baik yang diperankan oleh Reza Rahadian menunjukkan dominasi sebagai pria, bahwa sampai kapanpun Iteung akan memerlukan bantuannya dan tak bisa berdiri sendiri.

Maskulinitas toksik yang ada direpresentasikan pula antar sesama pria dengan berbagai ancaman satu sama lain untuk menunjukkan kekuasaan, kekerasan secara brutal, pembunuhan, dan lainnya.

Representasi toksik maskulinitas pada film ini dirasa memberikan efek yang cukup membuka mata akan kenyataan yang ada di masyarakat dulu dan kini, bahwa hal tersebut sangatlah berdampak negatif sehingga tentunya harus dienyahkan dari hubungan sosial kemasyarakatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun