Mohon tunggu...
Akbar Zainudin
Akbar Zainudin Mohon Tunggu... Human Resources - Trainer Motivasi, Manajemen dan Kewirausahaan. Penulis Buku "Man Jadda Wajada". BUKU BARU: "UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari". Ngobrol bisa di Twitter: @akbarzainudin atau www.manjaddawajada.biz

Trainer Motivasi, Manajemen dan Kewirausahaan. Penulis Buku "Man Jadda Wajada". BUKU BARU: "UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari". Ngobrol bisa di Twitter: @akbarzainudin atau www.manjaddawajada.biz

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Sukses adalah Guru yang Konsisten dan Berdisiplin

18 Agustus 2021   15:49 Diperbarui: 18 Agustus 2021   15:53 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru dan Murid. Sumber: Pixabay

GURU SUKSES ADALAH GURU YANG KONSISTEN DAN BERDISIPLIN

(Bagian 5 dari 20 Tulisan untuk Buku Baru saya, GURU HEBAT MAN JADDA WAJADA)

A. KONSISTENSI YANG AKAN MEMBANGUN KUALITAS

Salah satu kendala yang sering dialami oleh sebagian orang dalam menggapai mimpi-mimpinya adalah kurangnya konsistensi dalam menjalankan segala yang dicita-citakannya. Pada mulanya, seseorang biasanya akan dipenuhi semangat hidup yang luar biasa dalam mewujudkan cita-citanya. Tetapi lambat laun, seiring dengan perkembangan waktu yang terus berjalan keinginan dan motivasi tersebut mengalami penurunan, layaknya sebuah roda, kadang di atas dan kadang di bawah.

Di saat tertentu motivasi kita berada di atas. Saat itulah, kita merasakan semangat yang luar biasa seakan tidak ada sesuatupun yang mampu menghalangi kerja keras kita dalam menggapai cita-cita. Dalam perjalanannya, mungkin ada satu rintangan yang menghadang, dan kita masih bisa tegar menghadapinya. Namun pada kesempatan yang lain, tantangan lainnya kembali menyapa, dan bisa jadi saat itulah menjadi titik kritis yang harus kita lewati. Dengan demikian, apakah kita sanggup menjaga semangat hidup yang telah kita bangun, atau justru melemah dan mundur tanpa ada perlawanan sama sekali.

Sebagai ilustrasi misalnya, saat kita ingin menjadi guru yang professional, banyak sekali tantangan dan godaan yang mewarnai perjalanan kita. Cibiran dan ejekan dari teman-teman yang beranggapan dan berpikiran negatif menjadi santapan kita sehari-hari. Jika tantangan tersebut datangnya dari luar diri kita, mungkin kita akan mudah mengatasinya. Namun, jika tantangan tersebut datangnya dari diri kita sendiri, apakah kita masih sanggup mengatasinya?

Godaan untuk bermalas-malasan misalnya, hal ini selalu membisik dalam diri kita. Seperti ungkapan dalam hati, "Ah, ngapain bekerja keras, toh gajinya sama saja", atau "Ayolah sedikit bersenang-senang, bukankah hidup hanya sekali", atau "Jangan terlalu keras pada diri sendiri, ngga' baik untuk kesehatan", dan banyak lagi godaan lain yang muncul dari dalam diri kita. Berbagai godaan tersebut bisa terus terngiang-ngiang, hingga kadangkala kita terbuai dan mengikutinya. Kita berkata dalam hati, "ah, bersenang-senang sedikit tidak ada ruginya". Tetapi sekali kita menyetujui pikiran semacam itu, kita akan terjebak untuk terus melakukannya hingga kita melupakan tujuan utama kita sebenarnya.

Hawa nafsu dalam diri manusia ibarat anak kecil yang menyusu pada ibunya. Kalau si ibu terus-menerus menyusui anaknya, tanpa menyapihnya, sampai kapanpun anak itu akan menyusu pada ibunya, bahkan sampai besar sekalipun. Karena itulah, biasanya seorang ibu akan menghentikan susuannya pada saat usia anak tersebut memasuki dua tahun (menyapihnya), agar anak itu tidak terus-menerus menyusu hingga besar. Memang harus ada sedikit pemaksaan dan pembiasaan, meskipun si anak akan merasa kecewa dan menangis, atau bahkan mengamuk. Tetapi apabila kita terus menguatkan hati serta membiasakannya, maka si anak akan menurut. Demikian pula dengan nafsu dalam diri, jika kita dengan tegas mengatakan 'tidak' terhadap hal-hal yang merugikan, maka kita akan memenangkan pertempuran melawan hawa nafsu yang bercokol dalam diri kita sendiri.

Ingatlah Tujuan Awal

Gambarlah sedetail mungkin tujuan dan cita-cita kita agar selalu teringat akan tujuan utama tersebut. Berkaitan dengan hal ini, ada pengalaman menarik dari seorang guru yang menggambar dirinya sedang bersalaman dengan Presiden dalam rangka pemberian penghargaan sebagai guru teladan tingkat nasional. Gambar itu lalu dibingkai dan ditempelkan di dinding rumahnya. Di bawah gambar tersebut tertulis: "Suatu saat, aku akan bersalaman dengan Presiden karena aku adalah guru teladan tingkat nasional".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun