Dengan pembiasaan yang berkesinambungan, insya Allah, lambat laun siswa akan terbiasa. Kelak ketika bel berbunyi maka para siswa akan langsung paham bahwa saatnya kembali ke kelas tanpa perlu diingatkan lagi.
Guru dan Orangtua Teladan Disiplin
Kedisiplinan bukan hanya dituntut kepada siswa. Guru dan orangtua juga harus memberi teladan. Bel otomatis di sekolah dimaknai dan dihargai sebagai pengingat bersama.
Guru mesti datang tepat waktu, mengajar sesuai jadwal, dan tidak memotong jam pelajaran seenaknya. Anak didik belajar bukan hanya dari kata-kata tetapi juga dari teladan nyata.
Orangtua pun punya peran penting mendukung kebiasaan disiplin sejak rumah. misalnya dengan membiasakan anak berangkat sekolah lebih awal. Jika anak sering terlambat maka bel otomatis di sekolah tidak akan banyak berarti.
Bel otomatis bisa menjadi sarana pembelajaran karakter bersama. Siswa belajar mematuhi aturan, guru belajar konsisten, dan orangtua belajar memberi dukungan. Dengan demikian, bel otomatis bukan hanya mengatur jadwal sekolah tetapi juga menjadi simbol kolaborasi dan sinergi dalam pendidikan.
Bahkan, jika ditanamkan dengan benar pasti kebiasaan disiplin ini bisa terbawa hingga kehidupan sehari-hari. Anak terbiasa tepat waktu dan orangtua bangga melihat anaknya mandiri dan disiplin.
Disiplin memang bukan hal mudah. Namun dengan komitmen bersama maka bel otomatis dapat menjadi titik perubahan. Semua pihak akan menyadari bahwa kedisiplinan adalah kunci keberhasilan ---baik di sekolah maupun di kehidupan yang lebih luas.
Dengan begitu, bel otomatis bukan sekadar fasilitas sekolah melainkan bagian dari proses pembelajaran mendalam dalam pendidikan yang melibatkan seluruh ekosistem pendidikan.
Kendala yang Terjadi
Meski dikonsep membawa banyak manfaat namun bel otomatis tetap memiliki kelemahan. Kendala utama yang sering muncul adalah ketika listrik padam maka bel otomatis tidak bisa berfungsi dan jadwal sekolah bisa terganggu bila tidak ada kesadaran kolektif.
Misalnya di daerah yang sering mengalami pemadaman listrik. Tanpa bel otomatis sekalipun maka kegiatan sekolah harus kembali normal meski beralih pada cara tradisional. Guru piket atau petugas sekolah harus turun tangan membunyikan bel secara manual.