Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bisakah Kokurikuler Jadi Wadah Deep Learning?

21 Juli 2025   15:25 Diperbarui: 22 Juli 2025   14:14 2449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem pembelajaran kita mengalami pergeseran paradigma yang cukup signifikan. Kali ini, lewat kehadiran satu istilah baru: kokurikuler. Meskipun tidak seviral P5 saat awal kemunculannya, kokurikuler mulai menarik perhatian para pendidik. Pasalnya, kegiatan ini kini masuk dalam struktur pembelajaran resmi. Bahkan punya jatah waktu tersendiri dalam jadwal pelajaran.

Buat yang masih bingung, kokurikuler bukan sekadar aktivitas tambahan. Ia hadir sebagai bagian dari strategi penguatan materi intrakurikuler —alias pelajaran utama— dengan pendekatan yang lebih fleksibel, kreatif, dan mendalam.

Yup, ini bukan sekadar teori. Pemerintah melalui Kurikulum Merdeka sudah mengatur bahwa kokurikuler dialokasikan 1 JP alias 35 menit dalam sepekan untuk tiap kelas.

Nah, meski terkesan singkat tapi kalau dimanfaatkan dengan tepat maka kokurikuler bisa menjadi jembatan menuju deep learning atau pembelajaran mendalam yang selama ini jadi cita-cita besar menteri Dikdasmen.

Lalu, apa sebenarnya deep learning? Ini pendekatan belajar yang fokus pada pemahaman konsep secara utuh. Dalam deep learning, siswa didorong untuk menganalisis, mengevaluasi, menciptakan, dan memecahkan masalah. Bukan hanya menerima informasi tapi juga mengolahnya hingga menjadi makna yang aplikatif dalam kehidupan nyata.

Sayangnya, pendekatan ini sulit dilakukan dalam sistem pembelajaran konvensional yang padat materi dan terbatas waktu. Di sinilah kokurikuler masuk sebagai "ruang bernapas" yang sangat dibutuhkan guru dan siswa.

Kokurikuler membuka peluang bagi guru untuk merancang aktivitas yang lebih mendalam, kontekstual, dan menyenangkan tanpa harus tertekan mengejar target kurikulum.

Misalnya, alih-alih hanya menjelaskan konsep daur air di papan tulis, guru IPA bisa mengajak siswa membuat mini water cycle di dalam botol plastik dan mengamati perubahannya selama jangka waktu sepekan.

Dengan cara ini, siswa belajar tidak hanya melalui kata-kata tapi melalui pengalaman langsung. Inilah esensi dari mindful learning —belajar dari mengalami bukan hanya mendengar.

Laporan dari World Economic Forum menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kreativitas adalah tiga keterampilan yang paling dibutuhkan dalam dunia kerja masa depan. (sumber)

Semua itu bisa dilatih melalui pendekatan deep learning yang didukung oleh kegiatan kokurikuler. Artinya, 35 menit ini punya potensi yang besar. Sayangnya, belum semua sekolah atau guru memahami peluang ini. Banyak yang menganggap kokurikuler hanya sebagai tambahan, formalitas, atau bahkan beban baru.

Contoh nyata bisa kita lihat dari beberapa sekolah penggerak yang sudah lebih dulu mencoba pendekatan ini. Hasilnya? Siswa lebih aktif, senang belajar, dan lebih mudah memahami materi.

Dalam hasil belajar siswa yang aktif di kokurikuler bisa lebih baik karena mereka belajar dengan cara yang lebih bermakna.

Ini juga membuka ruang bagi kolaborasi antara guru. Misalnya, guru IPS dan guru PAI berkolaborasi dalam proyek kampanye toleransi berbasis video pendek. Bisa viral, bisa mendidik, bisa mengena.

Proyek-proyek seperti ini bisa menjadi media belajar yang nyata dan berdampak pada karakter dan keterampilan siswa. Dan menariknya, siswa sangat menyukai aktivitas seperti ini. Mereka merasa lebih dihargai, lebih bebas berekspresi, dan merasa proses belajar lebih dekat dengan dunia mereka.

Banyak guru yang kini mulai mengubah cara mengajar mereka setelah diberi ruang berkreasi. Bahkan beberapa kegiatan diunggah di media sosial dan mendapat respons positif dari masyarakat.

Ini juga memperlihatkan bahwa transformasi pendidikan tidak melulu soal aturan atau sistem besar. Tapi kadang cukup dengan memberi waktu 35 menit untuk eksplorasi yang bermakna.

Kokurikuler juga bisa menjadi alat untuk membangun budaya sekolah yang sehat. Misalnya dengan kegiatan kebersihan lingkungan, literasi digital, hingga advokasi anti perundungan (bullying).

Siswa dilatih untuk peduli, bekerja dalam tim, dan berpikir solusi. Inilah bentuk pendidikan karakter yang otentik, bukan sekadar berorientasi nilai angka.

Pendekatan seperti ini bisa jadi solusi terhadap isu menurunnya minat belajar pasca-pandemi yang banyak dikeluhkan sekolah. Siswa yang dulu pasif bisa mulai lebih aktif karena diberikan peran nyata dalam proses belajar.

Kalau kita tarik lebih jauh, kokurikuler juga bisa disinergikan dengan dunia luar/stakeholder. Sekolah bisa mengundang profesional untuk jadi mentor dalam proyek kokurikuler siswa. ini adalah bentuk blended learning antara teori dan praktik, antara guru, sekolah dan dunia nyata.

Apalagi ketika P5 mulai tidak disebut lagi secara eksplisit maka kokurikuler menjadi panggung baru untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam aksi nyata. Karena hakikat P5 bukan soal format proyeknya. tapi bagaimana siswa dilatih menjadi pelajar yang beriman, mandiri, gotong royong, kritis, kreatif, dan berkebhinekaan. Dan semua nilai itu bisa dilatih, dipupuk, dan tumbuh dalam ruang kecil bernama kokurikuler.

Tentu semua ini membutuhkan komitmen. bukan hanya dari guru, tapi juga kepala sekolah, dinas pendidikan, dan orangtua. Kolaborasi lintas elemen ini akan membuat kokurikuler berjalan lebih baik dan benar-benar jadi transformasi nyata.

Maka penting bagi sekolah untuk membuat perencanaan kokurikuler yang matang dan terintegrasi dengan intrakurikuler. Evaluasi juga harus dilakukan. tidak hanya soal kehadiran siswa tapi juga sejauh mana kompetensi mereka berkembang melalui kegiatan tersebut.

Bahkan portofolio siswa dari kokurikuler bisa dijadikan bagian dari asesmen sumatif berbasis proyek. Ini akan memperkaya model penilaian yang selama ini terlalu fokus pada angka dan ujian akhir.

Pendidikan itu harus hidup. Dan kokurikuler memberi nyawa baru bagi sistem pembelajaran kita. Supaya bukan sekadar tambahan tapi bagian esensial dari proses membentuk pelajar masa depan yang utuh —baik pengetahuan, keterampilan, maupun karakter.

Jadi, jangan anggap remeh kokurikuler. Justru di sanalah proses pembelajaran paling menyenangkan bisa terjadi. Mari kita ubah mindset bahwa belajar itu bisa seru, relevan, dan mendalam.

Maka, mari kita mulai dari 35 menit itu. Karena bisa jadi dari situlah masa depan pendidikan Indonesia akan berubah menjadi lebih baik. Aamiin..

Semoga ini bermanfaat.

Literasi:

https://kurikulum.kemdikbud.go.id/rujukan/paparan

https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/berita/mengenal-deep-learning-metode-pembelajaran-yang-bikin-mengajar-makin-gampang#:~:text=Menurut%20Wawan%2C%20deep%20learning%20bukanlah,%2C%20dan%20durable%20(berkelanjutan).

https://jdih.kemendikdasmen.go.id/sjdih/siperpu/dokumen/salinan/Permendikdasmen_No_13_Tahun_2025_ttg_Perubahan_atas_Permendikbudristek_No_12_Tahun_2024_ttg_Kurikulum_pada_Pendidikan_Anak_Usia_Dini_Jenjang_Dikdasmen.pdf

https://gurudikdas.dikdasmen.go.id/storage/users/3/Berita/2025/PDF/Pembelajaran%20Mendalam.pdf

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== AKBAR FAUZAN ==

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun