Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pengalaman MPLS Siswa Langsung Masuk SD Tanpa TK

16 Juli 2025   15:36 Diperbarui: 16 Juli 2025   20:05 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Seorang siswa baru duduk menjauh saat upacara. (KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)

Hari pertama masuk sekolah adalah momen yang penuh haru sekaligus tantangan, baik bagi siswa, guru, maupun orangtua. Tapi tak semua anak datang dengan bekal dan kondisi yang sama. Ada yang sudah terbiasa dengan dunia belajar karena pernah duduk di bangku TK. Namun, ada pula yang langsung loncat ke SD tanpa pengalaman prasekolah.

Buat sebagian guru SD menghadapi siswa yang tidak pernah TK bisa terasa seperti tantangan ekstra. Guru seperti harus menyiapkan dua versi pembelajaran. Yang mana satu untuk yang sudah siap sekolah, dan satu lagi untuk yang benar-benar baru mengenal dunia pendidikan.

Bukan hanya soal huruf dan angka, siswa yang tidak pernah TK juga umumnya tertinggal dalam aspek kemampuan emosional dan sosial. Mereka seperti "lembar kosong" yang baru akan mulai dilukis saat memasuki ruang kelas SD.

Dalam satu kasus nyata, pada saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), seorang siswa yang belum pernah TK menunjukkan gejala penolakan ekstrem terhadap lingkungan barunya. Ia bahkan sempat mencoba kabur dari sekolah.

Guru-guru yang sedang sibuk menyambut murid baru lainnya harus bahu-membahu membujuk anak tersebut. Usaha itu tidak selalu membuahkan hasil. Hingga akhirnya, wali murid dipanggil untuk menjemput karena memang sudah tak bisa diajak kompromi.

Perilaku tersebut bukanlah bentuk kenakalan melainkan cerminan dari rasa kaget dan cemas. Ia belum terbiasa berada di lingkungan sosial yang lebih besar dan lebih formal seperti sekolah dasar.

Dalam konteks pendidikan anak usia dini, pengalaman di taman kanak-kanak sejatinya bukan sekadar tempat bermain. Di sana anak-anak belajar banyak hal fundamental yang tidak bisa diajarkan secara instan di SD.

Kesenjangan kognitif anak non-TK bisa jadi bom waktu di SD. (Foto AKBAR PITOPANG)
Kesenjangan kognitif anak non-TK bisa jadi bom waktu di SD. (Foto AKBAR PITOPANG)

Jangan Paksa Masuk SD Jika Belum Siap

Hasil kajian Asa Dewantara menunjukkan bahwa 14,94% (12.560) desa di Indonesia tidak memiliki akses ke semua jenis PAUD (PAUD, TK, RA/BA). Pada tahun 2021, hanya 40,17% (7.62 juta) dari total anak berusia 3 - 6 tahun yang terdaftar di PAUD. (sumber) 

Anak-anak dari kelompok 14% inilah yang berpotensi mengalami kesenjangan kesiapan belajar ketika langsung masuk SD. Mereka butuh waktu adaptasi lebih panjang. dan guru SD menjadi garda terdepan dalam mengisi ketertinggalan itu.

Dari sisi kognitif, anak yang belum pernah TK bisa jadi belum mengenal huruf, angka, warna, bentuk, bahkan cara memegang alat tulis dengan benar. Bandingkan dengan siswa yang sudah pernah TK selama satu atau dua tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun