Seremoni perpisahan sekolah semestinya konsepnya dibuat lebih sustainable yaitu ramah "kantong" dan ramah lingkungan. Tidak perlu menyewa gedung mahal, tidak harus menghabiskan uang untuk outfit glamor atau suvenir mewah yang ujung-ujungnya berakhir di pajangan sudut rumah.Â
Sederhana namun berkesan, itu jauh lebih mulia dibandingkan menguras tabungan orangtua untuk sekadar satu hari itu saja.
Kini saatnya siswa diarahkan untuk fokus pada langkah selanjutnya dalam hidup mereka. Setelah kelulusan, dunia nyata sudah menanti. Ada yang harus mempersiapkan diri untuk kuliah, bekerja, atau bahkan membangun usaha kecil-kecilan.Â
Career planning dan entrepreneurial mindset lebih layak diprioritaskan daripada sibuk memikirkan gaya foto wisuda dan joget-joget yang akan diunggah. Masa depan tidak dibangun dari likes dan views tapi dari kerja keras dan ketekunan.
Kita bisa memilih, apakah ingin menjadikan acara perpisahan ini sekadar pesta sehari atau sebagai lompatan bermakna menuju tahap kehidupan berikutnya. Tentang seberapa banyak nilai yang kita tanamkan untuk masa depan.
Polemik soal wisuda sekolah yang kini ramai diperbincangkan sejatinya adalah refleksi kegelisahan kolektif. Ini saatnya kita kembali ke jati diri pendidikan membentuk manusia seutuhnya. bukan sekadar merayakan pencapaian dengan kemewahan artifisial.Â
Karena pada akhirnya kenangan yang paling abadi adalah perjalanan tumbuh bersama dalam kesederhanaan, persahabatan, dan rasa syukur yang tulus.
Tidak ada yang salah dengan merayakan kelulusan sekolah. tetapi penting untuk tetap mempertahankan membiasakan hidup sesuai kemampuan. Itu adalah pelajaran berharga yang juga layak diajarkan sejak dini kepada siswa maupun orangtua. Justru dalam kesederhanaan itulah akan tumbuh kenangan-kenangan yang lebih bermakna dan lebih membekas dalam perjalanan hidup.
Semoga ini bermanfaat.
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
==AKBAR PITOPANG ==
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI