Ramadan yang mulia, meski akan berlalu meninggalkan kita semua tapi rindu ini tak pernah surut. Seperti embun yang jatuh di pagi hari, kehadiran Ramadan selalu membawa kesejukan bagi hati yang gersang. Ramadan adalah bulan yang mengajarkan kami arti kesabaran, keikhlasan, dan kemenangan sejati dalam menundukkan hawa nafsu. Tahun depan, izinkan aku menyambutmu lagi dengan persiapan yang lebih baik. Agar setiap detik yang engkau hadirkan tak berlalu begitu saja..
Bulan penuh berkah ini selalu mengajarkan tentang keindahan berbagi. Saat sahur, berbuka, ataupun sedekah subuh, semuanya menjadi momentum untuk memperkuat rasa empati.Â
Ramadan adalah tentang menyeimbangkan dunia dan akhirat. Dan tentang bagaimana kita mampu menahan lapar di siang hari tetapi tetap kenyang dengan kebahagiaan berbagi kepada sesama.
Ramadan juga bulan pendidikan karakter. Ia hadir sebagai madrasah kehidupan tempat kita belajar tentang kesabaran dalam menghadapi cobaan, kejujuran dalam berkata dan bertindak, serta kepedulian terhadap mereka yang membutuhkan.Â
Setiap sujud dalam tarawih adalah pengingat bahwa kita hanya manusia kecil di hadapan kebesaran Allah SWT.
Setahun terasa begitu singkat ketika Ramadan beranjak pergi. Banyak yang belum sempat kutuntaskan. Ada lembaran tilawah Al-Qur'an yang belum khatam, ada malam-malam yang terlewat tanpa qiyamul lail, ada hati yang belum sepenuhnya bersih dari prasangka. Namun, Ramadan tahun depan kutancapkan harapan untuk memperbaiki semua itu.
Jika Ramadan adalah tamu agung maka akulah tuan rumah yang harus berbenah. Tahun depan, aku ingin menyambutmu dengan iman yang lebih teguh, ilmu yang lebih ditingkatkan, dan beramal yang lebih ikhlas. Aku ingin menjadikanmu lebih dari sekadar bulan puasa tetapi juga bulan penyucian jiwa.
Ramadan yang kucinta, engkau selalu mengajarkan bahwa kemenangan sejati bukanlah tentang materi THR atau prestasi duniawi. tetapi tentang keberhasilan mengendalikan diri.Â
Engkau hadir untuk mengingatkan bahwa lapar bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum tetapi juga menahan diri dari amarah, dari kesia-siaan, dan dari segala sesuatu yang merugikan.
Setiap tahunnya Ramadan membawa momen refleksi diri.
Sejauh mana pribadi telah mendekat kepada-Nya?
Apakah puasaku hanya sekadar menahan lapar atau benar-benar mendidik jiwa?
Apakah lisanku telah lebih banyak digunakan untuk berzikir atau masih terlena dalam perkataan sia-sia?
Tahun depan, aku ingin menerjemahkan setiap hariku di bulan suci dengan lebih bermakna. Aku ingin memperbaiki kualitas ibadah, lebih banyak berbagi, lebih banyak beristighfar. Ramadan adalah pengingat bahwa dunia ini hanya persinggahan dan amalan kitalah yang akan menjadi bekal abadi.