Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mindful Eating dan YONO, Pola Makan Ideal saat Sahur dan Berbuka

10 Maret 2025   00:15 Diperbarui: 10 Maret 2025   00:32 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati sahur dan berbuka dengan kesadaran penuh dan tak lebih dari cukup. (Dok. Shutterstock via Kompas.com)

Ramadan bukan sekadar bulan menahan lapar dan dahaga tetapi juga momentum untuk lebih sadar dalam setiap aspek kehidupan termasuk dalam menikmati makanan. Dua waktu istimewa yakni sahur dan berbuka sering dilewati dengan terburu-buru atau tanpa kesadaran penuh. Padahal menerapkan konsep mindful eating di kedua waktu ini dapat memberikan pengalaman yang lebih bermakna dan mendalam.

Mindful eating, atau makan dengan kesadaran penuh adalah konsep yang mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap makanan yang kita konsumsi. Ini bukan sekadar soal memilih makanan sehat tetapi juga soal menikmati setiap suapan dengan penuh perhatian, tanpa gangguan, dan dengan rasa syukur. 

Di bulan Ramadan, praktik ini bisa menjadi cara untuk lebih menghargai nikmat Allah SWT sekaligus merasakan hikmah puasa dengan lebih utuh.

Dengan mindful eating, kita bisa mengubah sahur menjadi momen yang lebih berkualitas menikmati setiap gigitan, mengunyah perlahan, dan benar-benar merasakan nikmat makanan yang masuk ke dalam tubuh.

Ketika waktu sahur banyak orang yang cenderung makan dengan terburu-buru. Padahal sahur adalah kesempatan emas untuk mempersiapkan tubuh menjalani puasa dengan lebih baik. 

Sahur juga bukan sekedar rutinitas untuk mengisi perut. Ini adalah saat dimana kita bisa merenungi betapa beruntungnya kita masih memiliki makanan yang cukup. Banyak orang di luar sana yang bahkan tidak memiliki kesempatan untuk makan sahur. 

Selama berpuasa, tubuh menjalani proses detoksifikasi alami dan mengistirahatkan sistem pencernaan. Oleh karena itu, berbuka puasa bukanlah ajang balas dendam untuk makan sebanyak-banyaknya. Melainkan kesempatan untuk mengembalikan energi dengan cara yang sehat dan terkontrol. 

Sayangnya, banyak yang justru terjebak dalam pola makan berlebihan dan "balas dendam" karena rasa lapar yang menumpuk sepanjang hari.

Mindful eating saat berbuka puasa bisa dimulai dengan menyadari makanan yang kita pilih. Setelah berbuka dengan takjil dan setelah selesai shalat Maghrib maka makan berat sebaiknya dilakukan dengan penuh kesadaran. 

Duduk dengan nyaman, jauhkan ponsel dan layar televisi, serta berikan perhatian penuh pada makanan yang ada di depan kita. Perhatikan tampilan, tekstur, dan aroma makanan. Lalu kunyahlah perlahan, rasakan setiap rasa yang hadir, dan nikmati setiap momen tanpa terburu-buru.

Selain itu, menikmati makanan secara perlahan juga dapat mengurangi risiko gangguan pencernaan yang sering muncul setelah berbuka puasa karena makan terlalu cepat. Sehingga tubuh pun bisa menyerap nutrisi secara optimal.

Ramadan yang mindful eating mengajarkan kita tentang kesederhanaan. Mindful eating membantu kita menyadari bahwa sahur dan berbuka tidak perlu dengan aneka makanan berlebihan. 

Yang dibutuhkan tubuh hanyalah makanan yang cukup untuk mengembalikan energi dan memenuhi kebutuhan gizi. Bukan untuk memuaskan nafsu makan yang tak terkendali apalagi sampai berlebih-lebihan.

Paradigma YONO dalam Mindful Eating

Makan Cukup Satu, Lebih dari Sekadar Hemat

Kita sering terjebak dalam pola makan yang berlebihan saat sahur dan berbuka. Berbagai hidangan lezat menggoda kita untuk terus menambah porsi. seolah-olah rasa lapar seharian harus dibalas dengan makan sebanyak-banyaknya. 

Namun, ada sebuah konsep menarik dalam mindful eating yang bisa kita terapkan yaitu paradigma YONO ---You Only Need One. Sebuah prinsip yang tampak sederhana tetapi memiliki dampak besar bagi kesehatan, kesadaran diri, dan bahkan kondisi finansial kita selama bulan suci ini.

Paradigma YONO mengajarkan kita untuk benar-benar merasakan kapan tubuh sudah cukup mendapatkan energi. Tidak perlu dua, tiga, atau empat porsi jika satu saja sudah cukup. 

Prinsip ini menuntun kita untuk mengambil secukupnya dan memastikan bahwa makanan yang kita pilih benar-benar memenuhi kebutuhan tubuh. bukan sekadar memenuhi lapar mata atau nafsu makan sesaat.

Ketika sahur pun banyak orang yang cenderung makan berlebihan dengan alasan supaya bisa memperoleh tenaga untuk seharian penuh berpuasa. YONO membantu kita memahami bahwa seporsi makanan bergizi seimbang sudah cukup untuk menjaga energi hingga waktu berbuka.

Demikian pula saat berbuka, paradigma YONO bisa membantu kita menghindari kebiasaan makan berlebihan. Biasanya setelah seharian berpuasa, kita tergoda untuk mengambil berbagai macam makanan dalam jumlah besar. 

Dengan YONO dan kesadaran, kita bisa menekan keinginan untuk makan berlebih-lebihan dan lebih menikmati setiap suapan dengan perlahan dan penuh kesyukuran.

Menerapkan YONO juga membawa manfaat finansial yang signifikan selama Ramadan. Jika kita mengambil makanan secukupnya maka tidak ada lagi makanan yang terbuang. Sehingga kita bisa mengalokasikan kelebihan anggaran untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. seperti berbagi dengan mereka yang membutuhkan.

YONO juga bisa untuk menanamkan kebiasaan hidup sederhana dan bertanggung jawab kepada keluarga, anak-anak, maupun Gen Z. Ramadan menjadi waktu yang tepat untuk mengajarkan mereka bahwa makan bukan sekadar tentang memenuhi nafsu tetapi tentang menghargai rezeki yang ada. 

Dengan begitu, kita membangun generasi yang lebih bijak dalam mengkonsumsi makanan dan lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. Mengurangi pemborosan makanan berarti mengurangi limbah sisa makanan yang berakhir di tempat pembuangan. 

Jika setiap individu mulai menerapkan prinsip ini, dampaknya terhadap berbagai aspek kehidupan kita bisa sangat besar. Ramadan yang penuh berkah ini menjadi waktu terbaik untuk mulai mengubah kebiasaan dan berkontribusi pada masa depan yang lebih baik.

sambut berkah sahur dan berbuka melalui mindful eating dan YONO. (SHUTTERSTOCK via Kompas.com)
sambut berkah sahur dan berbuka melalui mindful eating dan YONO. (SHUTTERSTOCK via Kompas.com)

Sahur dan Berbuka adalah Anugerah

Kemudian manfaat dari mindful eating dan YONO adalah kita bisa lebih peka terhadap sinyal kenyang dari tubuh. Ketika makan dengan sadar maka kita cenderung tidak makan berlebihan karena otak memiliki cukup waktu untuk mengenali kapan perut sudah cukup terisi. 

Ini membantu mencegah rasa begah atau kekenyangan yang sering terjadi saat berbuka puasa dan sahur.

Lebih dari sekadar memahami dan mengontrol porsi makan, mindful eating juga mengajarkan kita untuk lebih peduli makanan yang ada di meja. Coba bayangkan perjalanan panjang yang harus dilalui oleh sebutir nasi hingga akhirnya tersaji di hadapan kita. 

Dari tangan petani, proses distribusi, hingga akhirnya dimasak dengan penuh kasih sayang. Makanan adalah anugerah yang harus dihargai dengan penuh kesadaran.

Sementara itu, YONO akan membiasakan diri untuk mengambil makanan secukupnya dan kita juga lebih memahami betapa berharganya setiap butir nasi dan setiap potong lauk yang tersedia. 

Kesadaran ini menumbuhkan empati terhadap mereka yang hidup dalam keterbatasan. Yang bahkan untuk mendapatkan satu porsi makanan layak saja harus berjuang keras setiap hari.

Al-Qur'an Ajarkan Mindful Eating dan YONO

Ramadan bukan tentang seberapa banyak yang kita konsumsi tetapi tentang seberapa dalam kita memahami makna dari setiap nikmat yang diberikan. Dengan menerapkan mindful eating dan YONO maka kita juga menumbuhkan kesadaran spiritual serta memperkuat rasa syukur.

Banyak ayat dalam Al-Qur'an yang sudah lebih dahulu mengajarkan manusia untuk menghargai makanan, makan dengan adab, serta melarang berbuat boros. Diantaranya dalam firman Allah SWT dalam QS Al-Isra' ayat 27;

(via el-taqwa.com)
(via el-taqwa.com)

Ayat diatas adalah bisa sebagai titik awal untuk menerapkan mindful eating dan YONO selama Ramadan dan kehidupan sehari-hari. 

Sebab, sejatinya yang kita butuhkan bukanlah banyaknya makanan di meja tetapi keberkahan dalam setiap suapan yang kita nikmati dengan penuh kesadaran dan syukur.

Dengan menerapkan mindful eating, kita telah memberi manfaat bagi jiwa. Setiap momen gigitan makanan menjadi lebih bermakna penuh dengan rasa syukur. Dan setiap detik Ramadan menjadi perjalanan spiritual yang lebih dalam. 

Nikmat makanan dan kesempatan kita untuk bisa makan bukan sekadar kebutuhan manusia, tetapi juga jalan untuk lebih dekat kepada Sang Pencipta, Allah azza wa jalla.

Lebih jauh, praktik mindful eating dapat meningkatkan kualitas ibadah kita. Dengan tubuh yang tidak terbebani untuk mencerna makanan yang berlebihan. kita bisa lebih fokus dan lebih khusyuk menjalankan shalat tarawih dan ibadah lainnya menikmati setiap detik di bulan suci ini. 

Mari kita ubah cara kita menikmati sahur dan berbuka. Berhentilah sejenak dari hiruk-pikuk dunia digital, rasakan setiap suapan dengan penuh perhatian, dan syukuri setiap nikmat yang hadir. 

Karena Ramadan adalah waktu terbaik untuk kembali kepada kesederhanaan, menikmati makanan dengan penuh kesadaran, dan memperkuat rasa syukur.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun