Ramadan sudah berjalan hampir sepekan. Tak terasa, ya? Baru kemarin rasanya kita menyiapkan hati dan niat untuk berpuasa. Eh, sekarang sudah masuk hari keenam. Dan tentu saja ada satu hal yang mewarnai Ramadan. Apalagi kalau bukan "war takjil".
Ya, fenomena war takjil ini seakan menjadi ajang anti mager di sore bagi sebagian umat muslim. Bukan sekadar belanja takjil tapi diwarnai dengan adu strategi, timing yang pas, dan kadang keberuntungan.Â
Bukan hal asing lagi kalau war takjil ini lebih menegangkan daripada war tiket konser. Bayangkan saja, di sebelah sini ada abang mendekati penjual es buah. sedangkan di sebelah sana ada ibu-ibu dengan tatapan "side eyes" mengincar kolak pisang terakhir. Semua serba gercep dan "sat-set" penuh perhitungan.
Lain dari itu, ternyata di tengah semangat berburu takjil juga ada satu fenomena unik yang terjadi ialah umat non-muslim juga ikut berburu takjil. Awalnya, mungkin kita bertanya-tanya kenapa mereka juga ikutan war takjil. Entahlah, yang pasti kehadiran mereka menambah tantangan baru dalam suasana berburu takjil ini.
Tahun ini suasana war takjil mungkin sedikit berbeda. Tampaknya kondisi ekonomi yang semakin menantang. Efisiensi anggaran yang dicanangkan pemerintah berdampak cukup luas hingga ke lingkup rumah tangga. Beberapa keluarga mulai menghitung ulang anggaran belanja mereka termasuk anggaran takjil.
Tahun lalu, mungkin kita bebas memilih aneka takjil. Mau beli tiga macam es, dua jenis gorengan, plus beberapa kue basah? Oke gas!Â
Sekarang banyak yang mulai berpikir dan benar-benar memperhitungkan dulu sebelum bertransaksi.Â
Meski kondisi ekonomi sedang tidak baik-baik saja tapi bukan berarti war takjil redup begitu saja. Kebiasaan ini tetap berjalan meski tentunya dengan strategi yang berbeda. Jika dulu strateginya adalah siapa cepat dia dapat. Maka sekarang ada strategi baru yang muncul yakni siapa cerdas dia hemat.
Strategi pertama, "liat-liat dulu". Para pejuang takjil harus lebih dulu melakukan observasi sebelum menyerbu bazar Ramadan. Mana penjual yang harganya paling masuk akal? Atau mana yang porsinya royal. Informasi ini harus dikumpulkan secara cermat sebelum waktu berbuka tiba.
Strategi kedua, "basa-basa dan terima kasih". Ini khusus untuk mereka yang punya suka senyum dan bakat negosiasi. Dengan modal sedikit basa-basi bisa jadi abang penjual tiba-tiba memberikan ekstra gorengan. Tapi ingat, jangan PHP ya! Kasihan penjualnya.