Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

War Takjil atau Efisiensi Anggaran saat Ramadan

6 Maret 2025   14:37 Diperbarui: 6 Maret 2025   14:37 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
War Takjil tetap berlangsung tapi dilakukan dengan efisiensi anggaran di bulan Ramadan. (KOMPAS/SUPRIYANTO)

Ramadan sudah berjalan hampir sepekan. Tak terasa, ya? Baru kemarin rasanya kita menyiapkan hati dan niat untuk berpuasa. Eh, sekarang sudah masuk hari keenam. Dan tentu saja ada satu hal yang mewarnai Ramadan. Apalagi kalau bukan "war takjil".

Ya, fenomena war takjil ini seakan menjadi ajang anti mager di sore bagi sebagian umat muslim. Bukan sekadar belanja takjil tapi diwarnai dengan adu strategi, timing yang pas, dan kadang keberuntungan. 

Bukan hal asing lagi kalau war takjil ini lebih menegangkan daripada war tiket konser. Bayangkan saja, di sebelah sini ada abang mendekati penjual es buah. sedangkan di sebelah sana ada ibu-ibu dengan tatapan "side eyes" mengincar kolak pisang terakhir. Semua serba gercep dan "sat-set" penuh perhitungan.

Lain dari itu, ternyata di tengah semangat berburu takjil juga ada satu fenomena unik yang terjadi ialah umat non-muslim juga ikut berburu takjil. Awalnya, mungkin kita bertanya-tanya kenapa mereka juga ikutan war takjil. Entahlah, yang pasti kehadiran mereka menambah tantangan baru dalam suasana berburu takjil ini.

Tahun ini suasana war takjil mungkin sedikit berbeda. Tampaknya kondisi ekonomi yang semakin menantang. Efisiensi anggaran yang dicanangkan pemerintah berdampak cukup luas hingga ke lingkup rumah tangga. Beberapa keluarga mulai menghitung ulang anggaran belanja mereka termasuk anggaran takjil.

Tahun lalu, mungkin kita bebas memilih aneka takjil. Mau beli tiga macam es, dua jenis gorengan, plus beberapa kue basah? Oke gas! 

Sekarang banyak yang mulai berpikir dan benar-benar memperhitungkan dulu sebelum bertransaksi. 

Meski kondisi ekonomi sedang tidak baik-baik saja tapi bukan berarti war takjil redup begitu saja. Kebiasaan ini tetap berjalan meski tentunya dengan strategi yang berbeda. Jika dulu strateginya adalah siapa cepat dia dapat. Maka sekarang ada strategi baru yang muncul yakni siapa cerdas dia hemat.

Strategi pertama, "liat-liat dulu". Para pejuang takjil harus lebih dulu melakukan observasi sebelum menyerbu bazar Ramadan. Mana penjual yang harganya paling masuk akal? Atau mana yang porsinya royal. Informasi ini harus dikumpulkan secara cermat sebelum waktu berbuka tiba.

Strategi kedua, "basa-basa dan terima kasih". Ini khusus untuk mereka yang punya suka senyum dan bakat negosiasi. Dengan modal sedikit basa-basi bisa jadi abang penjual tiba-tiba memberikan ekstra gorengan. Tapi ingat, jangan PHP ya! Kasihan penjualnya.

Strategi ketiga, "pulang lebih lama". Ini strategi yang cukup ekstrem. Biasanya, satu jam sebelum berbuka harga-harga mulai turun karena penjual ingin menghabiskan dagangan mereka. Walaupun gak semua, tapi kebanyakan sih gitu. 

Di luar strategi-strategi tersebut, ada satu hal yang selalu hadir di bulan Ramadan. Tentu saja tentang kehangatan dan kebersamaan. Tak peduli seberapa terguncang kondisi ekonomi karena semangat berbagi tetap ada. 

Banyak komunitas maupun perorangan yang bagi-bagi takjil gratis. Para dermawan saling berbagi takjil dan makanan. Agar semua merasakan kebahagiaan berbuka puasa.

War takjil bukan hanya soal siapa yang bisa dapat takjil paling banyak. Tapi juga soal bagaimana kita bisa tetap bersyukur dalam keadaan apapun termasuk dalam suasana efisiensi anggaran belanja untuk berbuka. 

Bisa jadi tahun ini kita tidak bisa war takjil dengan beli banyak-banyak dan tak bisa setiap hari seperti tahun lalu. Tapi kalau kita bisa berbuka dengan hati yang penuh syukur, insya Allah itu lah cara untuk "menang".

Jadi, apakah tahun ini kita masih bisa ikut war takjil? Jawabannya tentu saja iya! 

Tapi dengan cara yang lebih bijak. Karena Ramadan bukan hanya tentang berburu makanan tapi juga tentang menemukan kesyukuran dalam kesederhanaan.

Bagaimana yang kamu rasakan?

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun