Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi ANBK | Penggerak KomBel

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menolak "Berani Kotor itu Baik" demi Kontinuitas Kesucian Diri di Hari yang Fitrah

23 April 2023   09:01 Diperbarui: 23 April 2023   18:01 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suci di hari yang fitrah. (DOK. SHUTTERSTOCK via Kompas.com)

Kesucian dapat diartikan sebagai keadaan yang bebas dari kecacatan atau keburukan. Dalam Islam, "kesucian" berada di level yang lebih tinggi dari "kebersihan".

Sebenarnya tidak ada manusia yang benar-benar suci di dunia ini. Manusia adalah tempatnya salah dan khilaf dengan bergelimang dosa tanpa henti yang tak berkesudahan.

Manusia pada umumnya, termasuk diri saya sendiri memang belum bisa memproklamirkan diri sebagai seseorang yang suci meski sudah berpuasa Ramadhan selama sebulan penuh. 

Akan tetapi, yang bisa kita upayakan adalah proses untuk pembersihan diri. Harapannya, konsistensi dari proses pembersihan itu berbuah kesucian diri dengan penuh hakiki.

Tapi Allah SWT menjadi Tuhan Yang Maha Penyayang kepada kita ummat sebagai manusia yang hina ini. Dengan memberikan kita kesempatan untuk menyucikan diri selama Ramadhan.

Melalui Ramadhan, pada hakikatnya umat Muslim berusaha untuk membersihkan diri dari dosa-dosa dan mencapai kesucian baik dari segi fisik, hati dan pikiran, maupun spiritual.

Ramadhan menjadi proses yang harus dijalani dengan ikhlas dan belajar memaknai arti dari perintah Allah SWT kepada kita semua untuk menjalankan ibadah puasa layaknya umat-umat terdahulu.

Untuk apa kita berpuasa di bulan Ramadhan? Jawaban, untuk menjadi hamba yang bertaqwa.

Orang yang bertaqwa bisa dibilang adalah orang yang sudah mencapai level kesucian. Karena makna dari bertaqwa adalah menjalankan semua perintah Allah SWT, dan meninggalkan semua larangan-Nya.

Jadi, kalau selama Ramadhan kita bisa mengontrol diri sebagaimana yang dimaksud dari makna dari kata taqwa. Tapi di luar Ramadhan atau bahkan sehari setelah lebaran malah kembali melanggar perintah Allah SWT maka kita sudah kembali memberikan noda dan kotoran dalam lembar kesucian diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun