Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi ANBK | Penggerak KomBel

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bukti Memori Kereta Api tentang Merangkai Kenangan Komunal Lintas Generasi

28 September 2022   18:17 Diperbarui: 2 Oktober 2022   11:42 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto rangkaian KA Prameks dari KAI.id

Itulah kereta api, yang selalu di hati..

Akhirnya bisa naik kereta api ketika usia ini sudah 20 tahun lamanya menapaki cerita dunia, merangkai kenangan indah tak terlupakan itu bersama KA Prameks rute Jogja-Solo yang merupakan salah satu rangkaian rel kereta api yang terbukti ketangguhannya.

Kali ini kami akan membagikan sebuah kisah atau pengalaman pribadi ketika dulu sempat merasakan begitu romantisnya sebuah perjalanan menggunakan kereta api.

Sebelum kami menceritakan lebih jauh, disini kami sampaikan bahwa kisah kali ini sungguh sangat berarti karena merupakan sebuah kesempatan bagi kami untuk dapat merasakan sensasi perjalanan menggunakan kereta api untuk yang pertama dan yang terakhir kalinya kami lakukan hingga detik ini.

Pada akhirnya, penulis bisa merasakan bagaimana rasanya sensasi melakukan perjalanan dengan kereta api tepatnya di kala masa kuliah di Jogja.

Penulis yang berasal dari pulau Sumatera memiliki impian yang sangat besar untuk bisa merasakan seperti apa sensasi naik kereta api. Keinginan tersebut dapat terpenuhi di semester empat ketika penulis telah berusia 20 tahun.

Di Sumatera tidak semua wilayah memiliki histori tentang dunia perkeretaapian ini.

Dan yang paling berkesan tentunya sejarah perkeretaapian yang ada di Sumatera Barat. Pada masa kolonial dulu kereta api dimanfaatkan untuk membawa atau mengangkut hasil bumi. 

Kereta api sempat mengalami kejayaannya pada masa itu di Ranah Minang. Sisa-sisa kejayaannya pun dapat kita rasakan atmosfernya hingga hari ini.

Sisa-sisa kejayaan tersebut dapat dibuktikan hingga kini dengan adanya keberadaan jalur rel kereta api walau dengan kondisi yang cukup memprihatinkan.

Untuk di wilayah Sumatera Barat sendiri saat ini beberapa jalur atau rute telah kembali dilakukan reaktivasi.

Namun upaya reaktivasi jalur kereta api di Sumatera Barat saat ini masih fokus di wilayah yang memiliki akses ke ibukota provinsi. Seperti jalur kereta api di wilayah Padang dan Pariaman. 

Termasuk pula upaya reaktivasi jalur rel kereta api yang berada di wilayah Sawahlunto yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia.

Sedangkan untuk jalur rel kereta api di Bukittinggi dan Payakumbuh serta jalur rel kereta api di daerah lainnya di Sumatera Barat masih "membeku" hingga kini.

Penulis yang lahir dan besar di wilayah Payakumbuh dan atau Kabupaten Limapuluh Kota selama ini hanya bisa mengagumi eksistensi kereta api di masa lalu. 

Sejak kecil kami memiliki impian agar suatu saat nanti memiliki kesempatan untuk naik kereta api. Syukur-syukur kami naik kereta api untuk perjalanan dari Payakumbuh ke Padang.

Tapi ternyata sampai kami SMA, apa yang kami impikan di atas hanya menjadi sebuah mimpi hingga akhirnya menempuh pendidikan di pulau Jawa. Minggat dari kampung jalur pendidikan, he he.

Tak apa-apa, biarlah itu tetap menjadi sebuah mimpi dan semoga suatu saat nanti bisa terealisasi.

Sekarang jangan sedih karena kita bisa menikmati sensasi naik kereta api di tempat lain.

Tuhan selalu punya cerita. Terkadang setelah kami mereview kembali kisah-kisah dan pengalaman hidup yang telah terjadi selama ini ternyata semuanya memiliki hikmah dan pesan yang penuh arti ketika digali dan dimaknai kembali.

Salah satunya mengenai sebuah pengalaman naik kereta api ini dan kami berhasil melakukannya ketika telah berada di Jogja, "kota pelajar dan kota gudeg".

Pengalaman naik kereta api rute Jogja-Solo yang sempat kami alami ternyata merupakan sebuah kebanggaan karena merupakan jalur kereta api yang pertama kali dibangun di pulau Jawa. 

Dilansir dari situs Heritage Kereta Api, perkeretaapian di Indonesia pertama kali dimulai pada era Gubernur Jenderal Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele. Jalur kereta api pertama yang dibangun olehnya adalah Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen, pada 17 Juni 1864.

Nah, selama kuliah di Jogja, kami memiliki banyak teman dan relasi namun kalau diingat-ingat lagi ternyata kami tidak memiliki teman yang berasal dari Solo.

Teman yang alamat rumahnya melewati Kota Solo sih ada yaitu teman kami yang berasal dari Karanganyar.

Selama kuliah kami sempat berkunjung ke kampung teman seperti yang berasal dari Wonogiri, Ponorogo, Pacitan serta Karanganyar. Selain tentunya berkunjung ke rumah teman yang berasal dari Jogja atau Provinsi DIY sendiri. 

Dikarenakan jarak ke beberapa daerah yang kami sebutkan di atas tidak tergolong jauh dari Jogja jika ditempuh lewat jalur darat. Maka kami selalu melakukan perjalanan menggunakan kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat.

Kami pun tidak memiliki saudara di daerah lain di pulau Jawa, misalkan di Jakarta atau Surabaya. Oleh sebab itulah maka jika kami tidak menyempatkan mengunjungi Solo dengan kereta api waktu itu maka bisa dikatakan hingga kini mungkin saja kami tetap tidak akan berkesempatan naik kereta api. 

Pada hari itu kebetulan sedang tidak ada jadwal perkuliahan. Tiba-tiba dua orang rekan kami yang berasal dari daerah yang sama secara spontan melontarkan ajakan untuk mengunjungi Solo.

Ketika mendengar ajakan tersebut maka kami langsung bersemangat karena kebetulan kami bertiga memang belum pernah naik kereta api sama sekali.

Kami memilih rute menuju Solo lantaran rute tersebut sangat dekat dengan Jogja sehingga tidak memakan waktu yang lama dalam perjalanan pulang-pergi.

Karena posisi alamat kami berada cukup dekat dengan stasiun terdekat yakni stasiun Lempuyangan, maka kami langsung bergegas kesana agar tidak kehabisan tiket.

Untunglah ketika sudah berada di stasiun Lempuyangan dan menanyakan kepada petugas apakah masih tersedia tiket perjalanan ke Solo, ternyata masih tersedia.

Kami langsung membeli tiket kereta api Jogja-Solo untuk tiga orang dengan rangkaian KA Prambanan Ekspres (Prameks).

Tak lama berselang rangkaian gerbong kereta api yang akan membawa kami pada perjalanan Jogja-Solo pun tiba di stasiun Lempuyangan. 

Setelah melalui portal dari "barisan manusia" di depan kami, akhirnya kami bisa berhasil mencari tempat duduk di dalam gerbong tersebut dan kami bertiga bisa duduk saling berdekatan.

Perjalanan pun dimulai. Gerbong kereta api yang kami naiki silih berganti melintasi kawasan perkampungan, persawahan, dan jalan raya.

Foto dari tubagus al amin di kompasiana
Foto dari tubagus al amin di kompasiana

Perjalanan yang sangat syahdu dan sangat romantis. Dalam gerbong kereta api tersebut kami bercerita serta mengungkapkan ekspresi kebahagiaan setelah akhirnya bisa merasakan sensasi naik kereta api. 

Mungkin salah seorang penumpang yang duduk berdekatan dengan kami sempat memperhatikan ekspresi kebahagiaan yang kami rasakan. 

Rasa-rasanya ketika itu kami seperti orang kampung yang baru pertama kali naik kereta api. Lha, kan emang iya toh. He he, yo wes lah. Yang penting gak norak dan gak malu-maluin amat lah ya.

Perjalanan menggunakan kereta api rute Jogja-Solo yang rata-rata memakan waktu tempuh selama 75 menit dan singgah di 7 stasiun. 

Foto KA Prameks di Stasiun Solo Balapan dari getlost.id
Foto KA Prameks di Stasiun Solo Balapan dari getlost.id

Kami pun sampai di stasiun Solo Balapan yang lokasinya sangat dekat dengan kawasan pusat Kota Solo.

Setelah keluar dari stasiun Solo Balapan, kami bergegas menuju halte Bus Batik Solo Trans (BST Solo) menuju Keraton Surakarta. 

Sama seperti Jogja bahwa di Solo juga ada fasilitas busway dan itu sangat menarik dan memudahkan para pelancong atau backpacker ala-ala seperti kami.

Tujuan utama kami saat itu memang untuk mengunjungi Keraton Surakarta. Seperti apa sih suasana di Keraton Surakarta? Apakah sama dengan Keraton Ngayogyakarta.

Hanya saja ketika kami sampai di Keraton Solo kami tidak bisa masuk ke dalam keraton karena kebetulan pada waktu itu sedang sengaja ditutup karena ada tamu utusan luar negeri. Jadi kami hanya bisa foto-foto di beranda dan halaman keraton saja. It's ok!

Tak apalah yang jelas kami sudah berhasil menginjakkan kaki di Keraton Surakarta dan bisa menikmati keaslian Keraton Surakarta itu secara dekat tanpa fatamorgana apalagi selama ini hanya melihat pesonanya dari layar ponsel alias medsos.

Kemudian kami berlanjut mengunjungi kawasan tempat Kerbau Bule berada. Dekat kawasan tersebut juga terpajang sebuah gerbong kereta api dan kami menyempatkan pula untuk foto-foto disana. 

Selain mengunjungi kedua tempat tersebut kami juga menuju tempat wisata terdekat yang bisa dijangkau dengan hanya berjalan kaki atau naik becak.

Setelah puas mengunjungi beberapa spot yang ada di Kota Solo tak terasa hari pun sudah sore. Kemudian kami memutuskan untuk kembali ke Jogja. 

Kami pun kembali bergegas menuju stasiun Solo Balapan dengan naik BST Solo tadi. Untunglah masih ada tiket kereta api untuk perjalanan Solo-Jogja pada sore itu.

Tak berselang lama pun rangkaian gerbong kereta api yang ada menuju Jogja pun datang dan kami langsung membersihkan diri di dalamnya.

Dalam perjalanan menuju Jogja karena hari sudah sore akhirnya kami berkesempatan untuk melihat sunset walau beberapa kali pandangan kami terhambat oleh pepohonan dan bangunan milik warga yang berada di kiri-kanan jalur rel kereta api.

Kami pun sampai di Jogja ketika hari sudah Maghrib. Dan kami sengaja turun di Stasiun Yogyakarta karena ingin jalan-jalan dulu sebentar di kawasan Malioboro dan Nol Kilometer Jogja.

***

Itulah pengalaman naik kereta api yang tak kan terlupakan seumur hidup di dunia ini.

Sebuah pengalaman naik kereta api untuk pertama kalinya serta untuk yang terakhir kalinya untuk saat ini. 

Setelah perjalanan kereta api rute Jogja-Solo tersebut, hingga kini belum ada lagi kami melakukan perjalanan menggunakan kereta api.

Bahkan kini setelah kami kembali berada di pulau Sumatera, tentu kesempatan untuk naik kereta api menjadi sangat jauh untuk digapai lagi kecuali nanti rel kereta api di Payakumbuh kembali diaktifkan.

Dan pula ternyata kini KA Prameks rute Jogja-Solo sudah digantikan oleh KRL. Sebuah kebanggaan lagi karena bisa menjadi bagian dari kisah ketangguhan KA Prameks yang melegenda.

Kereta api, sebuah moda transportasi yang penuh arti menyimpan banyak cerita berbagai rasa.

Sejak dulu kala, kereta api menjadi pilihan moda transportasi yang selalu dinanti kedatangannya.

Semua orang dari berbagai kalangan punya kisahnya masing-masing bersama kereta api yang layak untuk diceritakan berulang kali kepada orang tersayang bahkan ke semua orang.

Maka tak heran jika kereta api pun dijadikan tema sebuah lagu anak-anak, “Naik Kreta Api, tut...tut...tut...".

Semoga suatu saat nanti kami masih diberi kesempatan untuk naik kereta api, dimanapun stasiun dan kereta api itu berada yang akan membawa kami dalam sebuah perjalanan penuh makna berikutnya.

Harapan kami dari hati yang paling dalam adalah sangat ingin melihat kembali jalur rel kereta api di Payakumbuh-Bukittinggi-Padang Panjang-Pariaman-Padang kembali terkoneksi.

Semoga harapan ini sampai ke pihak Kereta Api Indonesia. 

Selamat HUT KAI ke-77, "Bangkit Lebih Cepat, Melayani Lebih Baik".

***

Salam berbagai dan menginspirasi bersama kereta api.

[Akbar Pitopang]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun