Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi ANBK | Penggerak KomBel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

9 Langkah Preventif atas 4 Penyebab Kegagalan Mahasiswa Perantauan

27 Juni 2022   12:58 Diperbarui: 1 Juli 2022   22:57 1305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mahasiswa yang sedang mengalami masalah di perantauan. (sumber: DOK. PEXELS via kompas.com)

Menyandang status sebagai seorang mahasiswa kadang dapat membuat sebagian orang khususnya anak muda begitu terlena dengan status tersebut.

Di masa transisi ini yang seringkali terjadi adalah proses pencarian jati diri mahasiswa itu sendiri. Mengakibatkan perhatian mahasiswa menjadi bercabang-cabang.

Apa sih tugas atau tujuan seorang mahasiswa?

Mungkinkah menjadi seorang mahasiswa hanya untuk mengejar gelar akademik. Setelah dinyatakan lulus, lalu mahasiswa fresh graduate melamar di instansi pemerintah atau perusahaan.

Ataukah mencoba menjadi seorang mahasiswa yang aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan sosial kemasyarakatan?

Kedua hal tersebut merupakan dua arah yang mampu mengarahkan seorang mahasiswa menjadi manusia yang berkualitas. Itu menjadi penting untuk dicapai oleh seorang mahasiswa. 

Keduanya harus dijalankan secara seimbang dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab. Ketika anda berubah status menjadi seorang mahasiswa, tentu ada harapan dan mimpi orang tua yang anda emban. 

Semua orang tua menginginkan anaknya memakai toga dan menjadi seseorang yang menyandang gelar akademik yang menunjukkan seseorang tersebut adalah sosok yang memiliki ilmu dan wawasan akademik yang mumpuni.

Disamping itu, menjadi mahasiswa yang juga aktif dalam kegiatan berorganisasi dan sosial kemasyarakatan, atau menyibukkan diri dalam kegiatan kesukarelawanan dan kemanusiaan adalah sebuah hal yang menjadikan seorang mahasiswa menjadi berkualitas dan unggul.

Jadi hendaknya seorang mahasiswa dapat menjalankan kedua hal tersebut agar terjadi keseimbangan hidup seorang anak muda yang berstatus seorang mahasiswa.

Jika seorang mahasiswa tak mampu menjalankan keduanya secara seimbang maka mungkin ia gagal menjadi mahasiswa yang seutuhnya.

Ketika seorang mahasiswa hanya mampu memprioritaskan salah satunya saja maka ada dua kategori konsekuensi yang akan diperolehnya, diantaranya sebagai berikut:

Pertama, jika seorang mahasiswa hanya fokus mengejar gelar akademik dengan menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah, pulang - kuliah, pulang) dan tidak aktif dalam kegiatan organisasi dan kerelawanan, maka jiwa sosialnya menjadi gersang. 

Padahal seorang mahasiswa selain ia dituntut dapat mengejar gelar akademiknya, juga harus mampu memberikan kontribusi dan ikut menyumbangkan ide pemikiran sebagai solusi atas isu dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

Kedua, jika mahasiswa terlena dengan dunia organisasi dan sibuk menjadi relawan lalu mengorbankan waktu dan tugas utamanya untuk belajar di bangku perkuliahan maka ia pun mungkin bisa dicap gagal menjadi anak dengan sosok yang diharapkan orang tua. 

Karena mahasiswa tersebut terlalu lama mengorbankan banyak hal, seperti kesempatan usia hingga biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua. 

Jadi, pada masa itu seorang mahasiswa memiliki dua tanggung jawab yakni bagaimana caranya menepati janji dan amanah dari orang tua. Lalu, bagaimana pula tetap dapat menjadi manusia muda yang berkontribusi membawa manfaat bagi lingkungan sosialnya.

Disamping sudah banyak para pelajar atau mahasiswa perantauan yang sukses di tanah rantau dengan membawa manfaat bagi kampung halaman. Ternyata tak sedikit pula mahasiswa perantauan yang gagal.

Baik gagal secara akademik karena kena DO (drop out) maupun gagal menjadi makhluk sosial dan tak dianggap di lingkungan bermasyarakat.

Sebagai mantan mahasiswa, ada beberapa hal yang perlu kami bagikan disini terkait beberapa kebiasan buruk mahasiswa rantau yang harus dihindari. 

Mahasiswa rantau harus menghindari aktivitas yang tak produktif (Foto: Shutterstock)
Mahasiswa rantau harus menghindari aktivitas yang tak produktif (Foto: Shutterstock)
  1. Menjadi mahasiswa tapi tak produktif

Jangankan untuk ikut aksi demonstrasi atau orasi menyuarakan pendapat. Mahasiswa tersebut malah lebih banyak "rebahan" dan melakukan aktifitas yang tak terlalu penting sebagai rutinitas keseharian.

Sebut saja bermain game online misalnya. 

Dulu, banyak diantara rekan kami sesama mahasiswa yang sibuk bermain game baik di kost maupun ke warnet.

Mereka ada yang sibuk main game menggunakan laptop yang seharusnya dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas kuliah. 

Serta banyak pula yang yang main hp seharian sambil rebahan hanya untuk main game, browsing, membuka media sosial, dan sebagainya.

Selain itu, banyak pula yang hobi streaming serta banyak yang kecanduan untuk maraton drakor sampai begadang hingga subuh. 

Kegiatan entertainmet semacam itu sebenarnya sah-sah saja dilakukan mahasiswa jika niatnya untuk menjaga kesehatan mental. Tapi jika sudah terlalu berlebihan malah berubah menjadi penyakit mental yang susah untuk disembuhkan.

Kebiasaan rebahan tidak baik bagi mahasiswa rantau (Foto: iStockphoto/Chee gin tan)
Kebiasaan rebahan tidak baik bagi mahasiswa rantau (Foto: iStockphoto/Chee gin tan)
  1. Manajemen waktu yang tak tepat

Penyebab berikutnya yang membuat mahasiswa perantauan gagal karena tidak mampu mengelola waktu (time management) yang tepat sasaran.

Waktu yang seharusnya dikerjakan untuk menyelesaikan tugas kuliah, malah dihabiskan untuk aktivitas kurang produktif seperti yang disampaikan diatas. Bermain game, streaming, maraton nonton film atau drama dan semacamnya yang dilakukan secara berlebihan dan tak tentu waktu. 

Hal itu mengakibatkan pekerjaan dan tugas kuliah menjadi tak terselesaikan. Waktu yang terbatas untuk belajar menyebabkan si mahasiswa minim pengetahuan dan selalu enggan untuk tampil presentasi di depan kelas.

Bahkan pula menjadi sering telat masuk kuliah dan sering bolos karena ketiduran atau kelelahan setelah seharian melakukan aktivitas yang tak produktif.

  1. Terlalu sibuk eksplorasi hal baru secara berlebihan

Sebagai seorang mahasiswa, memang sudah sewajarnya untuk mereka terus mengeksplorasi dan menemukan hal-hal baru yang selama ini belum pernah mereka lakukan.

Misalnya mengunjungi tempat atau daerah-daerah yang sebelumnya belum pernah dikunjungi. 

Apalagi bagi mahasiswa rantau, kesempatan kuliah di kota lain seperti di Jawa tentu akan dimanfaatkan untuk mengunjungi tempat yang menjadi tujuan eksplorasi. 

Kemudian banyak juga kami temukan teman-teman kuliah kami yang terlalu sering menghabiskan waktu untuk mendaki gunung. 

Sejak zaman penulis kuliah hingga kini, hobi mendaki di kalangan anak muda khususnya para mahasiswa rantau, hobi mendaki gunung ini merupakan sebuah hobi baru yang muncul semenjak berstatus sebagai mahasiswa.

Tak sedikit mahasiswa rantau yang bolos kuliah karena pergi melakukan aktivitas pendakian gunung.

Mahasiswa rantau harus mampu self reward (Foto: pixabay)
Mahasiswa rantau harus mampu self reward (Foto: pixabay)
  1. Kurangnya self reward dan keterbatasan kontrol dari orang tua

Sikap yang kurang menghargai diri sendiri menyebabkan mahasiswa rantau terjebak dalam kebiasaan atau sifat yang buruk dan tak terpuji.

Terkadang menjadi mahasiswa rantau dengan latar belakang yang kontras dengan budaya setempat menyebabkan si mahasiswa menjadi underestimate kepada diri sendiri.

Kemudian si mahasiswa menjadi terkesan menutup diri dan hanya sibuk melakukan aktivitas kurang produktif. 

Selain itu, karena kurangnya kontrol dari orang tua juga dapat menyebabkan si mahasiswa jadi hilang arah dan lupa tujuan.

Kemungkinan orang tua membatasi kontrol kepada anaknya yang berada di perantauan untuk menuntut ilmu dengan alasan agar tak mengganggu aktivitas anaknya. 

Atau banyak pula orang tua yang menganggap bahwa karena anaknya sudah menyandang status sebagai seorang mahasiswa maka pengawasan menjadi lemah dan ada kesan kurang kontrol.

Padahal di masa-masa seperti itulah mahasiswa perlu bimbingan dan masukan dari orang tuanya. 

Jadi, bagi para orang tua yang hendak merelakan anaknya untuk menjadi pelajar atau mahasiswa perantauan, tetap memperhatikan perkembangan si anak agar tak tergelincir ke arah yang tak diharapkan.

***

Demikian beberapa poin yang menyebabkan mahasiswa rantau sering gagal dalam mewujudkan mimpinya karena terlalu terlena dengan privilege sebagai mahasiswa rantau.

Akibat terlalu merasa santai dan nyaman berada di zonanya sendiri, menyebabkan mahasiswa rantau terperangkap ranjau yang membuat galau.

Dari beberapa poin yang kami ulas diatas berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan.

Karena faktor diatas menyebabkan rekan kami sesama mahasiswa rantau ada yang gagal melanjutkan studi karena drop out. 

Banyak juga yang sengaja melakukannya karena sudah tidak tertarik lagi menjadi seorang mahasiswa untuk melanjutkan kewajiban kuliah dan berorganisasi.

Lalu, apakah ada langkah preventif yang bisa dilakukan agar tak terjadi kegagalan mahasiswa di perantauan?

Tentu dari permasalahan klasik yang dialami mahasiswa rantau diatas, obat penawarnya adalah kebalikan dari 4 poin tersebut. 

Langkah preventif agar menjadi mahasiswa rantau yang berkualitas (Foto: Shutterstock)
Langkah preventif agar menjadi mahasiswa rantau yang berkualitas (Foto: Shutterstock)

Langkah preventif yang bisa dilakukan mahasiswa adalah:

  1. Menjadi mahasiswa yang produktif dengan mengaktualisasikan diri dalam berbagai aktivitas yang bermanfaat baik untuk kegiatan inti di dunia perkuliahan, maupun menyibukkan diri dalam kegiatan organisasi kemasyarakatan dan menjadi relawan kemanusiaan.

  2. Bergabung dalam kegiatan pertukaran mahasiswa, magang, dan sejenisnya. Saat ini pemerintah telah menelurkan program bertajuk Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM). Maka sayang jika mahasiswa rantau melewatkan kesempatan emas tersebut.

  3. Belajar mengelola waktu yang ada. Perlu bagi mahasiswa rantau untuk mengatur jadwal semua kegiatan positifnya agar tidak berbenturan satu sama lain.

  4. Melalukan kegiatan entertainment yang terkontrol. Mau main game, nonton streaming atau mau maraton drakor pun sebenarnya tidak masalah selagi dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran diri akan waktu yang ada.

  5. Mengurangi aktivitas begadang karena kebiasaan tersebut akan mempengaruhi kesehatan fisik mahasiswa rantau. Jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, tentu akan menyusahkan teman karena tak ada keluarga atau karib kerabat di perantauan.

  6. Selalu berpikiran positif dengan menghargai diri sendiri. Segala kelebihan dan potensi diri harus dikembangkan secara maksimal selama masa perkuliahan. 

  7. Mengelola kesehatan mental dengan tidak ikut-ikutan teman melakukan kegiatan yang mendatangkan mudharat dan tidak bermanfaat bagi diri sendiri.

  8. Selalu menjaga komunikasi dengan dengan orang tua di kampung halaman. Jangan hanya menghubungi orang tua hanya untuk menanyakan kapan uang akan ditransfer.

  9. Tidak melupakan kewajiban mahasiswa sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Tetaplah beribadah karena dapat menjadi fondasi diri dari pengaruh buruk yang bisa saja disebarkan di perantauan.

Semoga ulasan diatas dapat bermanfaat bagi calon mahasiswa baru maupun mahasiswa baru (MABA) yang telah memulai kuliah di kampus rantaunya.

Semua hal diatas diramu berbekal pengalaman yang penulis amati selama menjadi mahasiswa rantau.

Untuk itu, mari kita sama-sama mengambil hikmah dan pelajaran. 

Membagikan pengalaman ini kepada para mahasiswa rantau yang baru memulai kuliah.

Diharapkan mampu menjadi tameng bagi mahasiswa rantau dalam memproteksi diri dan agar tetap menjadi mahasiswa yang seutuhnya.

Salam berbagi dan menginspirasi.
[Akbar Pitopang]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun