Mohon tunggu...
Akbar Fahmi
Akbar Fahmi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bercita-cita menulis buku

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ketika Dokter Amerika Curhat

12 Juli 2013   13:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:39 2600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Namanya Matthew Moeller, seorang dokter dengan spesialisasi gastroenterologist (Ahli Penyakit Dalam Subspesialis Penyakit Saluran Pencernaan). Berprofesi sebagai seorang dokter di Amerika Serikat (USA) dengan spesialisasi yang cukup "basah" ternyata tidak sepenuhnya membuat seseorang bahagia secara finansial. Hingga akhirnya sang dokter tersebut mencurahkan ketidakberpihakan sistem kesehatan Amerika  terhadap nasib dokter dalam blog caduceusblog.com.

Dokter Moeller adalah seorang anak dari keluarga kelas menengah, pekerja keras dan bervisi tinggi. Dia bercita-cita menjadi seorang dokter saat berusia 5 tahun. Selepas lulus SMA dia menempuh berbagai kursus dan menyelesaikan pendidikan undergraduate di Universitas Saint Louis selama delapan tahun. Berkat ketekunan dan berbagai prestasi yang berhasil diraih, dia berhasil diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Michigan, USA pada usia 26 tahun. Dia kemudian menjalani program fellowship untuk belajar ilmu penyakit dalam selama tiga tahun di Universitas Michigan. Setelah menyelesaikan fellowship selama tiga tahun, dokter Moeller kemudian melanjutkan spesialisasi dalam bidang gastroenterologi selama tiga tahun di tempat yang sama. Total setelah Lulus SMA dia harus menghabiskan 14 tahun pendidikan kedokterannya. Untuk memenuhi biaya pendidikannya, dr. Moeller harus berhutang sebesar USD  230.000, bahkan sebelum dia benar-benar menjadi seorang dokter yang boleh berpraktik. Jika kita mengasumsikan bahwa USD 1 setara dengan Rp 10.000,- berarti total hutang dokter Moeller untuk menyelesaikan sekolah kedokterannya adalah 2.300.000.000,- (2,3 milyar rupiah).

Jika saya dalam posisi dokter Moeller, saya tidak tahu harus menghadapi masa depan seperti apa. Baru memulai meniti karir dan harus menanggung hutang sebesar itu. Bagaimana dengan kebutuhan menghidupi keluarga, membesarkan anak dan investasi pendidikan kedokteran berkelanjutan. Memang seorang gastroenterologist rata-rata menghasilkan USD 50.000/tahun. Itu artinya dengan gaya hidup yang sangat sederhana, dia baru akan dapat melunasi hutangnya kurang lebih lima tahun. Dia mungkin baru akan menikmati hidup saat sudah berusia 37 tahun! Saat dimana banyak orang-orang seusianya yang berprofesi sebagai pengacara atau CEO sudah menikmati kemakmuran dan keberlimpahan.

Masalah dokter Moeller semakin pelik ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa berpraktik sebagai seorang dokter di USA tidak semanis yang kita bayangkan. Dokter di USA harus bekerja ekstra keras. Saat surat dokter Moeller tersebut ditulis, dia sedang menjalani masa istirahat yang singkat setelah menyelesaikan 87 jam kerjanya dalam seminggu. Seorang fulltimer bidang lain di USA pun hanya akan bekerja 40 jam dalam  seminggu. Dokter di USA juga sangat harus berhati-hati dengan isu malpraktik, karena sekali lengah dan dituntut dengan isu malpraktik seorang dokter harus siap kehilangan pendapatan selama satu tahun.

Sesaat setelah membaca tulisan dokter Moeller saya terenyuh. Sebenarnya nasib dokter di Indonesia jauh lebih beuntung. Biaya pendidikan yang relatif lebih murah di Indonesia adalah alasan utama. Untuk menyelesaikan dokter umum, saya hanya menghabiskan sekitar 100 juta rupiah, sudah termasuk SPP, buku dan biaya hidup. Namun saya tidak menutup mata bahwa banyak hal yang harus dibenahi dari sistem kesehatan di Indonesia. Kesejahteraan dokter yang lulus diatas tahun 2010 mungkin tidak akan secemerlang dokter tahun 90-an. Politisasi kesehatan memicu teman sejawat dokter Indonesia bergerak. Politisi yang menjabat sebagai pimpinan daerah sering menggunakan program-program kesehatan sosialis untuk mendulang simpati publik, tanpa memperhatikan kesejahteraan dokter yang overload beban kerja dengan minim penghargaan. Semoga janji Presiden SBY untuk menaikkan anggaran kesehatan 5% APBN segera terealisasi. Semoga.

Salam sehat lahir batin^^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun