Mohon tunggu...
Akaha Taufan Aminudin
Akaha Taufan Aminudin Mohon Tunggu... Sastrawan

Koordinator Himpunan Penulis Pengarang Penyair Nusantara HP3N Kota Batu Wisata Sastra Budaya SATUPENA JAWA TIMUR

Selanjutnya

Tutup

Seni

Menganyam Harmoni: Kisah Latihan Rutin Sendratari Arjuna Wiwaha dan Semangat Inklusi di Aula TAMANSISWA Kota Batu

7 Oktober 2025   17:22 Diperbarui: 7 Oktober 2025   17:22 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Akaha Taufan Aminudin Koordinator SATUPENA JAWA TIMUR INDONESIA 

Menganyam Harmoni: Kisah Latihan Rutin Sendratari Arjuna Wiwaha dan Semangat Inklusi di Aula TAMANSISWA Kota Batu

Oleh : Akaha Taufan Aminudin 

MengEMASkan Indonesia.Dalam riuh rendahnya kota yang selalu bergerak, Rumah Inklusi Kota Batu menyuguhkan sebuah cerita indah tentang latihan rutin Sendratari Arjuna Wiwaha yang bukan sekadar kegiatan seni, namun cerminan semangat inklusivitas dan kebersamaan. Dengan dukungan penuh dari Yayasan Perguruan Tamansiswa dan kehadiran tokoh inspiratif seperti Nyi Julie Nachrowi, latihan ini menjadi panggung bagi keberagaman dan empati yang menghangatkan hati kota Batu. Mari kita selami bagaimana sebuah acara latihan bersama mampu menyatukan jiwa dan mengajarkan kita tentang nilai kemanusiaan yang luhur.

Ketika dunia seni bertemu dengan nilai inklusivitas, apa yang muncul bukan hanya pertunjukan biasa, melainkan sebuah manifesto kemanusiaan yang menggetarkan. Itulah yang dapat kita rasakan dari jadwal rutin latihan Sendratari Arjuna Wiwaha yang diinisiasi oleh Rumah Inklusi Kota Batu. Lokasi Aula TAMANSISWA lantai dua berubah menjadi panggung persahabatan, tempat di mana 35 peserta, 35 pendamping, dan 15 panitia bertemu bukan hanya untuk berlatih, tapi juga merajut persaudaraan.

Latihan bersama ini tidak sekadar rutinitas biasa. Di balik keseriusan gerakan dan tari yang mempesona, terselip pesan mendalam: seni adalah bahasa universal yang mampu menghapus sekat-sekat perbedaan. Hal inilah yang membuat kehadiran Nyi Julie Nachrowi, Pengurus Yayasan Perguruan Tamansiswa Batu, begitu berharga. Beliau bukan hanya menyaksikan latihan tersebut sebagai seorang pengurus yayasan, tetapi turut memberi semangat dan dukungan penuh terhadap misi inklusif yang diemban Rumah Inklusi.

Dalam surat permohonan yang diajukan kepada Ketua Yayasan Taman Siswa, tertera permohonan peminjaman ruang untuk kegiatan ini pada hari Minggu, 5 Oktober 2025, pukul 14.00 -- 17.00 WIB. Jumlah peserta dan pendamping yang besar menunjukkan sebuah komitmen kolektif, di mana setiap elemen masyarakat hadir untuk mendukung inklusivitas melalui seni. Hal ini mengingatkan kita bahwa inklusi bukan hanya sebuah konsep, melainkan praktik nyata yang membutuhkan tempat, perhatian, dan kesempatan.

Menariknya, inisiatif ini juga punya warna politik dan sosial yang tidak boleh kita abaikan. Figur seperti Mardi Setyaningsih yang dikenal luas sebagai Ketua APKLI Kota Batu sekaligus aktivis inklusi, menjadi gambaran betapa sinergi antarlembaga dan personalitas bisa menciptakan perubahan sosial yang berarti. Dari mengorganisasi lokakarya perlindungan hukum hingga menggelar Pawai Empati 1.000 Bunga, pendekatannya selalu menyentuh sisi kemanusiaan dan pemberdayaan komunitas.

Kita, sebagai masyarakat yang hidup di era perubahan cepat dan kecenderungan individualisme, kerap lupa bahwa seni bukan hanya hiburan. Ia adalah jendela ke dalam diri, ke dalam jiwa kolektif, dan lebih dari itu, jembatan bagi yang merasa terpinggirkan. Sendratari Arjuna Wiwaha, dengan kisah epiknya yang sarat pesan moral dan spiritual, menjadi medium yang ideal untuk menanamkan nilai tersebut kepada generasi muda dan siapa saja yang hadir di Aula TAMANSISWA Kota Batu Wisata Sastra Budaya Jawa Timur.

Bayangkan sejenak bagaimana ruang aula di lantai dua tersebut berubah menjadi laboratorium eksperimental jiwa-jiwa yang beragam namun berpadu. Suara gemerisik kain, langkah kaki yang teratur, dan tatapan penuh semangat saling bersahutan menciptakan simfoni kehidupan yang manis dan menggetarkan. Di sanalah setiap individu belajar bahwa menari bukan sekadar mengikuti koreografi, melainkan melangkah bersama menuju dunia yang lebih inklusif, lebih ramah, dan lebih manusiawi.

Dan tentu saja, cerita ini bukan hanya milik mereka yang ada di panggung latihan. Ini adalah panggilan untuk kita semua yang membaca, menonton, atau bahkan hanya melewati kisah ini sekilas. Apakah kita sudah cukup memberi ruang bagi inklusi di lingkungan kita? Apakah kita sudah membuka pintu dan hati untuk mereka yang berbeda? Latihan Sendratari Arjuna Wiwaha ini mengajak kita menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut lewat sebuah tindakan nyata, sebuah ajakan untuk menari bersama dalam harmoni.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun