Mohon tunggu...
Nurul Saskia
Nurul Saskia Mohon Tunggu... Mahasiswa

Ilmu gizi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gizi Seimbang Bukan Sekedar 4 Sehat 5 Sempurna: Saatnya Lebih Melek Piring Makan

1 Juli 2025   10:23 Diperbarui: 1 Juli 2025   10:23 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Makanan Gizi Seimbang Sumber: freepik.com

Oleh: Nurul Saskia

Mahasiswa Ilmu Gizi


Ketika mendengar kata "gizi", masih banyak masyarakat Indonesia yang langsung teringat pada slogan lama: 4 Sehat 5 Sempurna. Padahal, konsep tersebut sudah tidak relevan lagi dengan kebutuhan zaman sekarang. Saat ini, Kementerian Kesehatan RI mendorong penerapan "Pedoman Gizi Seimbang", yang lebih holistik dan disesuaikan dengan tantangan gizi masa kini, mulai dari obesitas hingga kekurangan mikronutrien.


Sebagai mahasiswa Ilmu Gizi, saya merasa bertanggung jawab untuk mengajak masyarakat lebih memahami bahwa makan itu bukan sekadar kenyang, melainkan bagaimana memenuhi kebutuhan zat gizi secara proporsional. Bayangkan tubuh kita seperti mesin: tanpa bahan bakar yang tepat, ia akan rusak perlahan.

Apa Itu Gizi Seimbang?
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Zat gizi tersebut meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Gizi seimbang tidak hanya soal jenis makanan, tetapi juga berkaitan dengan porsi, variasi, waktu makan, dan aktivitas fisik.
Kementerian Kesehatan bahkan telah memperkenalkan "Isi Piringku", sebuah panduan visual tentang komposisi makanan yang ideal dalam satu kali makan:
piring terdiri dari sayur dan buah,
piring karbohidrat (seperti nasi, kentang, atau jagung),
piring lagi protein (seperti ikan, telur, tahu, tempe, ayam, dll).
Dengan pendekatan ini, masyarakat diharapkan lebih mudah membayangkan komposisi gizi yang benar tanpa perlu menghitung kalori rumit.

Mengapa Kita Harus Peduli?
Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas dan penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes dan hipertensi meningkat tajam, bahkan di usia produktif. Ironisnya, masalah gizi kurang juga masih menjadi tantangan, terutama pada anak-anak di daerah terpencil.
Fenomena double burden of malnutrition---di mana satu keluarga bisa mengalami kekurangan dan kelebihan gizi sekaligus---menjadi alarm keras bahwa edukasi gizi harus lebih masif. Gaya hidup serba instan, konsumsi makanan ultra-proses, dan kurangnya aktivitas fisik memperparah kondisi ini.


Sumber: freepik.com
Sumber: freepik.com
Peran Anak Muda dalam Revolusi Gizi
Sebagai generasi muda dan calon ahli gizi, kita punya peran besar dalam membawa perubahan. Edukasi gizi seharusnya tidak eksklusif hanya milik tenaga kesehatan, tetapi juga bisa dimulai dari lingkungan kecil: keluarga, teman, bahkan media sosial.
Saya pribadi sering memanfaatkan Instagram dan TikTok untuk berbagi konten seputar piring makan, tips bekal sehat, hingga mitos-mitos seputar diet. Responsnya cukup positif, terutama dari teman sebaya yang mulai sadar pentingnya memperhatikan asupan harian.
Makan bukan soal kenyang atau enak saja. Ia adalah investasi kesehatan jangka panjang. Dengan menerapkan pola gizi seimbang, kita tidak hanya menjaga tubuh tetap fit, tapi juga mencegah berbagai penyakit kronis di masa depan.
Mari kita ubah pola pikir kita mulai dari sekarang: dari yang penting "4 sehat 5 sempurna", menjadi "1 piring, 1 kesadaran akan kesehatan". Karena gizi bukan sekadar ilmu, tapi gaya hidup yang menyelamatkan masa depan bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun