Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Entrepreneur

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik kepada lingkungan alam dan lingkungan sosial dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gokkon Dohot Jou-Jou, Bataknese Hospitality

8 April 2012   13:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:52 2475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_170511" align="aligncenter" width="330" caption="Pakaian Adat Minang dengan Ulos Batak"][/caption]

Suku Minang Kabau Kelahiran Batak

Kedua orangtua saya asli suku minangkabau, Ayah suku/marga Koto, Ibu Sikumbang. Meskipun sudah sekian lama tinggal di Tanah Batak (30 tahun lebih), hubungan kekeluargaan dengan kampung di daerah Bukit Tinggi Sumatera Barat tidaklah terputus. Seperti kebanyakan Suku Minang Kabau, orangtua saya merantau ke Tanah Batak dan membuka usaha Rumah Makan.

Saya sendiri lahir di di Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara. Saya tinggal disana hingga tamat SMA, dan melanjutkan studi ke Kota Medan.

Marga Koto yang tercantum dalam nama saya adalah suatu kesalahan teknis. Maksudnya begini, suku batak mencantumkan marga dalam nama berasal dari orangtua laki-laki (Paternal), sedangkan Suku Minang Kabau berasal dari Ibu (Maternal), nah, saat orangtua mendaftarkan saya ke catatan sipil, administratornya yang kenal dekat dengan ayah dan mengetahui marganya Koto.

Karena kebudayaan Suku Batak bersifat Paternal, administrator tersebut mencantumkan marga Koto ke dalam nama saya, mungkin dia tidak mengetahui kalau Suku Minangkabau bersifat Maternal. Jadilah nama resmi saya Rahmad Agus Koto, dimana seharusnya nama saya adalah Rahmad Agus Sikumbang ^_^

Keluarga saya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan beberapa keluarga Suku Batak disana yaitu keluarga Oppung Hutahean dan Tulang (Paman) Pangaribuan. Saking dekatnya hubungan ini, Oppung Hutahaean menganggap Ibu saya sebagai anaknya sendiri dan memberikan gelar yaitu Boru Hutahaean kepadanya pada suatu acara adat. Sedangkan Ayah saya Pangaribuan, dan memberikan Marga Pangaribuan kepadanya. Oh ya, pencantuman suku pada nama, untuk laki-laki istilahnya Marga, sedangkan untuk perempuan istilahnya Boru.

Bataknese Hospitality

Penduduk Laguboti, mayoritas Suku Batak dan beragama Kristen Protestan, sedangkan suku lain (Minang Kabau dan Jawa) dan beragama Islam hanya sekitar 1 %. Selama saya tinggal disana saya mengalami sendiri keramahan (Hospitality) Suku Batak serta memiliki toleransi yang sangat tinggi terhadap suku dan agama lain, saling menghormati dan tolong menolong satu sama lain.

Setiap hari-hari besar agama, ada tradisi yang sangat menarik, misalnya Natal dan Tahun Baru, tetangga kami yang merayakannya selalu memberikan sesuatu, biasanya makanan dan minuman untuk berbagi rasa kegembiraan, demikian juga sebaliknya. Pada acara-acara besar misalnya pesta pernikahan, para tetangga saling tolong menolong dalam menyiapkan acara tersebut, istilahnya Marhobas.

Suku Batak merupakan suku yang sangat menarik, banyak pahlawan nasional misalnya Sisingamangaraja dan tokoh-tokoh nasional berasal dari Suku Batak. Selama tinggal di daerah batak, saya merasakan dan mengenal benar ada karakter yang sangat menonjol yaitu Sifat Blak-blakan. Mereka cenderung tidak menyukai menyimpan perasaan, kalau ada yang mengganjal di hatinya langsung disampaikan, mungkin karakter inilah yang membuat banyak Pengacara terkenal di negara kita berasal dari Suku Batak ^_^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun