Mohon tunggu...
Lohmenz Neinjelen
Lohmenz Neinjelen Mohon Tunggu... Buruh - Bola Itu Bundar, Bukan Peang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://gonjreng.com/

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

SBY dan "Strategi Kampanye Tidur"

27 Oktober 2018   06:07 Diperbarui: 27 Oktober 2018   06:37 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: merdeka.com

SBY tidak terdengar komentarnya saat kasus hoax Ratna Sarumpaet ramai diberitakan oleh media massa, padahal Partai Demokrat secara formal ikut mendukung pasangan capres Prabowo-Sandi yang sedang tertimpa "musibah".

Mengapa tidak ada komentar atau pernyataan SBY yang terkesan membela Prabowo-Sandi dan dikutip oleh media saat kasus hoax Ratna Sarumpaet menjadi pembicaraan publik awal Oktober lalu? Diperkirakan tidak ada untungnya secara politis bagi SBY dan Partai Demokrat. Lebih baik diam saja atau senyap.

Terkait "senyap" ini, diberitakan Partai Demokrat sedang memainkan strategi kampanye senyap yang berbeda dengan Gerindra, PAN dan PKS. 

Menurut Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, SBY dan AHY saat ini sedang berada di Jawa Tengah yang merupakan basis PDIP dengan tujuan Pileg sukses dan Pilpres berhasil, tapi sengaja tidak diekspos oleh media, makanya dinamakan strategi kampanye senyap.

Partai Demokrat pun tidak takut akan tertinggal dari partai mitra koalisinya dalam mengkampanyekan pasangan capres Prabowo-Sandi. Strategi kampanye senyap ala Demokrat lebih efektif, tapi nanti pada waktunya Partai Demokrat pun akan turun bersama pasangan capres tadi. 

"Nanti ada waktunya Demokrat turun bersama capres atau cawapres, momentumnya nanti. Semua sudah kami perhitungkan," kata Ferdinand Hutahaean seperti dikutip dari merdeka.com (26/10/2018).


Strategi kampanye senyap? Ada-ada saja istilahnya.

SBY dan Partai Demokrat secara formal memang mendukung pasangan capres Prabowo-Sandi, tapi publik pun tahu ada yang "tidak beres" di dalam koalisi ini sejak AHY gagal menjadi cawapres Prabowo. Andi Arief pun sempat menuding Prabowo adalah "Jenderal Kardus".

Jadi sudah dua kali Prabowo dipermalukan atau dibuat malu dalam 2-3 bulan terakhir ini, yaitu adanya tudingan "Jenderal Kardus" dari Andi Arief awal Agustus lalu dan kasus hoax Ratna Sarumpaet awal Oktober lalu.

Tidak tertutup kemungkinan SBY dan Partai Demokrat sudah memperhitungkan Prabowo-Sandi kecil kemungkinannya akan memenangkan Pilpres 2019. Makanya cukup meragukan tujuan strategi kampanye senyap tadi, yaitu Pileg sukses dan Pilpres berhasil. Mungkin lebih tepat "strategi kampanye tidur" dengan tujuan Pileg sukses saja yang menguntungkan Partai Demokrat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun