Mohon tunggu...
AJ Susmana
AJ Susmana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

AJ Susmana, dilahirkan di Klaten. Dapat dihubungi via Email ajsusmana@yahoo.com Selain menulis, berbagai isu sosial, budaya dan politik, juga "menulis" lagu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki yang Menangis Ketika Ayahnya Menikah Lagi

24 Januari 2023   04:29 Diperbarui: 24 Januari 2023   05:07 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bung, sudah dengar? Politisi N selingkuh?" pesan R yang kubaca via Whatshaap.

Aku tidak bersegera membalas. R tahu aku pernah dekat dengan Politisi N yang sekarang lagi naik daun sebagai salah satu capres yang digadang rakyat. Ia hendak mengonfirmasi kebenaran berita perselingkuhan Politisi N. Dengan cara itu, ia juga akan menjadikan diriku sebagai salah satu sumber berita yang sedang ditulisnya. Kebenaran perselingkuhan Politisi N  tentu akan mempengaruhi jalannya menuju RI 1. R tentu tidak main-main dengan pertanyaan tentang perselingkuhan politisi N kepadaku. R dikenal sebagai jurnalis gosip yang akurat. Entah bagaimana caranya ia mendapatkan fakta perselingkuhan Politisi N yang pasti trending topic ini bila menjadi berita di medianya. Aku merenung sebentar dan belum juga menulis untuk membalas pesan wa R.

Ingatanku justru melayang pada masa tiga puluh  dua tahun yang lalu ketika aku dan Politisi N masih  menjadi aktivis mahasiswa di Kota Pelajar. Kebetulan atau sejarah yang mempertemukan? kami berada dalam Fakultas yang sama sehingga kami cepat akrab. 

Setelah pendidikan politik selama tiga hari  yang melelahkan  dan diskusi situasi politik kekinian, seorang dari kami, peserta dikpol tiba-tiba naik ke panggung dan mengucapkan Sumpah Mahasiswa yang terkenal itu, yang sekarang menjadi perdebatan siapa penulis Sumpah Mahasiswa itu, ada yang bilang Afnan Malay, sang penyair, tapi ada juga yang berbisik Dadang Juliantara, seorang pemikir. Aku juga tidak begitu tahu. Tapi banyak orang cenderung ke Afnan Malay karena dia seorang penyair, sebagaimana Sumpah Pemuda 1928 yang ditulis Penyair Mohammad Yamin.

Tapi, yang mengejutkan:   Mahasiswa  Dekil itu tak cukup puas dengan mengajak teman-temannya mengucapkan Sumpah Mahasiswa tapi juga mengajak bersumpah bahwa tidak akan pacaran sampai Sang Diktator ditumbangkan. Entah apa yang menjadi agenda Mahasiswa Dekil itu dengan mengajak  Sumpah Tidak Berpacaran  itu yang jelas tidak ilmiah; tapi karena dirasa itu akan menguatkan komitmen kami dalam melakukan perlawanan dan  membangun organisasi,  banyak juga peserta dikpol yang terlibat sementara aku dan N hanya duduk saja tidak ikut berdiri mengangkat tangan. Aku tahu N sudah punya pacar.

Walau kami berdua tidak terlibat dalam soal Sumpah Tidak Berpacaran, suasana itu mempengaruhi kami juga. Aku walau belum punya pacar waktu itu jadi ikut-ikutan malas cari pacar  dan lebih banyak fokus pada kegiatan organisasi sehingga hati menjadi tidak peka terhadap nada atau suara-suara gadis yang menginginkan pacar. Aku kemudian dimasukkan dalam golongan Habek: Hati Beku. Stigma Habek itu pun diterima dengan rasa senang bukan dengan sedih atau marah.  Sementara N, walau punya pacar, demi menghormati kawan-kawan yang bersumpah tidak pacaran sampai Sang Diktator digulingkan itu tidak pernah menampakkan diri sebagai Mahasiswa yang punya pacar.

Selama tahun-tahun mahasiswa itu,  Serikat Mahasiswa kami  telah bikin kalang kabut penguasa Kampus dan juga penguasa Negeri. Kami melakukan pemogokan mahasiswa, bikin tenda dan mogok makan di boulevard maupun depan kantor Rektorat. Menolak tambahan biaya pendidikan. Menuntut diperbanyak buku-buku di perpustakaan dengan buku-buku terbaru. Menolak Intervensi Militer di Kampus. Menolak Organisasi Kampus yang lebih cenderung mewakili suara birokrat kampus dan mendirikan Dewan Mahasiswa.  Mengirimkan beberapa mahasiswa untuk terlibat dalam solidaritas membela kasus-kasus rakyat  seperti penggusuran tanah-tanah petani dan buruh yang dipecat dengan sewenang-wenang. Juga mengirimkan delegasi ke Ibu Kota untuk menentang pembredelan Media Massa oleh Penguasa. Banyak hal kami kerjakan dan kami sibuk dengan aksi ini aksi itu, termasuk bahkan mendirikan Biro Pembelaan Hak-Hak Mahasiswa sebelum Komnas HAM-Hak Asasi Manusia didirikan di Repubik ini.

Aku ingat waktu itu, N ngotot bahwa kasus pelecehan   mahasiswi oleh dosen harus menjadikan berdirinya permanen Organisasi yang teguh membela hak-hak mahasiswa sehingga kejadian pelecehan sex seperti yang menimpa mahasiswi itu tidak terulang lagi. N terus bergerak tak hanya sampai pada pendirian Organisasi Pembelaan Hak-Hak Mahasiswa, ia pun terus mendorong agar teman-teman mahasiswi terlibat dalam serikat perempuan yang memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak perempuan lebih luas yang saat itu juga sudah banyak berdiri di Kota Pelajar. Jadi lengkap sudah N sebagai seorang aktivis yang dikenal tak hanya revolusioner tapi juga feminis.

"Seorang revolusioner dengan sendirinya feminis. Ia menjadikan ketidak-adilan  yang menimpa rakyat, termasuk di dalamnya Perempuan, sebagai api perlawanan yang tak kunjung padam," katanya kepadaku suatu hari sesudah Dosen yang melecehkan mahasiswi itu berhasil dipaksa untuk meminta maaf secara terbuka walau tidak berhasil dipecat.

Suatu hari, ketika Sekretariat Mahasiswa sedang sepi dan aku baru pulang dari kuliah pagi, aku menemukan N sedang menangis tersedu sambil memegangi kertas yang tampak sudah terbaca. Ini tentu peristiwa yang luar biasa yang membuat N, seorang revolusioner  yang feminis menangis tersedu;  barangkali mendapat kabar duka: ada sanak saudaranya yang meninggal. Aku perlahan mendekat kepadanya dan bertanya tenang:

"Ada apa, Coy?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun