Selama bertahun-tahun, masyarakat Indonesia tumbuh dengan pandangan bahwa laki-laki sejati adalah mereka yang bekerja di luar rumah, mencari nafkah, dan menjadi tulang punggung keluarga. Peran domestik seperti mengurus anak, membersihkan rumah, atau memasak sering dianggap sebagai tugas perempuan. Namun, seiring berkembangnya zaman dan kesetaraan gender, pola pikir ini mulai bergeser. Kini semakin banyak pria yang memilih menjadi bapak rumah tangga, dan pilihan itu seharusnya tidak dipandang rendah.Â
Menjadi bapak rumah tangga bukan berarti seorang pria kehilangan jati dirinya sebagai kepala keluarga. Justru sebaliknya, keputusan untuk tinggal di rumah dan mengurus keluarga adalah bentuk tanggung jawab dan keberanian yang besar. Tidak semua laki-laki mampu meninggalkan ego sosialnya dan fokus pada peran domestik. Dibutuhkan kematangan emosional, kesabaran, serta pemahaman mendalam tentang makna keluarga untuk menjalankan peran ini dengan sepenuh hati.Â
Sering kali, bapak rumah tangga dipandang "tidak produktif" karena tidak menghasilkan uang secara langsung. Padahal, produktivitas tidak hanya diukur dari materi. Mengasuh anak, menjaga keharmonisan rumah tangga, dan mendukung pasangan agar bisa fokus bekerja di luar rumah juga bentuk kontribusi nyata terhadap keberhasilan keluarga. Tanpa kehadiran figur ayah di rumah, banyak aspek pengasuhan dan nilai kehidupan yang bisa terabaikan.Â
Dalam banyak kasus, keputusan menjadi bapak rumah tangga muncul dari kesepakatan bersama antara suami dan istri. Misalnya, ketika istri memiliki karier yang lebih stabil atau penghasilan yang lebih besar, maka peran bisa ditukar secara alami. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga modern kini lebih menekankan kerja sama dan saling dukung daripada mempertahankan peran tradisional yang kaku.Â
Anak-anak yang tumbuh dengan figur ayah di rumah justru memiliki keuntungan tersendiri. Mereka mendapatkan contoh nyata tentang bagaimana peran laki-laki tidak terbatas pada pekerjaan fisik atau pencarian uang, melainkan juga kasih sayang, empati, dan tanggung jawab. Kehadiran bapak setiap hari bisa membangun kedekatan emosional yang kuat, serta membantu pembentukan karakter anak yang lebih seimbang.Â
Sayangnya, pandangan masyarakat sering kali masih dipenuhi stereotip negatif. Tidak sedikit bapak rumah tangga yang mendapat cibiran, dianggap malas, atau "gagal" sebagai pria. Padahal, keberanian untuk mengambil keputusan yang tidak populer itu menunjukkan kekuatan mental dan rasa percaya diri yang tinggi. Mereka tidak hidup berdasarkan standar orang lain, melainkan berdasar pada kebutuhan dan kebahagiaan keluarganya sendiri.Â
Selain itu, peran bapak rumah tangga juga membuka peluang baru bagi kesetaraan gender. Saat pria dan wanita bisa saling bertukar peran tanpa rasa rendah diri, maka hubungan rumah tangga menjadi lebih sehat dan setara. Istri bisa berkarier dengan tenang, sementara suami memastikan keluarga tetap berjalan harmonis. Keduanya saling menghargai peran masing-masing tanpa melihat siapa yang lebih dominan.Â
Kita juga perlu menyadari bahwa mengurus rumah tangga bukanlah pekerjaan yang ringan. Bangun pagi, menyiapkan makanan, mencuci, membersihkan rumah, mengurus anak semua itu adalah pekerjaan penuh waktu yang menuntut energi fisik dan mental. Maka, ketika seorang bapak memilih untuk menjalani rutinitas ini setiap hari, ia layak mendapatkan penghargaan, bukan ejekan.Â
Lebih dari sekadar peran domestik, bapak rumah tangga juga berperan sebagai pendidik dan penjaga nilai-nilai keluarga. Ia memastikan anak-anak tumbuh dalam suasana yang penuh kasih sayang, disiplin, dan kehangatan. Dari tangan dan keteladanan mereka, lahir generasi yang menghormati kerja keras tanpa memandang jenis kelamin atau status sosial.Â
Pada akhirnya, menjadi bapak rumah tangga bukanlah tanda kelemahan, melainkan simbol kekuatan, tanggung jawab, dan cinta yang tulus. Dunia modern seharusnya memberi ruang bagi siapa pun untuk memilih peran terbaik bagi keluarganya tanpa rasa malu atau takut. Sudah saatnya kita berhenti menilai peran berdasarkan gender, dan mulai menghargai setiap bentuk pengorbanan yang lahir dari cinta. Karena sejatinya, menjadi bapak rumah tangga adalah keputusan yang mulia dan layak dihormati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI