Mohon tunggu...
Negeriku
Negeriku Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Temu Kangen Ulama Karismatik, Habib Luthfi dan Pejuang Ekonomi Kerakyatan Dr. Rizal Ramli

8 April 2018   11:41 Diperbarui: 8 April 2018   11:59 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
By: RepublikAjisoko

Begawan ekonomi Dr. Rizal Ramli yg dikenal sebagai tokoh ekonomi kerakyatan bersilaturrahmi di kediaman Ulama kharismatik Al Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Yahya Pekalongan Jawa Tengah. 

Kedatangan sang begawan ekonomi yang sering dipanggil Gus Romli dikalangan santri dan kaum Nahdliyin itu, selain berukhwuwah dan bersilaturrahmi, keduanya juga seperti melepas rindu untuk bertukar pikiran terkait masalah masalah kebangsaan dan keumatan. 

Gus Romli yang juga kesayangan Gus Dur dalam berdiskusi lebih menyoroti soal kebijakan impor yang dinilainya membuat para petani dirugikan, padahal mayoritas petani notabene adalah umat Islam, selain itu Gus Romli juga menyoroti soal kondisi ekonomi yang stagnan dan isu isu keagamaan yang sudah sangat mengkhawatirkan.

Sementara itu, Al Habib Luthfi Yahya juga menyoroti hal yang sama,  kondisi keumatan,  khususnya soal ekonomi umat memang menjadi masalah yang harus diperbaiki bersama,  umat harus berfikir tantangan di masa datang, umat harus mencintai dan merawat negara beserta sumber daya alamnya yang telah diberikan Allah SWT untuk kemaslahatan dan kesejahteraan bersama, itulah makna nasionalisme menurut Islam yang sesungguhnya.

Umat harus sudah mulai berfikir dan berjiwa besar,  jangan sampai segala masalah atau isu isu yang berkembang selalu di sikapi dengan emosional, umat harus lebih mengedepakan spiritualitas,  hati dan akal dari pada sekedar emosi. Sehingga kondisi keumatan lambat laun menjadi lebih baik.

Al Habib Luthfi Yahya menganalogikan dalam mencintai Indonesia dengan semangat Nasionalisme dan membangun Indonesia ibarat mengelola Kereta Api yang sudah berumur lama, jangan sampai rel dan gerbong Kereta Api itu di musnahkan, tetapi merawat rel berikut gerbong kereta api nya jauh lebih baik dan lebih kreatif, misalnya gerbong kereta api selalu bersih,  banyak fasilitas pilihan disediakan untuk penumpang, dsb, sehingga penumpang nyaman menaikinya. Itu lah analogi untuk Indonesia beserta spirit nasionalismenya, yang selalu harus dirawat dan di isi, sehingga rakyat merasakan kemakmuran bersama. 

Demikian juga dengan isu isu kekinian yang perlu dipahami secara bijak oleh umat, lagi lagi Al Habib juga membuat analogi sederhana, ibarat seorang hansip,  jangan sampai hansip terkecoh dengan para pencuri,  ketika pencuri melempar batu dirumah penduduk, para penduduk keluar dan mengejar semua,  padahal itu hanya kecohan pencuri agar leluasa masuk dan mengacak-acak rumah ketika sang pemilik justru sibuk keluar rumah mencari para pencuri. Pun demikian dengan isu isu heboh yang berkembang selama ini, jangan sampai umat justru terkecoh dengan isu isu yang sedang heboh,  sementara banyak persoalan penting kondisi keumatan selama ini justru akhirnya terlupakan. 

Kedua tokoh bangsa tersebut saling mengapresiasi dan sama sama mendoakan untuk indonesia lebih baik. Bagi RR,  sosok Al Habib Luthfi adalah sosok ulama kharismatik yang logis,  berwawasan luas dan humanis, sementara itu Al Habib Luthfi Yahya mendoakan agar yang dicita-citakan RR untuk membuat Indonesia lebih baik bisa segera terwujud. 

Sekira dua jam diskusi akrab yang penuh nuansa kerinduan itu berlalu tak terasa, kedua aset bangsa yang selama ini berjuang untuk menjunjung kemaslahatan dan kebaikan umat, walau masing-masing fokus pada peran dan sisi perjuangan yang berbeda, antara peran ulama dan peran seorang pejuang ekonomi kerakyatan, namun secara prinsip kedua tokoh hebat tersebut sejalan dalam perjuangan pada prinsip prinsip memakmurkan umat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun