Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Kronik Indonesia" dalam Lintasan Peristiwa

25 November 2012   04:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:43 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beragam peristiwa yang terekam dalam benak seakan-akan ingin memberontak, karena antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lainnya seakan-akan ada dalam bingkai rencana. Kasus Century menjadi catatan peristiwa penting yang sulit terungkapkan, begitu juga kasus-kasus besar lainnya. Seakan-akan kasus ini tidak layak diungkapkan, sehingga setiap kali kasus ini akan terungkap maka akan banyak peristiwa lain yang akan mengiringinya.

Begitu juga kasus perseteruan institusi Polri dan KPK, seperti sebuah cerita bersambung yang tiada habisnya. Perseteruan antara institusi Antagonis dengan institusi Protagonis membuka mata kita, bahwa ada lembaga hukum yang hitam dan ada pula lembaga hukum yang putih. Sebuah lembaga penyeimbang seperti DPR yang kita harapakan bisa berada ditengah-tengah, ternyata pun tidak bisa diharapkan, karena lembaga ini pun tidak juga bersih.

Semua kasus dan perseteruan ini senantiasa diselingi oleh berbagai gejolak dan pertikaian antara warga masyarakat. Betapa rentannya persatuan dan kesatuan bangsa ini, disaat-saat kita sangat membutuhkan persatuan dan kesatuan bangsa untuk membangun bangsa ini lebih baik, gejolak dan pertikaian pun terus terjadi, dan itu hanya dipicu oleh persoalan yang kadang sepele. Pertikaian antar warga disampang Madura, pertikaian antar warga di lampung selatan, dan berbagai peristiwa Terorisme yang juga senantiasa siap menteror ketenangan masyarakat.

Pidato-pidato pejabat tinggi negara tentang kebanggaannya terhadap pertumbuhan Ekonomi menjadi sia-sia, ketika pada kenyataannya situasi dan kondisi keamanan negara tidaklah kondusif, semua hanya menjadi pidato pemanis ditengah kemirisan masyarakat terhadap kenyataan kehidupan ekonomi masyarakat. Keberpihakan Pemerintah terhadapa kaum marjinal belumlah terlihat, dan itu bisa dilihat dengan terusnya bergejolak kaum buruh sebagai motor penggerak ekonomi negara yang menuntut kesejahteraan.

Masyarakat ini seperti sedang mencari seorang pemimpin yang diimpikan layaknya Satrio Piningit, namun lagi-lagi yang muncul kepermukaan pemimpin-pemimpin raja gombal. Ketika muncul seorang pemimpin yang mendekati impian, secara serentak dia dicecar dan dihoyok-hoyok agar cepat menuju kejatuhannya. Begitu banyak kronik dinegeri ini, seakan-akan negeri ini tidak layak mencapai kedamaian dan kesejahteraan, entah tangan-tangan siapa yang sudah turut memporak-porandakan persatuan dan kesatuan bangsa ini, sehingga bangsa ini tidak layak menikmati kemerdekaannnya yang sudah berusia 67 tahun.

Bangsa ini seakan-akan tidak berdaya dihoyok-hoyok oleh campur tangan pihak luar, pemimpin bangsa ini pun tidak mampu untuk menentukan sikap, kemana negara dan bangsa ini akan dibawa. Bangsa ini sudah seperti kerbau yang dicocok hidungnya oleh kepentingan negara Asing, seperti halnya pemimpinnya yang tidak mempunyai sikap dan pendirian.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun