Yang membikin hati saya pilu saat itu, beliau meninggalkan Indonesia untuk menepi dari hiruk-pikuk dunia politik. Beliau kembali kehabitatnya di dunia kedirgantaraan di Jerman. Disana beliau lebih dihargai dan dihormati karena Ilmu yang dimilikinya.
Situasi politik di Indonesia masih dibawah kendali Amien Rais, dalam Pemilu tidak langsung yang dilaksanakan tahun 1999, Abdurahman Wahid ( Gus Dur), terpilih sebagai Presiden, dan Megawati sebagai Wakil Presiden.
Nasib Gus Dur pun hampir sama dengan Habibie, Gus Dur dipaksa suruh turun dari jabatannya setelah dua tahun berkuasa, dan otomatis Megawati menggantikan posisinya sebagai Presiden.
Situasi ini membuat saya semakin rindu dengan sosok Pak Habibie, saya semakin jadi tahu kenapa Tuhan menjauhkannya dari situasi yang begitu buruk di Indonesia. Dan pada kenyataannya, sampai akhir hayatnya beliau tidak sama sekali menyentuh dunia politik.
Beliau benar-benar menempatkan diri sebagai bapak bangsa. Makanya kepergian beliau kemarin, betul-betul membuat rasa kehilangan seorang tokoh Panutan.Â
Ada perasaan berdosa jika ditanyakan Anda ada dimana saat Pak Habibie di bully di Senayan, karena memang saat itu perasaan saya tidak sedang dengannya.
Almarhum tidak berpura-pura mencintai bangsa ini, meskipun pernah diperlakukan secara dzolim oleh elit politik negeri ini.
Sedikit pun tidak mengurangi kecintaannya pada negeri ini, meski sempat menepi dari hiruk-pikuk politik yang pernah membuatnya begitu nista dimata bangsa ini.
Bangsa ini harus memetik teladan darinya, bagaima mencintai dengan tulus baik kepada Keluarga, juga kepada bangsa dan negara.
Selamat jalan Bapak Bangsa..semoga Allah menempatkan mu di Jannah-Nya