Mohon tunggu...
AjiK KojjeK
AjiK KojjeK Mohon Tunggu... karyawan swasta -

www.belajarsejenak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia Keramik

21 Juli 2015   09:26 Diperbarui: 21 Juli 2015   09:26 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jenis manusia ini adalah manusia yang mudah patah, mudah pecah, mudah terbelah. Perlu sentuhan lembut, tangan yang luwes untuk “memegang”nya. Kalau kebetulan ada orang disekitar kita, bisa itu anak, bisa itu suami/istri, saudara kandung, orang tua, teman, ataupun siapa saja yang bermodel manusia keramik ini kita mesti hati-hati. Oiya, bisa saja itu justru diri kita sendiri.

Manusia jenis ini butuh ruang yang leluasa baginya untuk bergerak. Kemauannya banyak, aleman, manja. Keinginannya selalu harus dituruti. Mirip anak kecil. Selalu mau didengar, mutungan (gampang putus asa). Meskipun tidak dipungkiri, manusia keramik ini dari segi tampilan indah, menarik, memikat. Tidak perlu heran juga kalau manusia jenis ini hanya siap untuk dipuji, dan tidak siap dengan kritikan, apalagi hujatan, cacimakian. Pasti akan memerah mukanya, marah, dendam, frustasi dlsb. Sehingga lebih aman terhadap manusia jenis ini kita menjadi ruang empuk yang bisa menjadi tempat dia berpijak. Kalau ngomong, kita dengarkan.

Manusia keramik ini kalau sudah kebelet pengen ini pengen itu, kita alihkan, kita kendalikan kalau memang keinginannya itu ngawur dan membahayakan. Jangan heran pula kalau manusia jenis ini ringkih, gampang sakit. Pikirannya sering konsleting. Disebabkan oleh keinginannya akan sesuatu yang menggebu namun upaya perwujudannya tidak mampu mengimbangi. Sering kepikiran tentang keinginan-keinginannya yang berimbas pada fisiknya yang lemah, mudah masuk anginlah.

Respon terhadap hal yang diluar harapannya, terkadang terlalu reaktif dan berlebihan. Enggan introspeksi, namun sukanya menyalahkan orang disekitarnya, menyalahkan orang lain bahkan menyalahkan keadaan. Kalau sudah tidak cocok, ngedumel, ngambek, uring-uringan.

Manusia keramik ini bukan lantas kok tidak cerdas, orangnya cerdas cuma kecerdasannya kalah oleh keinginannya, hasrat memilikinya besar. Kecerdasannya tidak mampu mengontrol dirinya akan keinginan-keinginannya. Daya ngelesnya paling jago, pintar beralasan. Mungkin kecerdasannya dipakai untuk itu. Pembelaan terhadap dirinya sangat bagus. Pertahanan eksistensinya lumayan rapat dan “anti peluru”.

Pengkategorian jenis manusia keramik ini bersifat tendensi saja, tidak melulu orang dengan jenis ini akan terus-terusan seperti ini. Bisa saja kondisi menjadi manusia keramik ini kambuhan, kadang iya kadang tidak, bersifat sementara saja. Sebab manusia terus bergerak, dinamis, tidak diam.

 

 

 


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun