Kalau melihat sepak terjang Bambang Pacul dalam memperjuangkan Puan Maharani, bukanlah sekadar cek ombak, tapi memang perjuangan antara hidup dan mati. Tidak terbersit sama sekali dalam pikirannya ada ruang bagi Ganjar.
Sementara Ganjar tetap berpikir bahwa, untuk perihal urusan Capres adalah domain ketua umum partai, bukanlah pada level Puan atau pun Bambang. Baginya apa yang dilakukan Bambang Pacul adalah usahanya sebagai petugas partai, sehingga dia tidak meresponnya secara frontal.
Tidak bisa PDIP mengabaikan Ganjar, biar bagaimana pun Ganjar sudah memperlihatkan loyalitasnya pada PDIP. Ganjar adalah kader murni PDIP, bukanlah seperti Jokowi yang dicomot di tengah popularitasnya menjadi kepala daerah.
Ada baiknya konflik Ganjar versus Puan tidak dibiarkan terus menjadi polemik di media sosial. PDIP harus menyelesaikannya secara internal, bukan membiarkan konflik tersebut menjadi konsumsi publik. Lain soal kalau PDIP ingin memanfaatkan konflik tersebut secara politik.
Ambisi PDIP menjadi partai pemenang untuk ketiga kalinya bisa gagal, kalau banyak pendukungnya kecewa. PDIP harus mempertimbangkan secara matang kalau tetap ingin memajukan Puan, baik sebagai Cawapres, atau juga sebagai Capres, karena bukan Puan yang diinginkan masyarakat.
Menentukan calon jangan seperti jargon iklan minyak Telon, yang tidak boleh coba-coba. Buat menentukan Capres kok coba-coba. Sikap pemilih jangan dianggap remeh, kalau sampai ditinggal pemilih, ambisi PDIP menjadi partai pemenang untuk ketiga kalinya bisa gagal.