Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

3 Kategori Pola Pikir Budaya dan Aksi Terorisme

2 April 2021   07:45 Diperbarui: 2 April 2021   08:40 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia berkelompok dan dikelompokkan atas dasar adanya kesamaan pola pikir budaya. Rasanya ini tidak terbantahkan, karena adanya kesamaan pola pikirlah seseorang dengan yang lainnya merasa ada satu pandangan dalam melihat sebuah persoalan.

Sebuah budaya terbentuk dari pola pikir, dan ini pulalah yang membentuk pola pikir budaya. Pola pikir budaya ini terbentuk dari adanya kesamaan perasaan antara satu dengan yang lainnya, sehingga berdasarkan itu pulalah mereka berkelompok dan dikelompokkan.

Sosiolog dan Guru Besar Fisip Universitas Indonesia (UI), Dr. Imam B. Prasodjo (iPras) secara kasar mengkategorikan pola pikir budaya dalam 3 kelompok. Menurutnya 3 kelompok kategori inilah yang ada didunia saat ini, seperti yang saya kutif dari kolom komentar, dilaman Facebook-nya;
Di dunia saat ini, secara kasar, ada tiga katagori kelompok yang bergumul dalam pola pikir budaya yang menghinggap:

1. Pola pikir "Culture of Fear" (budaya yang dihinggapi rasa takut). Mungkin contoh yang tepat kelompok ini adalah kelompok yang kini tumbuh kembali di Amerika sejak Donald Trump menjadi Presiden Amerika.

Kolompok yang mengidap penyakit "culture of fear" ini seringkali secara berlebihan melihat derap perubahan dengan rasa takut. Misalnya, mereka saat ini takut melihat kemajuan yang terjadi pada bangsa bangsa Asia. Takut berlebihan pada Cina, Korea, Indonesia, India dst. Juga ada yang takut dengan perkembangan dunia Islam. Sebagai respon terhadap rasa takut itu, seringkali  mereka bersikap rasis, prejudice, dan diskriminatif. Lihat apa yang terjadi di Amerika saat ini.

2. Kelompok yang mengidap penyakit "Culture of Humiliation" atau budaya yang merasa dirinya atau kelompoknya selalu tertindas. Kelompok yang mengidap penyakit ini, biasanya mereka cenderung bersikap suka menyalahkan orang lain. Mereka apologetik. Yang paling ekstrim adalah membenarkan sikap apapun, termasuk tindakan teror karena tindakan teror dianggap terjadi karena adanya teror yang mereka derita selama ini. Teror dibalas teror. Culture of humiliation seringkali membawa kondisi psikologis yang merasa dirinya merana, menderita, frustasi dan bisa saja berujung pada rasa marah tak berkesudahan.

3. Kelompok yang secara positif menyikapi hidup penuh optimis ke depan dengan menumbuhkan "Culture of Hope". Ini adalah pola pikir budaya kreatif yang berupaya menggunakan energi pikiran dan hati untuk merancang kehidupan lebih baik. Apapun peristiwa yang terjadi di dunia ini, ia sikapi dg optimisme dan berpikir positif. Kelompok ini berhasil menghindarkan diri dari rasa takut (iri hati) berlebihan menghadapi kemajuan yg diraih pihak lain. Juga, kelompok ini tak suka bersikap apologetik, mencari kambing hitam, dan putus asa.

Di manakah kita berada? Mari kita evaluasi diri.

Kalau kita mengamati kondisi masyarakat, baik di dalam dan diluar negeri saat ini, apa yang dikatakan iPras diatas ada benarnya. Sebagian besar masyarakat Amerika Serikat sedang mengalami apa yang dinamakan Pola pikir "Culture of Fear" (budaya yang dihinggapi rasa takut).

Ketakutan yang berlebihan terhadap kemajuan bangsa lain, terutama kemajuan bangsa Asia. Merasa ada pesaing baru, dan pesaing tersebut datang dari bangsa Asia, bangsa yang selama ini mereka anggap remeh. Sebagai negara yang disebut "Adikuasa" tentunya mereka tidak ingin ada bangsa lain yang lebih maju dari Amerika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun