Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menakar Adab Moeldoko dalam Berpolitik

29 Maret 2021   06:15 Diperbarui: 29 Maret 2021   13:47 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ngopibareng.id

Masyarakat sudah terlalu capek menyaksikan drama politik perebutan Partai secara paksa, sejak masa Order Baru sampai sekarang. Masyarakat perlu pendidikan politik yang baik, dan pendidikan tersebut harusnya diajarkan dari adab berpolitik para politisi.

Pada level Moeldoko itu harusnya lebih meninggikan adab, terlebih dia berada dalam lingkaran sumbu kekuasaan. Agak aneh jadinya, seorang Kepala Staf Kepresidenan yang aktif, dengan sangat atraktif melakukan kudeta terhadap ketua umum sebuah partai, dan itu dilakukan bersama eks kader Demokrat, dan kader aktif partai Demokrat.

Manusia yang meninggikan Adab, pastinya akan meninggikan Ilmu dan agama, sementara manusia yang tidak beradab tidak mungkin dia bisa meninggikan Ilmu dan agama, karena yang namanya manusia tidak beradab adalah manusia yang meninggalkan segala akhlak yang baik, dengan meninggalkan akhlak yang baik sudah jelas tidak akan melakukan hal yang baik.

Fitrah manusia dilahirkan adalah untuk berbuat kebaikan, bukanlah berbuat kerusakan. Manusia yang cenderung berbuat kerusakan dan keburukan adalah manusia yang tidak beradab, yang tidak meninggikan Adab, yang mencari jabatan dan kekuasaan dengan meninggalkan Adab.

Padahal sebelum menggali Ilmu, hendaklah manusia mempelajari Adab terlebih dahulu. Artinya, manusia yang berilmu pastinya beradab. Tapi pada kenyataannya, tidak semua orang yang berilmu memiliki adab yang baik.

Dengan adablah manusia menciptakan peradaban dan Ilmu, agar adab dan Ilmu yang diwariskan bermanfaat bagi kebaikan dan kemaslahatan manusia. Inilah yang sekarang hilang dari peradaban manusia, berilmu tapi tidak beradab, sehingga Ilmu yang diwariskan dijadikan alat untuk berbuat kerusakan.

Ibnul Mubarok berkata,
"Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun. (Muslim.or.id)

Berapa banyak negara yang porak poranda hanya dikarena manusia-manusia yang tidak beradab, yang meninggikan nafsu ketimbang Adab. Manusia tidak akan bersikap Adil kalau tidak memiliki Adab, manusia tidak akan berperikkemanusiaan kalau tidak memiliki Adab.

Makanya Sila kedua Pancasila berbunyi: 

"Kemanusiaan yang Adil dan beradab. Agar manusia Indonesia berperikkemanusiaan dengan Beradab, juga berkeadilan dengan Beradab, beragama pun dengan Beradab, bukanlah sekedar beragama tapi tidak memiliki Adab alias Biadab.

Kenapa ada manusia yang beragama tapi tidak beradab, karena tidak pernah memprioritaskan Adab dalam bermasyarakat. Mempelajari Ilmu agama tidak dengan mendahukan mempelajari adab, padahal agama menganjurkan sebelum mempelajari ilmu hendaklah juga mempelajari adab terlebih dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun