Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saudara Sendiri Belum Tentu "Mengenal" Anda

25 Desember 2019   10:19 Diperbarui: 25 Desember 2019   10:38 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: brainly.co.id

Jangan salah, orang terdekat kita belum tentu mengenal diri kita. Mengenal yang saya maksud secara utuh, mengenal pribadi, mengenal pemikiran, juga mengenal sikap dan tindakan kita secara baik buruknya.

Kenapa kadang orang lain yang tidak ada ikatan tali persaudaraan malah lebih jauh bisa mengenal kita.? Sehingga dia sangat maklum dengan sikap dan tindakan kita, karena dia sudah mengetahui cara berpikirnya kita.

Dia tidak sekedar mengenal diri kita, tapi secara emosional dia berusaha untuk memahami pemikiran, sikap dan tindakan tanduk kita. Itu semua dia lakukan karena dia mengetahui sisi yang menarik dari kehidupan kita, juga karena ada kesesuaian dalam pola berpikir. 

Saya tidak ingin mengatakan bahwa semua keluarga tidak mengenal kita sesungguhnya, karena ada juga keluarga yang mau memahami kita secara utuh, itu semua karena ada keseuaian pemikiran, atau bisa jadi pemahamannya terhadap apa yang kita lakukan sama dengan apa yang dia fahami.

Sepasang suami isteri sendiri meskipun berpasangan sudah puluhan tahun, belum tentu memahami pasangannya secara utuh. Salah satu penyebab perceraian salah satunya adalah itu. Mengenal hanya disaat awal, semakin lama malah semakin berjarak.

Itu penyebabnya karena masing-masing tidak ingin berusaha memahami pasangannya secara utuh, ketika ada perbedaan pandangan, tidak disikapi secara bijak, tidak ada yang berusaha untuk mengalah, jalan terakhir yang dipilih adalah berpisah.

Itu salah satu contoh bahwa orang terdekat kita belum tentu mengenal kita secara utuh. Ada juga orang tua yang tidak mau berusaha untuk mengenal pribadi, cara berpikir dan sikap juga tindak-tanduk anaknya, sehingga sering terjadi konflik dengan anaknya, tapi karena anaknya lebih memahami karakter orang tuanya, dia lebih memilih untuk mengalah.

Saya juga demikian, ketika orang-orang terdekat saya tidak memahami saya, makanya saya lebih memilih untuk menghindari semua bentuk perdebatan karena ketidaksefahaman. 

Karena untuk mendiskusikan segala sesuatu kedua pihak hendaklah sama-sama cukup ilmu, kalau tidak maka yang terjadi adalah perdebatan yang tidak bermanfaat.

Memang tidak mudah untuk memahami orang lain, sangat dibutuhkan kebesaran jiwa. Tidak bisa kita memberikan penilaian sikap dan tindakan orang lain hanya berdasarkan apa yang terlihat didepan mata, yang perlu dilhat juga apa yang mendasari dia melakukan tindakan tersebut.

Pastinya dia punya alasan dan pemikiran sehingga dia melakukannya. Alangkah bijaknya kalau kita tidak langsung memberikan penilaian negatif, tanpa mau mengetahui alasan dan pemikirannya dalam melakukan tindakan tersebut. Kadang tidak cukupnya pengetahuan kita sehingga kita menilai perbuatan orang lain salah.

Benar atau salah itu sifatnya relatif dan sangat subjektif, tergantung apa alat ukur yang digunakan. Perdebatan di media sosial bisa terjadi hanya karena kesenjangan pengetahuan, yang satu menganggap sudah benar apa yang diketahuinya, sebaliknya yang satu lagi juga begitu. Masing-masing berusaha dengan mempertahankan keterbatasan pengetahuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun