Mohon tunggu...
Aji Prasanto
Aji Prasanto Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Kerja

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Musik: Budaya, Ekonomi, dan Politik

11 Maret 2023   18:13 Diperbarui: 11 Maret 2023   18:20 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels.com/ Emir Kaan Okutan

Berbicara soal musik, tentunya tak lepas dari peran budaya serta situasi dan kondisi yang terjadi. Berbagai kondisi tersebut dapat kita lihat dalam lirik-lirik lagunya, seperti halnya tentang percintaan, agama, politik, ekonomi, sampai pada kritik kebijakan pemerintah. Mengutip perkataan raja dangdut Rhoma Irama dalam podcastnya "Musik, agama, dan politik adalah satu tarikan nafas". Menggambarkan bahwa, setiap aktivitas yang kita jalani dalam kehidupan di dunia ini tentunya dibutuhkan sebuah "Seni", sehingga tercipta keluwesan dalam perjalanannya.

Jika kita lihat belakangan ini para pemusik, baik dari ibu kota sampai kalangan daerah berlomba-lomba memberikan karya terbaik mereka, yang menjadikan keragaman serta menunjukkan semangat juang para pemuda dalam berkarya. Dapat kita lihat dari musik-musik yang tengah hangat akhir-akhir ini, yang mana menyuguhkan lirik lagu dengan bahasa daerahnya masing-masing. Tentunya ini menjadikan suatu dampak positif khususnya dalam pengenalan budaya dari tiap daerah di Indonesia. Apalagi dengan konsep yang kekinian, tentunya menambah "nilai jual" sehingga menumbuhkan minat kalangan generasi muda bahkan semua kalangan untuk mendengarkannya.

Tak hanya melihat dari dampak positif tersebut, kita tentunya juga perlu melihat dari konteks, isi, atau pesan dalam lirik-lirik lagu yang menjadi kegemaran para generasi sekarang ini. Kita kesampingkan dulu musik dengan lirik yang bertemakan romansa cinta, namun kita sorot dengan lampu yang lebih terang beberapa musik dengan lirik lagu yang mencakup kehidupan sehari-hari. Beberapa di antaranya seperti musik dari: Nosstress, Hindia, juga beberapa lagu dari Yura Yunita.

Nosstress merupakan grup musik yang berasal dari Bali, Indonesia. Hal yang menarik dari grup band ini adalah tentang lirik-liriknya yang mengangkat tentang isu-isu lingkungan, sosial-politik, serta kemanusiaan dengan lirik sederhana namun menyiratkan makna yang mendalam. Tak hanya itu, lirik lagu yang bertemakan kehidupan sehari-hari menjadi playlist favorit beberapa pendengar tentunya, untuk memberikan sebentuk semangat dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari mereka.

Hindia (Daniel Baskara Putra) dengan lagunya yang bertemakan kehidupan sehari-hari yang relate banget dengan kehidupan para generasi muda sekarang ini, dalam hal pencapaiannya pada kehidupan di dunia yang tak jarang menjadikan kelelahan bahkan sampai pada masalah "mental" seperti yang di isukan belakangan ini.

Selanjutnya, Yura Yunita dengan beberapa lagunya seperti yang berjudul "Dunia Tipu-tipu", "Tenang", juga "Jalan Pulang" memberikan kesan sederhana namun sarat akan makna dalam lagunya. Sama halnya seperti kedua pemusik sebelumnya, pesan lagu yang digambarkan dalam lirik lagu dari Yura Yunita, juga memberikan sebentuk semangat dari proses perjalanan manusia di kehidupannya yang penuh liku serta mendaki yang tak jarang memberikan perasaan ketidakberdayaan juga kelelahan-kelelahan, bahkan sampai pada kefrustasian di kehidupannya.

Generasi sekarang (Milenial/ Gen Z) dengan karakter, budaya, atau tingkah lakunya yang tak jarang diidentifikasikan dengan generasi yang "menye-menye", mudah bosan, kurang semangat juang, mudah menyerah, atau manja. Tentunya menjadi sesuatu yang patut diperhatikan oleh semua kalangan, dengan adanya para musisi-musisi dengan lagu-lagu yang serat akan makna serta memberikan semangat dalam menjalani kehidupan dalam mencapai tujuannya tentu patut diapresiasi lebih, guna keberlangsungan serta memberikan suatu pembelajaran bagi generasi.

Dalam aspek ekonomi, kehidupan para musisi atau para pekerja seni sepertinya sedang disorot dan menjadi perhatian "Negara" belakangan ini, di mana para petinggi negara berlomba-lomba mendatangi berbagai konser-konser musik juga kesenian lainnya, setelah berhentinya kebijakan dari penanggulangan Covid-19 beberapa tahun lalu. Tak dipungkiri juga, sedikit tercium beberapa aroma politis di dalamnya, tentunya dalam perjalanan perbaikan ekonomi dari dampak Covid-19 hal ini sah-sah saja dilakukan, mungkin memberikan sebentuk harapan atau suatu "penghiburan" untuk beberapa kalangan masyarakat. Walau sebenarnya hal ini hanyalah kebutuhan sekunder manusia, yang tentunya bukanlah fokus utama dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat.

Hal tersebut tentu memberikan pengertian bahwa musik, memberikan suatu bentuk warna dalam kehidupan manusia serta menggambarkan suatu bentuk budaya, peradaban, perekonomian, serta politik di dalam perkembangannya.

Suatu karya seni tentunya tak terbatasi dengan batasan atau aturan-aturan dalam proses pengerjaannya; apa pun, kapan pun, di mana pun inspirasi dapat tiba-tiba datang. Tak ada suatu karya seni yang dapat dikatakan buruk, semua hanya penilaian subjektif dari pendengar/ penikmatnya. Lirik lagu yang dapat seolah-olah seperti lantunan mantra, sehingga pendengar dapat seolah-olah menjadi tersihir oleh isi lirik lagunya, memberikan suatu dampak positif juga negatif. Hal tersebut tentu perlu menjadi perhatian para pelaku atau pekerja dalam bidang tersebut. Jangan hanya melihat atau berpatokan dari segi ekonominya saja, namun perlu juga melihat dampak yang akan diterima oleh para pendengarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun