Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Administrasi - Mamanya Toby & Orlee

Pekerja yang nggak punya kerjaan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[DeaR PPA] DERITA WANITA RENTA

1 Maret 2015   11:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:19 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1425163102472162299

Ajeng Leodita
No.95
Pucat pagi dinginnya menukik ke tulang wanita renta
Entah jengah atau sebah ia berjalan menyusuri tanah basah di pagi dingin tanpa alas kaki
Rintik hujan ramairamai datang tanpa permisi, menambah ciut kulit si renta yang terlihat tak segar lagi.
Empat purnama sudah terlewati dengan jiwa yang semakin kosong tanpa cinta yang mengisi
Malaikat pun tak jua datang mencabut nyawa dari raganya
Perut lapar, pun tenggorokan mengering
Umur menua, rambut memutih, tanpa pelukan si darah daging
Anjing - anjing liar di sepanjang jalan sudah meneteskan liur mengendus bau tulang si renta malang
Nikmat Tuhan mulai tak mampu dirasakan
Detik demi detik berlalu habiskan hari
Ego manusia mengalahkan mata hati
Setiap kenangan berjalan meninggalkan
Airmata pun enggan diteteskan
Raganya kini tertidur pulas di atas tanah basah sendirian
Angin bertiup pun tak lagi mampu ia rasakan
Nyanyian kematian mulai bergaung di pendengaran
Getir hidup si renta sudah sampai di ujung jalan
Kepahitan akan segera ia lepaskan
Adakah manis sebagai gantinya? Tuhan ... hanya Tuhan yang punya kuasa..
Tidurlah kau wanita renta dalam pelukan pemilik Surga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun