Saya tidak minta disambut bak ratu. Tidak perlu senyum palsu, tidak minta dihamparkan karpet merah. Saya hanya ingin dilayani dengan cara yang wajar: profesional, efisien, dan tanpa merendahkan.
Datang ke kantor pelayanan publik bukan sesuatu yang saya nikmati. Tapi itu kewajiban. Saya bayar pajak, saya ikuti prosedur. Bukan untuk merasa lebih, tapi karena saya tahu tanggung jawab sebagai warga negara.
Yang menyedihkan adalah: seringkali saya dilayani dengan nada tinggi, sorot merendahkan, dan gestur seolah saya pengganggu, bukan pemilik sah layanan negara ini. Lucunya, semua berubah saat nominal pajak yang saya bayar terlihat di layar. Mendadak hangat, sopan, bahkan sedikit gugup. Seolah uang adalah bahasa satu-satunya yang mereka hormati.
Saya tidak kecewa pada sistem, saya kecewa pada sikap. Karena pelayanan buruk bukan hanya soal lambat atau birokrasi yang ribet---tapi bagaimana kita diperlakukan saat sedang patuh.
Yang saya harapkan sederhana: jika tidak bisa ramah, setidaknya cepat. Jika tidak bisa tulus, setidaknya hormat. Saya datang bukan untuk disembah. Tapi tolong, jangan perlakukan saya seperti beban negara. Karena saya ikut membiayai keberadaan Anda.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI