Be A Leader, More Than Just The World's Horizon

Saya bersykur sekali, pagi ini mendapatkan banyak asupan gizi ruhani dari acara acara keIslaman pagi hari di televisi. Seperti hari Rabu biasanya, temanya Kepemimpinan. Dalam acara tadi pagi, dua narasumber yang diundang adalah dua orang yang merupakan Ulama juga Umara. Alias orang yang 'alim dan juga menjadi pemimpin. Dalam serangkaian acara tadi pagi, bersemburat inspirasi mengisi batinku. Berikut kucoba rangkaikan apa yang terserak menjadi sebuah rangkaian artikel dengan tambahan untuk sahabat semua dengan bahasaku sendiri..

Menjadi seorang pemimpin sejatinya tidak hanya berbicara soal bagaimana bisa mendapatkan kekuasaan, jabatan, dan ada gengsi serta reputasi. Tetapi adalah bagaimana kita menebar banyak kebermanfaatan. Bayangkan, jika menyingkirkan duri dari jalan adalah salah satu dari bagian keimanan, apalagi jika kita meratakan jalan yang berlubang? Apalagi membangun jalan? Berapa banyak orang yang lewat di atasnya setiap harinya dan mendapatkan manfaat dari jembatan itu..?

Dalam kepemimpinan ataupun kehidupan kita, sejatinya kita hidup untuk mempersiapkan kehidupan yang lebih panjang dan kekal. Yaitu kehidupan akhirat. Kehidupan yang baru dimulai justru setelah kita mati..! 

Kalian tahu, mungkin fakta sejarah menyebutkan bahwa umur Baginda Rasulullah Muhammad SAW itu 63 tahun. Namun, kalian tentu tau bahwa sejatinya kebangkitan nanti akan terjadi setelah hari kiamat. Hari di mana semua yang ada di semesta hancur. 

Nah, saat beliau lahir pada sekitar tahun 570 M, dan saat ini sudah 2017 M. Berarti usia beliau di atas bumi adalah 63 tahun, dan sejatinya usia beliau di atas bumi dan pasca di atas bumi adalah 1447 tahun ! 

Entah sampai kapan sehingga kiamat terjadi. Usia beliau singkat di dunia, namun usia kebermanfaatannya (terutama dengan kepemimpinan beliau menyebarkan Islam hingga para sahabat, tabi'in dan seluruh ummatnya hingga kini) bisa kita rasakan sampai sekarang dan in shaa Allah hingga di masa mendatang.. 

Penerapan Islam minimal dari kita sendiri. Kemudian merambah ke keluarga. Kemudian merambah ke masyarakat. Kemudian terus merambah hingga negara dan dunia. Dengan ini, pembenahan diri, hingga keluarga, masyarakat dan negara bisa terus dilakukan. Meminimalisir berbagai jenis penyimpangan, kejahatan, kesyirikan, kemaksiatan, hingga ketidak produktif-an. Sehingga kesejahteraan dan kebahagiaan menjadi sebuah keniscayaan.

Begitulah sejatinya pemimpin. Begitulah sejatinya Khalifah. Bagaimana agar kepemimpinan tidak hanya menembus horizon dunia namun juga akhirat. Bagaimana saat usia kita berakhir namun usia kebermanfaatan dari kepemimpinan kita tidak berakhir. 

Bagaimana saat kita wafat, nilai-nilai dan teladan yang kita didik kepada anak-anak (bagi orang tua) / karyawan (bagi kepala perusahaan) / masyarakat (bagi pemimpin wilayah/ pemerintahan) terus mereka lestarikan dan menjadi inspirasi kebaikan bagi mereka. 

Harapan kita, Investasi tersebut berbuah amal jariyah yang terus mengalir mengisi saldo pahala kita walau kita sudah tidak di dunia. Sehingga tentu usia kita yang sementara dari Tuhan menjadi Investasi paling menguntungkan di akhirat kelak. Semoga kita dimampukan-Nya. Aamiin.

Wallahu'alam.