Di tengah budaya saling pamer dan kejar validasi, kita semakin jarang mendengar orang berbicara tentang kerendahan hati. Padahal, dalam Islam, akhlak seperti tawadhu (rendah hati) bukan sekadar nilai sosial, tetapi bagian dari ibadah hati yang sangat tinggi kedudukannya. Sebaliknya, takabur (kesombongan) adalah penyakit hati yang sangat membahayakan, bahkan bisa menjerumuskan ke jurang kehancuran spiritual.Â
Takabur: Ketika Hati Merasa Tinggi, Jiwa Justru Merendah
1. Menolak Kebenaran dan Meremehkan Orang Lain
Rasulullah bersabda:Â
"Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR. Muslim)
Salah satu ciri utama orang yang sombong adalah sulit menerima kebenaran jika datang dari orang yang dianggap lebih rendah. Padahal, kebenaran tetaplah kebenaran, tak peduli siapa yang mengucapkannya. Ketika seseorang menolak saran atau kritik hanya karena merasa lebih tahu, lebih tua, atau lebih berpengalaman, sesungguhnya ia sudah masuk dalam perangkap takabur.
Takabur menjadikan hati keras dan pikiran tertutup. Ia membuat seseorang tak bisa tumbuh karena menolak belajar dari orang lain. Lebih parah lagi, ia seringkali berujung pada meremehkan sesama karena menganggap rendah pekerjaan, latar belakang, bahkan pilihan hidup orang lain.
2. Menghilangkan Rasa Syukur
Orang yang sombong merasa bahwa semua yang ia miliki adalah hasil kerja kerasnya semata. Ia lupa bahwa kesehatan, kesempatan, dan jalan terbuka yang ia lewati adalah bentuk kasih sayang Allah. Maka, alih-alih bersyukur, ia merasa berhak untuk bangga berlebihan.
Padahal, syukur adalah fondasi ketenangan. Ketika hati kehilangan syukur, ia digantikan oleh kekhawatiran: takut disaingi, takut dikalahkan, takut tersingkir. Maka hidup orang yang takabur sering dipenuhi stres dan kegelisahan. Ia terjebak dalam kompetisi yang ia ciptakan sendiri, dan tak pernah merasa cukup.
3. Sulit Mengakui Kesalahan