Mohon tunggu...
A Iskandar Zulkarnain
A Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... SME enthusiast, Hajj and Umra enthusiast, Finance and Banking practitioners

Iskandar seorang praktisi Keuangan dan Perbankan yang berpengalaman selama lebih dari 35 tahun. Memiliki sejumlah sertifikat profesi dan kompetensi terkait dengan Bidang Manajemen Risiko Perbankan Jenjang 7, Sertifikat Kompetensi Manajemen Risiko Utama (CRP), Sertifikat Kompetensi Investasi (CIB), Sertifikat Kompetensi International Finance Management (CIFM) dan Sertifikat Kompetensi terkait Governance, Risk Management & Compliance (GRCP) yang di keluarkan oleh OCEG USA, Sertifikasi Kompetensi Management Portofolio (CPM) serta Sertifikasi Kompetensi Perencana Keuangan Syariah Internasional (RIFA). Iskandar juga berkiprah di sejumlah organisasi kemasyarakatan ditingkat Nasional serta sebagai Ketua Umum Koperasi Syarikat Dagang Santri. Belakangan Iskandar juga dikenal sebagai sosok dibalik kembalinya Bank Muamalat ke pangkuan bumi pertiwi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Siapkan Dana Pensiun, Jangan Sampai Terjun Bebas Tanpa Parasut

22 Mei 2025   07:15 Diperbarui: 22 Mei 2025   06:17 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://money.kompas.com/read/2024/04/02/161157726/pentingnya-mempersiapkan-dana-pensiun

Siapkan Dana Pensiun, Jangan Sampai Terjun Bebas Tanpa Parasut

Pensiun Bukan Akhir, Tapi Awal Baru: Siapkan Dana Pensiun dari Sekarang

Pensiun sering kali disalahartikan sebagai masa akhir dari segalanya, akhir dari produktivitas, akhir dari penghasilan, bahkan akhir dari kehidupan sosial. Padahal, dalam realitas yang sehat dan berdaya, pensiun justru adalah awal baru. Awal dari waktu yang lebih longgar untuk keluarga, kesempatan untuk mengejar minat yang dulu tertunda, dan ruang untuk berkontribusi dalam bentuk yang berbeda. Namun semua itu hanya mungkin jika kita menyiapkan fondasi keuangan yang kokoh. Di sinilah pentingnya siapkan dana pensiun sejak dini. Terlalu banyak pekerja yang baru berpikir tentang pensiun saat usia mereka menginjak 50 tahun, padahal pada titik itu waktu dan daya investasi sudah sangat terbatas. Ibaratnya, mereka sedang terjun payung dan baru menyadari bahwa mereka lupa membawa parasut.

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hanya sekitar 13% dari total angkatan kerja yang memiliki akses ke program pensiun formal. Sisanya, terutama pekerja informal dan gig workers, hidup dalam ketidakpastian di masa tuanya. Ini menjadi alarm bahwa siapkan dana pensiun bukan hanya urusan pekerja kantoran, tapi urusan semua orang yang berharap hidup dengan martabat di hari tua. Pensiun adalah bagian dari siklus hidup, dan karena itu harus dikelola dengan perencanaan dan kesadaran penuh. Mulailah dengan menakar kebutuhan hidup pasca pensiun: berapa biaya hidup bulanan, kebutuhan kesehatan, bahkan potensi inflasi tahunan. Lalu, rancanglah rencana pensiun secara bertahap. Jangan menunggu gaji besar, karena kuncinya adalah konsistensi dan disiplin. Semakin awal kita menyiapkan dana pensiun, semakin kuat kita melindungi diri dari kemungkinan "terjun bebas" di masa tua.

PPMP vs PPIP: Siapkan Dana Pensiun Lewat Skema yang Paling Tepat

Dalam dunia ketenagakerjaan, memahami skema pensiun yang diikuti adalah langkah awal dalam membangun masa depan finansial yang aman. Dua skema utama yang umum diterapkan di Indonesia adalah Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Perbedaannya terletak pada siapa yang menanggung risiko investasi. Dalam PPMP, manfaat pensiun yang diterima karyawan sudah ditentukan sejak awal, biasanya dihitung berdasarkan formula tertentu dari gaji terakhir dan masa kerja. Ini memberi rasa aman bagi peserta karena nilai yang diterima lebih bisa diprediksi. Namun, beban risikonya justru berada di pundak pemberi kerja, jika kinerja dana investasi turun, perusahaan tetap wajib membayar manfaat pensiun seperti yang dijanjikan. Inilah sebabnya banyak perusahaan mulai meninggalkan skema ini, terutama pasca krisis keuangan dan pandemi yang menggerus stabilitas keuangan perusahaan.

Sebaliknya, dalam PPIP, besaran manfaat pensiun tergantung pada akumulasi iuran dan hasil investasi selama masa kerja. Karyawan dan/atau perusahaan menyetorkan iuran tetap setiap bulan, dan dana tersebut diinvestasikan oleh pengelola dana pensiun. Risiko dan peluang dari hasil investasi akan ditanggung oleh peserta. Maka dari itu, dalam skema ini, siapkan dana pensiun menuntut keterlibatan aktif dari karyawan untuk memahami ke mana dan bagaimana dana mereka dikelola. PPIP dinilai lebih berkelanjutan dalam jangka panjang karena fleksibel dan tidak membebani keuangan pemberi kerja secara berlebihan. Namun kelemahan utamanya terletak pada ketidakpastian nilai manfaat akhir dan rendahnya literasi investasi di kalangan pekerja. Karena itu, pekerja tidak bisa hanya pasif dan menyerahkan semuanya kepada sistem, siapkan dana pensiun dengan pendekatan ganda: pahami skema yang dijalani, dan bila perlu, tambahkan perlindungan dari program tambahan seperti DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) atau produk pensiun berbasis asuransi untuk menjaga kesinambungan keuangan di hari tua.

Hanya Andalkan Program Kantor? Siapkan Dana Pensiun dengan Langkah Tambahan

Mengandalkan program pensiun dari kantor saja sering kali tidak cukup untuk menjamin kenyamanan hidup di masa tua. Banyak program pensiun perusahaan, baik berbasis PPMP maupun PPIP, hanya mampu menutup sebagian kebutuhan dasar saat pensiun. Padahal, biaya hidup tak serta-merta menurun ketika seseorang tidak lagi aktif bekerja. Biaya kesehatan cenderung meningkat, kebutuhan konsumsi tetap berjalan, dan dalam banyak kasus, muncul tanggungan baru seperti membantu anak atau cucu. Oleh karena itu, siapkan dana pensiun dengan langkah tambahan mutlak diperlukan, terutama bagi mereka yang ingin pensiun dengan kualitas hidup yang setara saat masih aktif.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah mengikuti program pensiun individu seperti DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan), tabungan berjangka pensiun, atau produk asuransi jiwa dengan manfaat pensiun. Program-program ini menawarkan fleksibilitas iuran dan pilihan investasi sesuai profil risiko peserta. Beberapa produk bahkan memungkinkan penarikan bertahap yang disesuaikan dengan kebutuhan cashflow bulanan di masa pensiun. Selain itu, investasi di reksa dana, obligasi, dan properti juga bisa menjadi sumber pendapatan pasif jangka panjang. Namun, semua ini menuntut kesadaran dan literasi keuangan yang memadai.

Penting untuk menanamkan mindset bahwa pensiun adalah tanggung jawab pribadi, bukan semata tanggung jawab perusahaan. Siapkan dana pensiun melalui diversifikasi sumber dana adalah langkah cerdas dan realistis di tengah kondisi ekonomi yang kian dinamis. Jika tidak dilakukan, seseorang berisiko menghadapi masa pensiun yang berat, bahkan harus kembali bekerja di usia senja untuk menutupi kekurangan finansial. Maka dari itu, jadikan program dari kantor sebagai fondasi awal, namun bangun menara perlindungan finansial dengan instrumen tambahan yang terencana dan terukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun