Mohon tunggu...
A Iskandar Zulkarnain
A Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... SME enthusiast, Hajj and Umra enthusiast, Finance and Banking practitioners

Iskandar seorang praktisi Keuangan dan Perbankan yang berpengalaman selama lebih dari 35 tahun. Memiliki sejumlah sertifikat profesi dan kompetensi terkait dengan Bidang Manajemen Risiko Perbankan Jenjang 7, Sertifikat Kompetensi Manajemen Risiko Utama (CRP), Sertifikat Kompetensi Investasi (CIB), Sertifikat Kompetensi International Finance Management (CIFM) dan Sertifikat Kompetensi terkait Governance, Risk Management & Compliance (GRCP) yang di keluarkan oleh OCEG USA, serta Sertifikasi Kompetensi Management Portofolio (CPM). Iskandar juga berkiprah di sejumlah organisasi kemasyarakatan ditingkat Nasional serta sebagai Ketua Umum Koperasi Syarikat Dagang Santri. Belakangan Iskandar juga dikenal sebagai sosok dibalik kembalinya Bank Muamalat ke pangkuan bumi pertiwi.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Sunset-nya Gengsi di Era Gen Z: Barang Branded Dibajak, Dipuja, atau Ditinggalkan?

20 April 2025   20:02 Diperbarui: 23 April 2025   21:31 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belanja.(FREPIK/RAWPIXEL.COM via kompas.com)

Dari Laporan NTE: Indonesia Dibanjiri Produk Branded Bajakan

Laporan National Trade Estimate (NTE) Report on Foreign Trade Barriers 2025 kembali menempatkan Indonesia dalam posisi yang kurang membanggakan. 

Negeri ini dinilai sebagai salah satu pusat peredaran produk bajakan terbesar di Asia Tenggara. Di bawah sorotan tajam Amerika Serikat, laporan ini menyebutkan bahwa Indonesia belum menunjukkan komitmen yang kuat dalam menegakkan perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual. 

Mulai dari barang bermerek, software, hingga produk hiburan seperti musik dan film, semua terdistribusi secara ilegal di pasar fisik maupun digital.

Barang-barang yang paling sering dibajak adalah produk branded, terutama yang berasal dari Amerika dan Eropa. Merek-merek seperti Nike, Adidas, Supreme, Louis Vuitton, Gucci, hingga Apple menjadi sasaran empuk. 

Konsumen tidak hanya menjumpainya di pasar tradisional seperti Tanah Abang, Mangga Dua atau Pasar Senen, tetapi juga di e-commerce besar seperti Tokopedia, Shopee, dan TikTok Shop, yang bahkan menawarkan "KW Super" dengan kualitas yang nyaris menyerupai asli.

Dalam catatan USTR, lemahnya penegakan hukum, kurangnya kesadaran masyarakat, dan sistem pelaporan yang lamban menjadi penyebab utama maraknya pelanggaran ini. 

Meski Indonesia telah memiliki aturan seperti Undang-Undang Hak Cipta dan Badan Koordinasi Penegakan HKI, namun implementasinya belum mampu menekan distribusi produk bajakan secara signifikan. 

Bahkan, pembeli produk palsu ini bukan hanya dari kalangan ekonomi rendah, tetapi juga kelas menengah atas yang justru menjadikan bajakan sebagai gaya hidup terselubung.

Branded, tapi Made in China oleh UKM: Realita di Balik Label Mewah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun