Mohon tunggu...
Ainun JariyaturRohmah
Ainun JariyaturRohmah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pendidikan Agama Islam/UIN JAKARTA

saya masih berstatus mahasiswa yang mendalami ilmu agama sekaligus kependidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Golongan Tujuh, Kelompok Orang yang Tertipu dari Ahli Ibadah

25 Juni 2023   09:00 Diperbarui: 25 Juni 2023   09:08 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ngopibarengid (ilustrasi orang yang sedang berceramah)

Dalam kitab asnaful magrurin dijelaskan beberapa kalangan orang-orang yang tertipu salah satunya berasal dari para ahli ibadah, tidak menyangka bukan orang yang dikenal alim, terpandang, dan senang berceramah tentang kebaikan dapat masuk kepada golongan orang-orang yang tertipu. Dijelaskan dalan kitab tersebut bahkan orang yang tertipu banyak berasal dari kalangan ahli ibadah atau para ulama, ada 11 golongan dari para ulama yang dibahas dalam kitab asnaful magrurin. Dan saya akan menjabarkan salah satunya yaitu golongan ke 7.

Golongan ini yaitu orang-orang yang menghabiskan waktunya untuk berdakwah dan meninggikan kedudukan orang berbicara tentang akhlak nafsi dan sifat-sifat hati seperti kecemasan, pengharapan, sabar, syukur, tawakkal, zuhud, keyakinan, keikhlasan dan kejujuran. Dan mereka ini dapat masuk kedalam golongan orang yang tertipu. Kenapa? Dikarenakan mereka telah meyakini apabila dirinya telah membicarakan kebaikan atau sifat-sifat hati tadi dan mengajak manusia untuk mengamalkannya, mereka menganggap dirinya telah memiliki sifat-sifat hati itu. Dan mereka sesungguhnya sangat jauh dari sifat-sifat tadi bahkan mereka hanya memiliki sedikit sekali, sebagaimana lebih sedikit dari pada yang dimiliki orang awam. Begitulah gambaran orang yang merasa dirinya telah berbuat padahal mereka hanya menyerukan belum tentu melaksanakannya. Dan ketertipuan ini sesungguhnya masuk dalam kategori dasar orang-orang yang tertipu, karena sesungguhnya mereka mengagumi diri mereka sendiri. Mereka terjebak dalam perasaan bangga terhadap diri mereka dan mereka tidak menyadari bahwa hal tersebut tidaklah baik.

Mereka juga tidak akan larut dalam bahasan ilmu mahabbah, maksudnya adalah merasakan manisnya sifat sifat hati seperti ikhlas, sabar, zuhud dll. kecuali mereka termasuk orang-orang yang beruntung disisi Allah SWT. Mereka juga menganggap diri mereka telah diampuni oleh Allah karena telah menyebarkan dan mengingatkan kepada orang banyak tentang kezuhudan, walaupun mereka belum tentu menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari mereka. Bahkan mereka ini benar benar tertipu ketimbang orang orang sebelumnyaa, dirinya menyangka telah cinta kepada Allah dan rasul-nya padahal sesungguhnya yang dilakukan bukan demi mengharapkan ridho Allah.  

Dan keikhlasan yang mereka serukan, belum benar benar ada dalam diri mereka kecuali perbuatan ikhlas mereka benar benar murni. Jadi mereka itu hanya menyerukan saja kepada manusia untuk berbuat ikhlas, padahal keikhlasan yang sesungguhnya lahir dari pengalaman diri sendiri. Maka sebaiknya bila seseorang menyerukan kepada kebaikan, dia telah menanamkan kebaikan tersebut pada dirinya.

Dan Mereka pula tidak akan luput dari kekeruhan hatinya kecuali mereka secara sadar menghindari hal hal tersebut. Jadi sadarilah pada saat berbuat sesuatu, apapun yang kita lakukan dalam keseharian harusnya hanya untuk mengharapkan ridho Allah. Bukan untuk pamer maupun berbangga diri telah berdakwah atau menyerukan kepada kebaikan.

Biasanya mereka ini lebih menyukai hal-hal yang berbau dunia. Mereka ini menampakan kezuhudannya di dunia padahal mereka sangat rakus akan dunia bahkan sangat tergila-gila. Mereka juga mengajak manusia untuk berperilaku ikhlas padahal dirinya sendiri belum mampu menjadi orang yang ikhlas dan suka mengajak kepada Allah padahal mereka sendiri masih sering lari dari-Nya. Kebiasaan mereka adalah menakut-nakuti manusia jadi ancaman akan azab Allah. Padahal mereka sendiri merasa aman dan bebas dari siksaanNya. Sehingga mereka tidak memikirkan akan azab Allah dan enggan menanamkan sifat-sifat hati yang biasa mereka serukan kepada banyak orang. Mereka merasa telah diampuni karena sudah mengajak manusia untuk berbuat baik.

Sering mengajak untuk berdzikir kepada Allah tetapi lisannya sendiri berat untuk melakukannya dan selalu mengajak untuk mendekatkan diri kepada Allah padahal mereka sendiri masih jauh dari Allah. Orang-orang ini juga juga tidak menyukai perbuatan tercela tetapi lisan mereka sering mencela. Mengajak manusia untuk menghindari makhluk seperti hawa nafsu tetapi dirinya justru lebih ambisius.

Seandainya mereka tidak diperbolehkan duduk bersama mahluk untuk mengajak mereka kepada Allah, seolah-olah dunia yang besar ini seketika menjadi sempit walaupun mereka yakin jika tujuannya adalah memberi kemaslahatan bagi para makhluk.

Dan jika terlihat ada seseorang yang seperti mereka didatangi oleh makhluk, siapapun yang mendatanginya, mereka akan menjadi lebih baik. Maka dalam keterpura puraan itu, mereka akan mati dalam keadaan sendih dan dengki. Karena telah terbiasa berpura- pura.

Dan jikalau ada orang yang kagum, sering memuji mereka bahkan sering mengunjungi mereka. Maka orang tersebut dapat menjadi orang yang sangat tertipu. Sungguh kasihan orang-orang yang tidak sadar akan perbuatannya dan merasa bahwa dirinya lebih baik dari siapapun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun