Mohon tunggu...
Ainun RodhiatulFitri
Ainun RodhiatulFitri Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

hobi memotret, menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Isu Fatherless Marak Diperbincangkan, Soroti Peran Ayah dalam Keluarga

16 Mei 2024   22:07 Diperbarui: 16 Mei 2024   22:12 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Isu sosial fatherless sebagai fenomena yang banyak dialami beberapa keluarga di Indonesia akhir-akhir ini ramai diperbicangkan di media sosial, menyoroti minimnya kehilangan peran seorang ayah dalam keterlibatan tumbuh kembang anak baik baik secara fisik maupun emosional menarik perhatian di kalangan netizen.

Pasalnya berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 2021 Indonesia dinobatkan sebagai negera dengan tingkat Fatherless cukup tinggi, hal yang sama juga dirasakan oleh sebagian netizen media sosial X dalam menfessnya.

Fatherless bukan berarti seperti keadaan anak yatim yang kehilangan sosok ayah sepenuhnya, akan tetapi mereka yang kehilangan keberadaan figur seorang ayah. 'Ada namun tiada' peran seorang ayah hanya memenuhi secara finansial saja, ada aspek lainnya yang harus terpenuhi sebagai orang tua bagi anak-anaknya. Pengasuhan anak seringkali diserahkan sepenuhnya kepada ibunya karena menganggap itu merupakan pekerjaan rumahnya padahal pengasuhan anak tidak sepenuhnya merupakan kewajiban sang ibu.

Dikutip dari laman berita tirto.id yang disampaikan oleh Diana Setiyawati, S.Psi., MHSc., Ph.D selaku Kepala Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada menyampaikan "Fatherless karena tidak tahu cara mengasuh anak, tidak ada model yang bisa ditiru dan tidak ada ilmunya." 

Salah satu penyebab fatherless karena masyarakatnya masih menganut budaya patriarki sehingga ibu bertanggung jawab dalam urusan domestik rumah tangga termasuk pengasuhan anak. Serta orang tua yang sibuk bekerja sehingga mengabaikan sang anak. Demikian juga dengan orang tua yang kurang mengetahui ilmu parenting bagaimana seharusnya memperlakukan seorang anak.

Sehubungan dengan penyebab fenomena ini mengutip dari laman berita antaranews.com yang disampaikan oleh Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi seorang psikolog klinis anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia menyampaikan bahwa "perceraian menjadi salah satu penyebab terjadinya fatherless yang dialami oleh beberapa anak di Indonesia, seorang ayah sudah lepas tangan pada perkembangan tumbuh kembang anak." 


Meski begitu sudah sepantasnya sang ayah tidak melupakan perannya kepada anak, sebagai orang tua dituntut untuk dapat menekan egonya masing-masing agar tidak merasa terbebani kewajibannya sekalipun telah berpisah. Kehadiran figur ayah dalam kehidupan anak sangat berpengaruh pada pola tingkah lakunya pada masyarakat sosial ketika menghadapi situasi di lingkungan.

Jika ditinjau menurut teori struktural fungsional dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai elemen yang saling terkait dan berfungsi untuk menjaga stabilitas dan keseimbangan. Begitupun dengan kehadiran seorang ayah dalam keluarga dapat menciptakan hubungan yang harmonis membantu anak-anak dalam proses sosialisasi dan penanaman nilai-nilai moral dan budaya, menyediakan kebutuhan materi bagi keluarga, juga dalam memberikan kasih sayang, bimbingan, dan teladan bagi anak-anaknya.

Keterlibatan ayah juga berpengaruh pada pembentukan indentitas seksual anak, seorang ayah dapat menjadi role model bagi anaknya yang memainkan peran sebagai laki-laki. Seorang ayah dapat mengajarkan maskulinitas yang kaitannya dengan sikap seperti keberanian, tangguh, dapat menjadi teman petualangan sang anak. Keterlibatannya dapat menumbuhkan aspek kognitif sistem berpikir dan kemampuan logika yang baik. Namun, perlu diwaspadai dampak dari ketidahadiran seorang ayah yang bisa saja melakukan berbagai tindakan patut diperhatikan seperti adanya perubahan sikap emosional secara berlebihan atau melakukan hal-hal ekstrem lainnya.

Dampak yang terjadi ketika anak mengalami fatherless pada anak menyebabkan ketidakmampuan mengendalikan emosi yang berujung seorang anak itu merasa cemas, rendahnya penghargaan atas diri sendiri, merasa tidak aman secara fisik dan emosional, kemampuan akademik yang kurang baik, serta berpotensi melakukan hal diluar norma atau lebih buruk lagi.

Bukan tidak mungkin untuk menjalin hubungan baik ayah dan anak, fatherless yang dialami seorang anak dapat dihindari dengan saling berbicara dan mendengarkan satu sama lain, mulai membangun kedekatan dengan anak sehingga menjadi sosok ayah yang menyenangkan, mengelola manajemen waktu antara pekerjaan dan keluarga, belajar mengenai ilmu parenting, selalu memberi dukungan yang sekiranya positif, serta memutus rantai fatherless yang mungkin saja dialaminya dulu supaya tidak bertindak hal yang sama kepada anaknya kelak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun