Mohon tunggu...
Faridilla Ainun
Faridilla Ainun Mohon Tunggu... Human Resources - Ibu-ibu kerja

Ibu yang suka ngaku Human Resources Generalist dan masih belajar menulis. https://fainun.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kenapa Cuma Ibu yang Disuruh Sekolah, Padahal Membangun Keluarga Berdua?

7 Januari 2019   15:52 Diperbarui: 7 Januari 2019   16:59 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padahal, ada berbagai macam faktor yang menyebabkan perceraian. Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) menjadi salah satu faktor tingginya angka perceraian. Lalu, kalau sekolah ibu dicanangkan untuk menghindari perceraian, apakah artinya para ibu yang mengalami KDRT di rumah harus menerima saja dan bertahan? Kenapa tidak bapaknya pergi sekolah untuk belajar mengelola diri agar tak melakukan KDRT?

Belum lagi kalau faktor perceraian adalah orang ketiga. Tentu sudah pernah dengar istilah Perebut Laki Orang (Pelakor) atau Pebinor (Perebut Bini Orang). Andaikan ini sekolah untuk ibu, masukkan bahwa perlu ada mata pelajaran bahwa tak selamanya seorang istri salah sehingga membuat muncul orang ketiga perlu dimasukkan. 

Nyatanya, banyak pula istri berusaha sekuat tenaga memberi yang terbaik pada suami namun tetap saja ada yang main dibelakang. Pun begitu pula dengan fenomena Pebinor, artinya para lelaki pun harus sekolah untuk tak main mata dengan istri orang.

Ilustrasi (bustle.com)
Ilustrasi (bustle.com)
Faktor ekonomi yang juga menjadi faktor perceraian memang wajib masuk mata pelajaran jika ada sekolah Ibu. Seorang istri secara tak langsung dituntut untuk pandai mengelola uang dalam keluarga. 

Namun jangan salah, kalau memang budaya patriarki yang lebih dominan, berarti tanggung jawab mencari nafkah di suami kan? Nah, kalau suaminya malas-malasan. Tuh, perlu juga kan sekolah bapak, biar berasa ada tanggung jawab mencari rezeki.

Inget bos, banyak anak banyak rezeki (YANG HARUS DICARI). Tuh, mba VA aja sampai menjemput rezeki keluar kota, ini suami banyak yang males-malesan menjemput rezeki. Giliran ada kasus perceraian karena ekonomi, lagi-lagi istri yang disalahkan.

Perceraian tentu hal yang tak ingin dihadapi. Termasuk saya juga gak mau lah. Makanya, saya ikutan kelas-kelas dan membaca buku juga. Oh iya, mau ngasih tau aja sih ke Pak Wakil Bupati kalau sekolah untuk ibu sebenarnya sudah menggurita secara online.

Mungkin Pak Wakil Bupati belum tahu tentang Institut Ibu Profesional. Komunitas untuk para calon Ibu dan para Ibu untuk meningkatkan kualitas diri sebagai seorang perempuan, istri, dan ibu. Komunitas ini menggelar forum belajar secara online dan offline. Padahal, tentu saja bekerja sama dengan komunitas pasti akan lebih memudahkan tugas dari pemerintah.

Ada juga kok banyak seminar atau workshop tentang keluarga dan suami istri. Ceramah di masjid tentang keluarga juga banyak kok Pak. Cuma, lagi-lagi, kalau tentang keluarga atau pasangan, coba deh dilihat seberapa banyak partisipasi dari para suami. Plus dilihat juga ya, gimana penerapannya. Jangan-jangan keluar tempat belajar, ilmu langsung menguap.

Balik lagi ke urusan ide sekolah ibu. Mengingat hubungan dalam keluarga itu terdiri dari suami istri atau bapak ibu, jadi sekolah itu tentu baiknya tak hanya di satu pihak ya. Membina hubungan bersama, artinya sekolah pun bersama. Percuma pak kalau Cuma ibu sekolah trus balik rumah bapaknya juga gak mau berubah.

Bukannya kalau sekolah bareng lebih enak, diskusi lebih lancar juga. Oh iya, sekolahnya kalau bisa jangan pas udah nikah ya, sebelum nikah juga penting. Rasanya, sekolah sebelum nikah mungkin gak Cuma bisa menekan angka perceraian nantinya, tapi juga menurunkan tingkat pernikahan usia dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun