Mohon tunggu...
Ainun Nikmah
Ainun Nikmah Mohon Tunggu... Universitas Negeri Malang

Topik konten yang saya sukai terkait dengan nanoteknologi dan perkembangannya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Peneliti di Laboratorium Mineral dan Material Maju FMIPA UM Kembangkan Sensor Glukosa Non-Enzimatik untuk Bantu Penderita Diabetes

19 September 2025   14:05 Diperbarui: 19 September 2025   14:04 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Diabetes masih menjadi salah satu penyakit yang mengkhawatirkan di dunia. Data Internasional Diabetes Federation (IDF) menunjukkan jumlah penderita diabetes melonjak drastis dari 246 juta orang pada tahun 2021 menjadi 537 juta orang, dan diprediksi bisa mencapai 783 juta orang pada tahun 2045. Kondisi ini membuat kebutuhan teknologi pemantauan kadar gula darah semakin mendesak.

Selama ini, glukometer berbasis enzim menjadi alat yang umum digunakan penderita diabetes. Alat ini bekerja dengan bantuan enzim khusus, namun sayangnya sensitif terhadap perubahan suhu dan pH, serta mengharuskan pasien menusuk jari setiap kali pemeriksaan. Hal ini sering menimbulkan rasa tidak nyaman jika dilakukan terus-menerus.

Menjawab tantangan tersebut, tim peneliti dari Laboratorium Mineral dan Material Maju (Lab MMM) mengembangkan sensor glukosa non-enzimatik berbasis material nanokomposit ZnO/CuO yang dipasang pada elektroda karbon cetak (SPCE). Sensor ini diuji menggunakan instrumen Potensiostat yang biasanya dipakai dalam penelitian baterai, namun kini dioptimalkan untuk bidang kesehatan.

Dalam pengujian, elektroda yang dimodifikasi dengan material ZnO/CuO menunjukkan kinerja elektrokimia yang jauh lebih tinggi dibanding elektroda biasa. Sensor ini mampu mendeteksi kadar glukosa dengan sensitivitas tinggi berkat kombinasi unik sifat semikonduktor ZnO dan CuO. CuO berperan sebagai katalis aktif untuk oksidasi glukosa, sementara ZnO memperkuat konduktivitas serta menambah stabilitas.

Hasil penelitian ini membuka peluang besar dalam pengembangan sensor glukosa non-invasif yang bisa dipasang pada kulit atau memanfaatkan cairan tubuh lain seperti keringat, air mata, atau saliva. Jika dikembangkan lebih lanjut, teknologi ini dapat menjadi alternatif pemantauan kadar gula darah yang lebih praktis, nyaman, dan ramah biaya bagi jutaan penderita diabetes di Indonesia maupun dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun