Mohon tunggu...
Aini Farida
Aini Farida Mohon Tunggu... Teacher

Hidup adalah pengabdian. Berusaha ikhlas untuk mendapat ridho Ilahi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Paguyuban

21 Juni 2022   17:15 Diperbarui: 21 Juni 2022   17:23 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita sering mendengar Istilah Paguyuban. Paguyuban berasa dari  bahasa Jawa yakni  kata guyub  atau kebersamaan. Ada berbagai jenis penamaan Paguyuban misalnya  Paguyuban Jawa, Paguyuban Sunda, Paguyuban Ngapak dan sebagainya.   Berdasarkan KBBI pengertian paguyuban adalah kumpulan yang bersifat kekeluargaan, didirikan orang-orang sepaham untuk membina persatuan(kerukunan) antara para anggotanya.

Paguyuban bukan hanya dominan yang sifatnya hubungan keluarga, asal usul dan tempat namun berbagai hal yang menyangkut hak privasi dan kebutuhan. Paguyuban terbentuk juga karena kesamaan ideologi,  kelompok alumni, mahasiswa, pelajar dan sebagainya.

Di masyarakat pada umumnya  kegiatan paguyuban selalu dibarengi dengan arisan, walaupun tidak mutlak. Tujuan arisan  untuk mengikat anggota  dan   penggalian dana. Adapun  sebagian uang itu disisihkan  sebagai kas. Cara pengelolaan berdasarkan hasil kesepakatan,karena  paguyuban  itu sendiri merupakan sebuah organisasi. 

Berdasarkan pengalaman, pada tahun 1993 saya  mendapat penempatan kerja keluar pulau yakni dari Pulau Jawa ke Pulau Kalimantan, tepatnya di Kabupaten Kotawaringin Timur,  Kalimantan Tengah.    

Beberapa bulan kemudian  ada tawaran untuk   gabung sebuah perkumpulan  dengan  nama paguyuban ASRI yang anggotanya orang-orang yang berasal dari Pulau Jawa dari berbagai profesi   Saya bertanya sama para senior, apa sih kepanjangan dari ASRI? "Asal Soko Rembuk Iseng" yang artinya  berasal dari ngobrol-ngobrol iseng.  

Berkat dari iseng di warung kopi terbentuk paguyuban yang usianya sekitar 30 tahun. Woow.. lama juga.  Pastinya pada tahun tersebut paguyuban tersebut sudah ada. 

Keberadaan paguyuban  sangat membantu dalam  melakukan adaptasi terhadap lingkungan.  Bahkan menjadikan motivasi bahwa banyak orang yang senasib.   Pertama kali menginjakkan kaki di suatu daerah  ada rasa  keterasingan sehingga  menjadikan ketidaknyamanan.  Banyak perbedaan yang mencolok terutama kondisi daerah dan adat istiadat.  

Cepat atau lambat seseorang melakukan adaptasi tergantung   bagaimana penataan emosi dan  seberapa banyak intensitas melakukan interaksi.  Namun  seiring berjalannya waktu akan  terjadi proses asimilasi, sehingga  dapat menyatu dengan budaya yang ada di daerah tersebut.

Apa peran Paguyuban?

Paguyuban bersifat  mempererat dan membentuk kekerabatan walaupun tanpa ada kedekatan dalam talian darah.

Paguyuban menjadi pengikat bagi anggotanya. Sistem kekerabatan yang diciptakan dari perkumpulan tersebut sangat kental, terutama jika berada pada lingkungan masyarakat yang sangat kompleks.

Keberadaan paguyuban menjembatani untuk menyiapkan mental, dikala merasa sendiri dan terasing. Sebenarnya perasaan tersebut wajar bagi siapa saja .pada saat  memasuki daerah  baru. Apalagi  daerah tersebut ada  gangguan keamanan. Saya teringat peristiwa konflik yang terjadi di Sampit tahun 2021. 

Hasrat ingin meninggalkan daerah tersebut sangat kuat untuk kembali ke kampung halaman. Padahal jika saya tinggalkan harus meninggalkan pekerjaaan. Lagi-lagi keberadaan paguyuban memperteguh pendirian. Dan akhirnya saya berfikir jika saya tinggalkan bagaimana nasib anak didik saya, mengingat saya adalah seorang pendidik. 

Selain itu keberadaan paguyuban   mengingatkan pada kerabat yang jauh, sebagai ajang reuni dan  silaturahmi. Hal lain adalah  untuk mempertahankan identitas dan budaya.  Dalam hal ini bukan berarti menolak akan tradisi dan kebudayaan setempat. Prinsip" dimanapun kaki berpijak disitu bumi dijunjung."  

Misalnya, jika kita menghadiri pertemuan rutin yang di selenggarakan oleh paguyuban  sudah barang tentu menggunakan bahasa daerah asal.  Rasa kangen pada kampung halaman terobati, karena suasana  interaksi yang tercipta. 

Keberadaan paguyuban bukan berarti ingin mengisolasi kan diri ataupun kelompok. Justru  sebagai ajang untuk membangun komunitas yang harmonis di daerah setempat. Dan bahkan mampu memperkaya dan melestarikan  kebudayaan daerah. Kita bisa menunjukkan jati diri "inilah Indonesia" dengan keberagaman,  mampu bersatu. 

Sebagai contoh,   suatu ketika masyarakat Kalimantan diperkenalkan dengan pertunjukan Reog. Penasaran muncul sehingga lapangan tempat pertunjukan membludak di penuhi penonton.  Saya berpikir ..., " seperti konser saja".  Ya...  siapa lagi yang memelihara. Jangan lagi diklaim  sebagai produk negara lain. 

Contoh lain , saya juga pernah menghadiri undangan pernikahan dari seorang teman yang kebetulan hiburannya adalah karawitan. Karawitan merupakan kesenian dengan menampilkan seni suara yang diiringi oleh gamelan.  Pertunjukan yang tidak biasa menjadi perhatian khusus sehingga ada suatu ketertarikan. Ternyata  kesenian tersebut di bawa oleh suatu komunitas serupa dengan paguyuban. 

Hal sebaliknnya, anak saya yang notabene keturunan Jawa, karena lahir di Pulau Kalimantan bangga menjadi putra Kalimatan. Dia sekolah di pondok yang ada di pulau Jawa. Bersama kawan-kawan yang berasal dari Pulau Kalimantan Dengan bangga pula memperkenalkan tarian Dayak. 

Sebuah pengalaman menarik, Peristiwa naiknya buaya ke aliran sungai kecil. Sungai tersebut mengalir ke arah sungai Mentaya yang merupakan sungai terbesar di Sampit. Buaya tersebut masih kecil dan berhasil ditangkap oleh masyarakat. 

Melihat kerumunan tersebut saya berhenti, dimana posisi saya dalam perjalanan berangkat mengajar. Namun pada akhirnya, yang menjadi pusat perhatian adalah cara berkomunikasi diantara orang-orang tersebut. 

Saya senyum-senyum sendiri ...,  memang Indonesia kaya akan bahasa.  Di antara Mereka memberikan komentar yang dapat dimengerti satu sama lain. Ada bahasa Banjar, bahasa Madura dan satunya bahasa Jawa. 

Keberadaan paguyuban bukannya penghambat untuk melakukan pembauran di tengah-tengah masyarakat yang komplek. Bahkan dengan banyaknya perkumpulan tersebut bersifat saling dukung mendukung. 

Misalnya   Di Kotawaringin Timur tempat  komunitas yang serupa antara lain  paguyuban wong alit (Samuda)   Ada perkumpulan IST ( Ikatan Sedulur Trenggalek) , anggotanya khusus berasal dari daerah Trenggalek. 

Paguyuban tersebut bergerak di bidang sosial dan keagamaan. Karena setiap pertemuan selalu diisi dengan kegiatan pengajian.  Di Mentaya Hilir Selatan juga ada SMS ( Solidaritas Masyarakat Samuda).yang bergerak di bidang sosial dan banyak lagi komunitas-komunitas yang bersifat kekhususan.

Masing-masing  komunikasi mempunya visi dan misi yang berbeda namun pada intinya sama, yakni kemanusiaan. Bahkan di antara komunitas bisa saling sinergi misalnya jika ada bencana, musibah dan lain-lain.

Sepak terjang kegiatan paguyuban perlu di apresiasi karena merupakan media komunikasi yang positif untuk mempererat persatuan dan memperkaya khasanah budaya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun