Mohon tunggu...
Aiman Witjaksono
Aiman Witjaksono Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan TV

So Called Journalist

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ini Dua Kelompok Bersenjata Api di Rusuh 22 Mei

10 Juni 2019   13:40 Diperbarui: 10 Juni 2019   14:10 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setidaknya ada dua kejadian terkait aksi kelompok bersenjata api di kerusuhan 22 mei lalu. Kelompok pertama menggunakan senjata api, untuk membuat chaos dengan memunculkan martir. Sementara kelompok lainnya, diduga merencanakan melakukan pembunuhan terhadap 4 tokoh negara dan 1 pimpinan lembaga survei.

RANGKAIAN KEJADIAN TERKAIT KERUSUHAN 22 MEI
Setidaknya inilah yang dapat dirangkum dari kejadian demi kejadian yang muncul dan terbuka belakangan. Sejalan dengan temuan ini, pada keterangan Pers pekan lalu, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengungkapkan bahwa pada tanggal 22 Mei 2019 lalu, saat kerusuhan terjadi di 3 titik di Jakarta Pusat dan Jakarta Barat, tak seberapa jauh dari Gedung Bawaslu, ada sekelompok orang yang menyiapkan rencana untuk melakukan pembunuhan terhadap sejumlah pejabat negara.

"Ada Pak Wiranto, Menko Polhukam, Ada Pak Luhut, Menko Maritim. Lalu ada Pak Kepala BIN, dan juga ada Pak Gories Mere," ujar Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Tito memastikan informasi tersebut bukan berasal dari informasi intelijen. "Ini dari hasil pemeriksaan tersangka. Jadi bukan informasi intelijen. Kalau informasi intelijen tidak perlu pro justicia," lanjut dia di Kantor Kemenkopolhukam Selasa (28/5/2019) pekan lalu.

PENELUSURAN AIMAN TERHADAP KELOMPOK BERSENJATA API
Saya melakukan penelusuran di Program AIMAN yang  tayang pada hari SENIN (3 Juni 2019), pukul 20.00 wib di KompasTV terhadap para kelompok bersenjata api ini. Saya mendatangi dua lokasi yang merupakan kediaman dan asal dari dua tersangka yang disebutkan Polisi, HK dan TJ. 

Dari data yang saya dapatkan, saya menemukan dari enam tersangka yang telah ditetapkan, 3 di antaranya merupakan mantan anggota TNI yang diberhentikan permanen dari kedinasan, karena sebuah kasus beberapa tahun lalu. HK misalnya, mantan prajurit TNI Angkatan Darat. Ia diinformasikan pernah mengikuti beberapa operasi khusus Militer, di antara perang Timor-Timur di era tahun 1990-an silam. 

Sementara TJ, adalah mantan prajurit TNI Angkatan Laut. Perawakannya tinggi besar dan memiliki intelijensi baik, membuat ia menjadi prajurit pilihan. Namun sekitar 10 tahun lalu, ia terkena kasus, dan membuatnya diberhentikan permanen dari dinas di kesatuannya. Sementara satu-satunya tersangka perempuan yang berinsial AF, adalah istri seorang Mayor Jenderal TNI Purnawirawan.

Cukup sulit untuk mewawancari warga di sekitar rumah keduanya. Para tetangga menolak untuk diwawancara. Meski ada salah satu tetangga cukup dekat HK yang setelah saya yakinkan, ia bersedia untuk saya wawancara. Saya menanyakan kegiatannya sehari-hari dan jelang 22 mei. Sang tetangga itu bercerita cukup banyak kepada saya yang ditayangkan di Program AIMAN senin Malam, di antaranya adalah tak ada satupun tetangga yang mengetahui apa jenis pekerjaan HK. Meski HK telah tinggal 7 tahun lamanya di kompleks yang berada di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Sementara untuk TJ, juga demikian. Tak banyak tetangga yang mengetahui pekerjaan pasti TJ, selepas diberhentikan dari dinas Tentara sekitar 5 tahun lalu.

KELOMPOK BERSENJATA API KEDUA, APAKAH SOSOK YANG SAMA?
Kita beralih ke kelompok kedua yang diduga beroperasi pada saat kerusuhan 21-22 Mei 2019. Setidaknya dua data yang saya dapatkan, bahwa delapan orang yang tewas, akibat kerusuhan Mei 2019, seluruhnya disebabkan oleh senjata "single bullet" alias peluru tunggal dari senjata yang diduga pistol. 

Adalah Profesor yang pernah bertugas di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan kini menjadi guru besar pada Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBHARA JAYA), Profesor Hermawan Sulistyo yang mengungkapkan kepada saya, "korban-korban di kerusuhan 22 Mei itu, terkena peluru tajam. Dan bukan dari pihak keamanan, karena ulir gerak pelurunya berbeda!" kata Kiki, panggilan Hermawan Sulistyo.

Sementara Ketua Komnas HAM, Taufan Damanik, juga mengatakan kepada saya hal yang sama, terkait hasil penyelidikan sementara Komnas HAM. "Ada kemungkinan peluru tajam ini berasal dari pistol, dugaannya digunakan peluru kaliber khusus" ungkap Taufan.

Pertanyaannya kini, apakah kedua kelompok bersenjata api itu, sosok yang sama, atau kelompok yang berbeda. Hanya penyelidikan tuntas yang bisa menjawabnya. Termasuk auktor intelektualis, yang telah memberikan uang ratusan juta rupiah kepada kelompok bersenjata api yang hendak membunuh tokoh negara. Sebuah hal yang terang benderang dari sisi potensi penyelidikan, meski membutuhkan "political will" dalam pengungkapan. Akankah dituntaskan?

Saya Aiman Witjaksono...

Salam!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun