Mohon tunggu...
Aidil Harahap
Aidil Harahap Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sebagai Pembaca dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Air Mata Dihari Pernikahanmu...

25 Februari 2013   08:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:43 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hidup di dunia ini seakan tak lengkap rasanya bila tak menghirup udara, hidup tapi akan segera mati, hidup tapi terasa sesak nafas di hati, seperti itulah perasaan pemuda yang biasa dipanggil Syahri itu rasakan, baru saja merasakan hidup berjauhan dengan kekasih yang dicintainya karena harus bekerja dan ingin hidup mandiri sembari mengumpul modal untuk mengarungi hidup bersama kekasih hati, namun belum sempat lama merantau di negri orang dia harus mendengar kabar bahwa kekasih yang sangat dicintainya itu akan dijodohkan orang tuanya, sungguh na’as yang dirasa, seperti kata pepatah sudah jatuh tertimpa tangga.

Bila diingat dan dikenang perjalanan cinta ini sungguh memilukan perasaan hati. Bagaimana tidak ? Perjalanan cinta sudah dijalani, ikrar setia sehidup semati sudah diucapkan oleh hati dan janji sehidup semati untuk mengarungi hidup ini juga sudah sempat terpikirkan oleh kedua insan ini.

Namun seolah apa yang diinginkan oleh hati seperti karam di tengah lautan, belum sempat kapal berlabuh dan melanjutkan perjalanan, namun kapal harus pecah karena melanggar karang ditengah lautan

Wanita yang dicintainya ini bernama Hafni, seorang anak perantauan yang sedang menuntut ilmu di kampung orang dimana tempat Syahri tinggal, tak sengaja Syahri mengenalnya karena kebetulan Syahri pernah menjalin hubungan dekat dengan salah satu teman Hafni di lingkungan asrama, namun karena kurangnya kecocokan maka perjalanan cinta itu pun kandas ditengah jalan. Disitulah awal perkenalan mereka, karena diam-diam Hafni juga pernah menyimpan rasa kepada Syahri, karena status Syahri yang sudah sendiri memberanikan Hafni untuk mengenal pribadi Syahri secara lebih dalam.

Tak berapa lama kemudian, mereka mulai merasa ada ketenangan di dalam hati, perasaan cinta seolah tiba dari relung hati yang paling dalam, walau intens pertemuan mereka hanya bisa dilakukan diakhir pekan, tetapi kesetiaan tak usah dipertanyakan lagi, karena komitmen sudah terlanjur melekat dihati.

Tetapi harapan yang sudah menjadi impianitu seolah sirna ketika mendengar sebuah penjelasan bahwa Hafni disuruh pulang kekampung halaman untuk dikenalkan dengan seseorang yang sudah dipilihkan oleh orang tuanya untuk dijadikan tunangannya…

Bak ibarat Pohon tersambar petir hati Syahri mendengarnya, diam dan tak berkutik,,layu tak berkembang.. syair nada mengguris hati pun seolah menghantui…

Kau hadir tanpa kusadari mengisi kekosongan hati

Kini kau pergi tinggalkanku lemasku dalam sepi

Hujan yang turun kebumi.. Membawa rindu yang menggunung…

Kau biarkan ku sendiri… malamku tanpa mimpi..

Mengapa tangan kau lepaskan, setelah hatiku kau tawan …

Mengapa takdir memisahkan, hanya ku cinta kau seorang…

Angin malam bawalah cintaku menghapus rasa rindu..

Hari-hariku tak berhenti.. bagai siang tanpa mentari…

Biar ada yang menemani, kau tetap dihati…

Hanya doa yang kukirimkan bersama sebuah harapan..

Semoga kau akan tahu juga, kaulah arti cinta….

Hafni tak mampu menolak permintaan orang tuanya tersebut, dia tidak ingin mengecewakan orang tuanya, apalagi Ibunya yang pernah terkena Struk, ia tidak ingin melihat ibunya terkena penyakit itu lagi, namun perasaan Hafni pun tidak bisa dibohongi, hatinya juga sangat mencintai Syahri. Namun keputusan yang diambil Hafni seperti memakan buah simalakama atau seperti kehausan ditengah lautan… manapun yang dipilih akan menimbulkan luka, Hafni terpaksa memilih keinginan orang tuanya, karena masih terlalu besar cinta kasihnya kepada orang tuanya, tetapi disisi lain hatinya tergiris pilu karena telah mengingkari janji cintanya kepada Syahri.

Hari pertunangan pun sudah terjadi, cincin emas pun sudah melingkar di jari Hafni, sementara hati Syahri semakin menjadi-jadi, perasaan kecewa ditambah derita masih belum bisa juga dilepasnya…hatinya semakin terluka saat didengarnya kabar akan datangnya hari pernikahan hafni di tempat tinggalnya yang jauh dari jangkauan Syahri, Syahri yang belum bisa melupakan orang yang pernah singgah dihatinya semakin kuat tangisnya, air matanya seolah tak mampu berhenti, bekerja pun dia sudah setengah hati, seolah dirinya sekarang tak mempunyai tujuan hidup lagi, namun dia berkeinginan untuk melihat wanita yang dicintainya itu untuk terakhir kali di hari berbahagianya itu, dihari persandingan orang yang dicintainya untuk mengarungi kehidupan sehidup semati.

Hari yang ditunggu pun tiba, setelah mengumpul beberapa rupiah untuk membeli tiket penerbangan pulang pergi, Syahri pun dengan Wajah yang Nampak tegar namun dihati penuh gemuruh datang menghadiri pesta pernikahan Hafni. Awalnya Syahri Nampak tegar, namun hati memang tak bisa dibohongi, kakinya menjadi keram tak bisa bergerak ketika melihat wanita yang dicintainya bersanding bukan dengan dirinya, tubuhnya menggigil kedinginan seolah malaikat maut sudah mengintainya untuk dicabut nyawanya…

Hafni yang saat itu tidak menyadari kehadiran Syahri sontak kaget melihat pria yang tidak asing baginya, seketika air mata hafni keluar spontan saat dilihatnya seorang pria yang berdiri layu itu datang menghampirinya memberika kado terakhir dan selamat atas pernikahan itu,,, hafni yang sudah tak kuasa menahan perasaannya pun langsung menangis lirih, apalagi ketika dilihatnya tubuh syahri yang semakin mengurus dan wajahnya yang pucat tak seperti yang dikenalnya.. Syahri yang sudah kering air matanya pun berkata dengan lirihnya “Semoga engkau berbahagia dengannya”… membuat hati hafni semakin tak kuasa melihatnya, air matanya tak berhenti mengalir bahkan semakin menjadi-jadi, sementara semua yang hadir pada acara tersebut heran dibuat kejadian itu, apalagi pengantin pria yang berada disebelah hafni.

Namun peristiwa itu hanya berlangsung sebentar, Syahri langsung meninggalkan pasangan pengantin itu dengan perasaan berjuta kesedihan, sembari bergumam di dalam hati, ternyata cinta bisa mati, mati seperti diri ini, diri yang kaku layu, seperti layunya bunga tersengat teriknya mentari.

Lirihnya di dalam hati………..

Cinta biarlah berlalu dengan kuasanya….

Tak semua cerita cinta indah kedengarannya….

Ini kisah cinta yang berakhir bahagia….

Tapi bahagia bukan buatku…

Bahagia bukan buat dirinya…

Tapi bahagia buat orang tua yang disayanginya…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun