Kemacetan di Jakarta itu cerita lama, dan tetap saja menyita tenaga jutaan orang setiap hari. Pemerintah DKI Jakarta terus mencari cara untuk meredakannya.
September 2025, mereka menjajal langkah yang cukup unik. Satu lajur di GT Fatmawati 2 dibuka untuk umum, gratis. Kabar ini diberitakan oleh Warta Kota Tribunnews (2025).
Gubernur Pramono Anung bahkan meninjau langsung kebijakan tersebut, menurut laporan Metro TV News (2025). Jalurnya khusus untuk kendaraan dari arah Jalan Fatmawati yang hendak keluar di Lebak Bulus.
Tujuannya sederhana tapi penting. Yakni mengurangi antrean panjang yang biasanya menumpuk tiap sore di koridor TB Simatupang.
Pemerintah mengklaim hasil awalnya positif. Dari uji coba singkat itu, Pemprov DKI menyebut tingkat kemacetan di area tersebut turun 24 persen.
Evaluasi awal dianggap sukses, lalu kebijakannya diperpanjang hingga Oktober. Informasi ini disampaikan Kompas.com (2025).
Bagi warga, sinyalnya jelas. Bahwa keluhan didengar, respons cepat, dan dampaknya terasa.
Tetap saja, solusi yang terlihat instan perlu ditelisik. Benarkah penurunan macet semata karena jalur tol gratis? Ada faktor lain yang ikut main.
Pemprov DKI mendorong percepatan proyek galian dan meminta area kerja dipersempit, termasuk yang dikerjakan PAM Jaya (Antara News, 2025; Kompas.com, 2025).
Logikanya mudah dimengerti. Jalan yang lebih lega biasanya membuat arus lebih lancar. Jadi ada dua kebijakan jalan berbarengan, tol gratis dan penyusutan area proyek. Menobatkan tol gratis sebagai satu-satunya pahlawan jelas terlalu cepat.
Lebih jauh, konsistensi kebijakan ini juga pantas dipertanyakan jika dilihat dari rencana besar transportasi kota.